Vol. 5 No. 2, Juli-Desember
2021 |
|
p-ISSN : 2613-9898 e-ISSN : 2808-6988 |
Sosial Pendidikan |
PROSESI IMPLEMENTASI PESTA ADAT MARIMPA SALO DI DESA BUA KECAMATAN
TELLULIMPOE KABUPATEN SINJAI
Sukma Indah, Abdul Rahman A. Sakka
Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, �Indonesia.�������
Email: [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima
12 Oktober
2021 Direvisi 19 Oktober
2021 Disetujui 28 November 2021 |
Tradisi merupakan kebiasaan atau sesuatu yang dilakukan berulang kali dari generasi ke generasi
dari nenek moyang yang dijalankan, diyakini oleh masyarakat dan diletarikan sampai sekarang.� Dan terdapat nilai didalamnya, pola kelakuan, norma sosial dan adat kebiasaan lainnya yang teruwujud dari banyak aspek kehidupan. Dalam tradisi memperlihatkan bagaimana manusia berperilaku dan berhubungan antara manusia dengan manusia lainnya, bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungan dan alam sekitarnya. Begitu juga di Kabupaten Sinjai yang memiliki begitu banyak aneka ragam tradisi
dan budaya sebagaimana
yang dilaksanakan di Desa
Buah Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Masyarakat di desa tersebut memiliki sebuah tradisi atau adat yang masih terus dilestarikan
dan dilaksanakan setiap tahunnya secara meriah yang disebut Tradisi Marimpa Salo. Masyarakat menggelar pesta adat ini
setiap sekali setahun. Perayaan pesta adat ini
yang diwujudkan dalam bentuk penangkapan ikan dari hulu hingga
kemuara sungai. Dengan wujud pelaksanaan itulah, Maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tengtang Adat Marimpa Salo di desa Bua Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Tujuan penelitian ini untuk memahami
makna Adat marimpa salo, mendeskripsikan prosesi pelaksanaan Tradisi Marimpa Salo dan Nilai-nilai yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi Marimpa Salo. ABSTRACT �Tradition is a habit or something that is
done repeatedly from generation to generation from ancestors that are run,
believed by the community and preserved until now. And there are values in
it, patterns of behavior, social norms and other customary customs that are
affected by many aspects of life. Tradition shows how humans behave and
relate between humans and other humans, how humans act towards the
environment and the surrounding nature. Likewise in Sinjai Regency which has so many diverse traditions and
cultures as carried out in The Fruit Village of Tellulimpoe
District of Sinjai Regency. The people in the
village have a tradition or custom that is still preserved and carried out
every year in a festive manner called the Marimpa Salo Tradition. People hold this traditional party once a
year. This traditional feast celebration is manifested in the form of fishing
from upstream to the mouth of the river. With the implementation of that, the
author was encouraged to conduct research on marimpa
salo customs in bua
village tellulimpoe district of Sinjai
regency. The purpose of this study is to understand the meaning of marimpa salo custom, describing
the procession of the implementation of the Marimpa
Salo Tradition and the values contained in the
implementation of the marimpa salo
tradition. |
Kata Kunci: Marimpa Salo, Desa Bua Keywords: Marimpa Salo,
Bua Village |
Pendahuluan
Wilayah
Indonesia yang begitu luas dengan memiliki beragam ras dan suku sehingga melahirkan
beraneka ragam kebudayaan kemudiaan dilestaraikan dari masa lalu sampai sekarang
secara turun temurun (Sakirin, 2018).
Dari kebudayaan manusia dapat berkarya menjadikan mereka sebagai manusia yang beradab, manusia yang berbudaya dan terhormat didalam kehidupan bermasyarakat.
Manusialah yang membuat sendiri
kebudayaan karena budaya bukan sesuatu
yang diturunkan secara biologis, akan tetapi kebudayaan didapatkan dengan cara mencari tahu
atau dipelajari dan kebudayaan bisa juga didapatkan dengan menjadi anggota masyarakat karena semua tingkah laku
dan tindakan manusia yang dilakukan berulang kali juga disebut kebudayaan (Abdullah, 2017).
