Analisa Keekonomian dan Optimalisasi Sistem Pembangkit Listrik Hybrid Tenaga Diesel, Tenaga Surya dan Tenaga Hydrogen pada Pulau Sebesi Provinsi Lampung
Main Article Content
Pulau Sebesi di Provinsi Lampung saat ini masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) untuk kebutuhan energinya, dengan beban rata-rata sebesar 100 kW dan biaya pokok produksi (BPP) listrik mencapai Rp 5.539/kWh. Tingginya BPP serta target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 mendorong perlunya konversi ke sistem pembangkit energi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keekonomian dan optimasi biaya dari sistem Hybrid Renewable Energy System (HRES) di Pulau Sebesi yang menggabungkan PLTD dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Hidrogen (PLTH2), serta Battery Energy Storage System (BESS).Tiga skema simulasi dilakukan: Skema 1 (Hybrid PLTD dan PLTS), Skema 2 (Hybrid PLTD dan PLTH2 150 kW), dan Skema 3 (Hybrid PLTD, PLTH2 150 kW, dan PLTS 300 kW). Simulasi dilakukan menggunakan aplikasi Homer untuk menghitung Levelized Cost of Energy (LCOE), biaya operasional, serta emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua skema layak diimplementasikan, namun Skema 3 paling optimal dengan LCOE terendah sebesar $0.247/kWh, pengurangan emisi CO hingga 99,1%, serta Return on Investment (ROI) tertinggi sebesar 101,4%. Skema ini terbukti paling efisien dan menguntungkan dari segi ekonomi dan lingkungan. Penelitian ini memberikan referensi penting bagi PT PLN (Persero) dalam pengembangan pembangkit energi baru terbarukan di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) untuk mendukung program dedieselisasi serta pemerataan akses listrik di seluruh Indonesia. pemeliharaan PLTP maupun PLTU. Selain itu import daya dari Sumbagsel perlu dilakukan filter pemilihan renewable energi untuk mengurangi dampak emisi yang berlebih dalam menjaga keandalan sistem.