Budaya dapat diuraikan sebagai seperangkat nilai, keyakinan, aturan dan adat istiadat yang bisa mewajibkan setiap individu kepada kesadaran bersama di dalam lingkup masyarakat umum. Unsur-unsur budaya masih dapat
dipertahankan jika masih memiliki manfaat dan peranan dalam kehidupan masyarakat. Sebaliknya unsur kebudayaan akan punah jika
tidak lagi memiliki manfaat di kehidupan masyarakat (Saidah, 2017).
Meskipun beberapa masyarakat
disebuah daerah sudah tidak dapat
lagi mempertahankan dan melestarikan budaya dan adat leluhur mereka
yang sudah diwariskan secara turun temurun
oleh nenek moyang mereka karena tidak
semua manusia menganggap positif budaya dan adat akan tetapi ada
juga manusia yang menganggap
bahwa budaya tidak sejalan dengan
perkembangan zaman. Sewaktu-waktu
bisa saja budaya akan terlengserkan
dengan perkembangan zaman pola berpikir masyarakat
lambat laun akan banyak berubah
dengan arus globalisasi yang sebelumnya tradisi atau adat
dipandang sebagai sesuatu yang sangat bernilai kemudian berganti menjadi sesuatu yang tidak ada nilainnya
(Jamaludin, 2015).
Marimpa Salo merupakan pesta adat yang rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai
rasa syukur atas keberhasilan panen ikan para nelayan yang mereka wujudkan dalam bentuk menghalau ikan dari hulu sampai
ke muara sungai. Banyak warga yang ikut serta menyaksikan
pesta adat ini karena tidak
hanya dengan cara menghalau ikan tapi juga dirangkaikan dengan pertunjukan lainnya seperti mangadakan perlombaan domino, menghias perahu nelayan, catur dan lomba menangkap bebek serta beberapa
perlombaan lainnya. Uniknya pesta adat
ini dilakukan setiap tahun tapi
didesa yang berbeda Desa buah kecamatan
tellulimpoe dan desa takkalala kecamatan sinjai timur dan diselang-seling waktu pelaksanaannya (KURNIA, 2016).
Masyarakat
yang bermukim dipesisir merupakan sebuah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan hidup dan budi pekerti serta ciri
tertentu yang berdiam diwilayah perbatasan antara lautan dan daratan. Masyarakat yang bermukim
dibagian pesisir ini memenuhi kebutuhan
hidupnya dari hasil sumber laut
seperti menangkap ikan. Mayarakat pesisir juga memiliki budaya dan tradisi yang berbeda beda seperti di Desa Bua yang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Desa ini
juga merupakan desa yang tertua di Kecamatan Tellulimpoe. Desa buah juga terletak di bagian perbukitan dan pesisir. Dan jaraknya dengan ibu kota
kabupaten sinjai cukup jauh yaitu
sekitar 13 Km. Selain itu, desa Bua ini
juga merupakan salah satu desa yang masih melestarikan kebudayaan dan adat istiadatnya. Salah satu adat yang masih dilaksanakan dan dilestarikan sampai sekarang yaitu tradisi Marimpa Salo. Yang merupakan sebuah adat yang diwariskan secara turun-temurun dilaksanakan setiap tahun. Adat ini diyakini oleh masyarakat sebagai adat dari bentuk
kesyukuran masyarakat terhadap hasil panen yang melimpah dari sungai (A Kurnia, 2014).
Dalam setiap daerah
masing-masing masyarakat memiliki
budaya dan tradisi yang memiliki sejarah dan makna tersendiri dengan budaya dan tradisi tersebut manusia dapat berkarya,
sehingga menjadikan mereka sebagai manusia yang berbudaya, beradab, terhormat dan kehidupan manusia menjadi seimbang serta memiliki gerak yang normatif menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Disebuah daerah yang memiliki budaya dan tradisi yang bervariasi, unik dan mempunyai nilai nilai yang positif di dalam kehidupan masyarakat (Arwansyah et al., 2017).
Budaya dapat diartikan sebagai seperangkat nilai nilai, cara-cara
hidup yang dimiliki masyarakat dan berkembang didalam kehidupan bermasyarakat (Zafi, 2018). Didalam kehidupan bermasyarakat mereka masih melestarikan kebudayaannya. Meskipun saat sekarang ini
zaman sudah sangat modern dengan
adanya teknologi yang masuk ke daerahnya
tapi mereka tetap mempertahankan berbagai tradisi dan berbagai upacara-upacara lainnya. Tapi tidak
bisa juga dipungkiri bahwa ada dari
beberapa mereka yang sudah tidak memperdulikan
lagi tradisi semacam ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini memakai
metode penelitian kualitatif deskriptif (Suyitno, 2018). Yang dimana penelitian
kualitatif deskriptif adalah dapat melahirkan
dan mengelola data yang memiliki
sifat deskriptif seperti salinan wawancara dan observasi. Metode kualitatif ini digunakan untuk
mengerti mengenai fenomena Nampak dan dalam keadaan yang alamiah. Bukan didalam keadaan
yang sedang terkendali. Dengan jenis metode
penelitian kualitatif deskriptif ini dianggap sangat tepat digunakan karena peneliti terjung langsung ke lapangan.
Sebagaimana permasalahan yang menjadi titik fokus
penelitian ini yaitu mengenai tentang implementasi pesisir adat marimpa
salo yang berada di desa Bua kecamatan tellulimpoe, sehingga peneliti menggunakan kualitatif untuk mendeskripsikan data yang telah peneliti dapatkan sebagai hasil dari
sebuah penelitian. Dengan metode yang digunakan ini maka
peneliti bisa mengumpulkan data secara utuh dan mendalam sehingga hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang terjadi di dapangan. Peneliti juga mengumpulkan data dari tulisan-tulisan yang terkait
dengan marimpa salo setelah data terkumpul kemudian disatukan agar supaya memudahkan peneliti untuk melakukan proses penulisan (Wijaya, 2018).
Dalam penelitian kualitatif
peneliti merupakan alat pengumpul data utama dan merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam pengumpulan data. Alat (Instrumen)
yang utama digunakan adalah manusia karena hanya manusia
yang dapat melakukan interaksi langsung dengan responden serta mampu melihat
secara langsung fakta-fakta yang ada di lapangan. Oleh sebab itulah peneliti juga sangat berperan dalam kehidupan lapangan atau objek yang diamati. Selain itu peneliti juga menggunakan alat (instrument) lainnya seperti alat tulis dan handphone sebagai alat pendukung.
Hasil
dan Pembahasan
Di Desa Bua, Masyarakat masih
melaksanakan pesta adat yaitu Marimpa
Salo. Marimpa salo mempunyai makna sebagai bentuk
rasa syukur para nelayan atas keberhasilaan tangkapan ikan (Ma�paenre bale).
Masyarakat merealisasikan bentuk
syukurnya dengan cara menghalau ikan-ikan dari hulu hingga
ke muara sungai yang dilakukan setiap tahunnya, hanya saja setiap
tahunnya pelaksanaanya dilaksanakan di dua tempat secara bergantian
yaitu didesa Bua kecamatan Tellulimpoe dan didesa Sanjai dikecamatan
Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.
Marimpa Salo (Menangkap Ikan) yang dilaksanakan dalam rangka merayakan hasil dari panen
laut. Adat ini dirayakan oleh masyarakat yang berdiam di bagian pesisir pantai Desa Sanjai, Sinjai
Timur dan pantai Desa Bua, Sinjai Tellelimpoe yang setiap tahunnya dirayakan dengan menghalau ikan dari hulu sampai ke
muara sungai sembari para warga menghalau ikan tradisi ini juga dibarengi dengan penampilan tarian appadekko yang menunjukkan upacara masyarakat para nelayan, menyantap hasil dari tangkapan ikan, selain dari itu
juga dilakukan adu ketangkasan pencak silat. Sebagai bentuk kebahagian masyarakat pesisir yang menikmati hasil tangkapan para nelayan selama setahun telah berikhtiar mencari rezeki di lautan lepas.
Saat matahari di ufuk timur telah terbit
maka itu tandanya warga harus bersiap siap
menggelar acara. Dipesisir sungai Bua yang menjadi tempat digelarnya pesta adat dan ratusan warga ikut
serta memeriahkan acara adat ini dengan
cara menghalau ikan dari hulu hingga
ke muara. Kemudian gendang dimainkan sebagai tanda bahwa
semua warga didesa tersebut dipanggil untuk berkumpul dan mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelaksanaan pesta adat Marimpa Salo.
Kemudian beberapa nelayan memulai menghias perah-perahunya dengan memakai daun kelapa muda
yang nantinya perahu-perahu
tersebut akan dipakai untuk menghalau
ikan-ikan dari hulu hingga ke muara.
1. Prosesi Perayaan Marimpa Salo��
Prosesi
ialah langkah-langkah yang dilakukan didalam sebuah perayaan atau pelaksanaan upacara atau tradisi.
Dalam setiap perayaan yang dilaksanakan memiliki prosesi tersendiri.
Sebelum
tradisi Marimpa Salo dilaksanakan segenap masyarakat terlebih dahulu melakukan duduk bersama (Tudang Sipulung) untuk bermusyawarah untuk membahas tentang persiapan pelaksanaan tradisi Marimpa Salo dan juga membahas tentang pembagaian tugas untuk masyarakat yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan yang terdiri dari : Gella (Kepala Kampung), Arung (Kepala desa),
Pabelle (Menyiapkan perlengkapan bagian laut), Panitia Acara, Ponggawa Lopi (Mengendalikan Perahu), Sawi (Awak Perahu),
Paggenrang (Komponen Pemusik), Sanro (Dukun), Paddareheng atau Paddawa-dawa(orang-orang yang menyediakan
makanan yang akan disantap bersamaan saat pelaksanaan Marimpa salo). Setelah semua komponen-komponen telah terbentuk maka selanjutnya adalah mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan saat pelaksanaan tradisi marimpa salo. Seperti:
Perahu (Lopi), Belle (Tempat Ikan), Rompong (Alat bantu penangkapan ikan), Lanra (Jaring), Tenda, Bambu (untuk membuat Walasuji),
Daun Kelapa yang masih muda.
Pada hari dimana acara Marimpa Salo dilaksanakan dimulai dengan suara tabuhan gendang tradisional di muara sungai Desa Bua yang merupakan isyarat akan dimulainya acara marimpo salo dan para warga desa sudah
dipanggil dan kemudian berkumpul menyiapkan diri mengikuti acara tradisi Marimpa Salo. Sembari tabuhan
gendang dimainkan para nelayan
sudah memulai memberi hiasan pada perahunya dengan memakai daun kelapa.
Dimana para perahu yang telah
diberi hiasan tersebut nantinya akan dipakai untuk
menghalaui ikan dari hulu hingga ke
muara sungai Desa Bua. Dan juga diiringi dengan berbagai tarian yang biasa dipertunjukkan pada saat acara berlangsung seperti: Tari Maddongi, Tari Mappadekko, Tari Pangguna Salo, Tari Massulo Uwae agar supaya masyarakat berlomba-lomba dan bersemangat mengikuti tradisi Marimpa Salo.
Para Pabelle (Menyiapkan perlengkapan bagian laut) mulai
menurunkan puluhan perahu, kemudian para warga diantar oleh Ponggawa Lopi dan Awak Perahu menuju
ke hulu sungai.
Setelah itu perahu-perahu diatur sesuai lebarnya
sungai serta pemasangan jarring dan rompong. Ponggawa Lopi (Mengendalikan Perahu) mulai menaiki dan membawa perahu kemudian menarik tali pengingat jarring dan rompong hingga ke muara sungai
dan acara inti pun dimulai, masyarakat
meyakini sebelum acara Tradisi Marimpa Salo di mulai dilakukan
terlebih dahulu tabuhan gendang tradisional guna mengingat ikan-ikan agar tidak pergi jauh.
Kemudian dua perahu saling menarik
jarring menuju muara sungai, setelah itu Belle (Penangkap Ikan-ikan) diposisikan di bagian muara sungai sesudah
itu para Parrimpa (Penghalau) berada disisi Belle saat ikan sudah dipastikan masuk ke dalam
perangkap, maka Belle itupun di tutup.
Setelah ikan-ikan itu
berhasil masuk ke dalam perangkap,
para warga berbondong-bondong
turun menuju Belle untuk mengambil ikan dengan menggunakan Jala dan diberikan untuk dimasak oleh para paddareheng atau pandawa-dawa yang akan mengolah ikan tersebut. Kemudian ikan-ikan yang
berhasil ditangkap setelah dikelola seperti dimasak atau dibakar yang akan disajikan bagi masyarakat dan tamu-tamu yang datang, yang disantap bersama dengan berbagai makanan lainnya yang sudah disiapkan oleh paddareheng seperti, burasa, onde-onde, sokko, gogoso dan berbagai macam makanan lainnya.
Perayaan
Tradisi Marimpa Salo bukan hanya
dilakukan dan dimeriahkan
oleh warga Desa Bua dan sekitarnya saja akan tetapi juga turut dilaksanakan dan dimerihkan oleh segenap Pemerintah Kabupaten Sinjai.
Kepada
Desa Bua juga mengungkapkan
pelaksanaan prosesi Tradisi Marimpa salo ini tidak
terlepas dari seluruh pihak masyarakat
yang turut bekerjasama, dimana tradisi Marimpa Salo ini
merupakan budaya kearifan local pada masyarakat peseisir kabupaten sinjai yang harus tetap dilestarikan.
2. Nilai
Nilai yang terkandung didalam Implementasi tradisi Marimpa Salo
a. Nilai
Solidaritas
Tradisi
ini telah meningkatkan solidaritas bagi Masyarakat antara Desa Bua dan Desa Sanjai, walaupun berbeda Kecamatan akan tetapi dua
desa ini sangat antusias terhadap perayaan tradisi Marimpa Salo.
b. Nilai
Sosial
Tradisi
ini memiliki nilai social yang tinggi, karena kerjasama dan kepudulian masyarakat terhadap tradisi ini. Dan juga menjadi salah tempat bersilaturahmi antara Masyarakat desa lainnya serta sanad
keluarga yang jauh karna saat perayaan
Tradisi Marimpa Salo banyak warga
yang dari merantau pulang kekampung halaman agar mereka bisa ikut merayakan
tradisi ini.
c. Nilai
Ekonomi
Dalam
tradisi Marimpa Salo merupakan kegiatan yang masyarakat lakukan secara gotong royong yang
melibatkan banyak warga Desa Bua dan desa sekitarnya. Keadaan seperti ini pasti menguntungkan
bagi para pedagang kaki
lima karena mereka dapat menjual dagangangnya
diacara tersebut.
d. Gotong
Royong
Dari Tradisi Marimpa Salo ini
juga mewujudkan gotong royong antar
sesama masyarakat karena mereka sama-sama
melakukan kegiatan pembersihan pesisir di Desa Bua setelah melaksanakan Adat Marimpa salo. Masyarakat juga melakukan kerja sama yang baik pada saat proses pelaksanaan tradisi Marimpa Salo agar supaya acara tersebut terlaksana dengan baik. Nilai kebersamaan juga
sangat diperhatikan dan dijunjung
tinggi oleh masyarakat Desa Bua..
Kesimpulan
Dari Tradisi Marimpa Salo ini dapat
disimpulkan bahwa Marimpa Salo (Menghalau
Ikan) dilaksanakan dalam rangka merayakan hasil dari panen
laut. Adat ini dirayakan oleh masyarakat yang pesisir pantai Desa Sanjai, Sinjai
Timur dan pantai Desa Bua, Sinjai Tellelimpoe yang setiap tahunnya dirayakan dengan menghalau ikan dari hulu sampai ke
muara sungai. Sebelum tradisi Marimpa Salo dilaksanakan
segenap masyarakat terlebih dahulu melakukan duduk bersama (Tudang Sipulung) untuk bermusyawarah untuk membahas tentang persiapan pelaksanaan tradisi Marimpa Salo dan juga membahas tentang pembagaian tugas untuk masyarakat yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan yang terdiri dari: Gella
(Kepala Kampung), Arung (Kepala desa), Pabelle
(Menyiapkan perlengkapan bagian laut), Panitia
Acara, Ponggawa Lopi (Mengendalikan Perahu), Sawi (Awak Perahu),
Paggenrang (Komponen Pemusik), Sanro (Dukun), Paddareheng atau Paddawa-dawa(orang-orang yang menyediakan
makanan yang akan disantap bersamaan saat pelaksanaan Marimpa salo). Setelah semua komponen-komponen telah terbentuk maka selanjutnya adalah mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan saat pelaksanaan tradisi marimpa salo. Seperti:
Perahu (Lopi), Belle (Tempat Ikan), Rompong (Alat bantu penangkapan ikan), Lanra (Jaring), Tenda, Bambu (untuk membuat Walasuji),
Daun Kelapa yang masih mudah.
Dalam pelaksanaan Tradisi Marimpa Salo juga ditampilkan beberapa tarian seperti Tari Maddongi, Tari Mappadekko, Tari Pangguna Salo, Tari Massulo Uwae agar supaya masyarakat berlomba-lomba dan bersemangat mengikuti tradisi Marimpa Salo. Adapun makna yang terkandung didalam Tradisi Marimpa Salo yaitu
sebagai bentuk kesyukuran masyarakat atas keberhasilan setelah melaksanakan panen..
Bibliografi
A
Kurnia, A. K. (2014). Pelaksanaan Tradisi Marimpa Salo di Desa Sanjai
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Universitas Negeri Mkassar.Google Scholar
Abdullah,
O. S. (2017). Ekologi manusia dan pembangunan berkelanjutan. Gramedia
Pustaka Utama. .Google Scholar
Arwansyah,
Y. B., Suwandi, S., & Widodo, S. T. (2017). Revitalisasi peran budaya lokal
dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Proceedings
Education And Language International Conference, 1(1). .Google Scholar
Jamaludin,
A. N. (2015). Sosiologi perkotaan: memahami masyarakat kota dan
problematikanya. Pustaka Setia. .Google Scholar
Kurnia,
A. (2016). Pelaksanaan Tradisi Marimpa Salo Pada Masyarakat Desa Sanjai
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Jurnal Tomalebbi, 2(2),
19�23. .Google Scholar
Saidah,
M. (2017). Unsur-unsur Budaya Islam dalam Tradisi Pernikahan Masyarakat Jawa
Timur di Desa Bangun Jaya Kecamatan Tomoni Kabupaten Luwu Timur.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. .Google Scholar
Sakirin,
A. (2018). Mengenal Pluralisme Disintegratif Menuju Pluralisme Integratif
Masyarakat Beda Agama di Kelurahan Karang, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten
Wonogiri. Ibriez: Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, 3(2),
179�198. .Google Scholar
Suyitno.
(2018). Penelitian kualitatif (A. Tanzeh (ed.); 1st ed.). Akademia
Pustaka. .Google Scholar
Wijaya,
H. (2018). Analisis data kualitatif ilmu pendidikan teologi. Sekolah
Tinggi Theologia Jaffray. .Google Scholar
Zafi,
A. A. (2018). Transformasi budaya melalui lembaga pendidikan (pembudayaan dalam
pembentukan karakter). Al Ghazali, 1(1), 1�16. .Google Scholar
Copyright holder : Sukma Indah, Abdul Rahman A. Sakka �(2021). |
First publication right
: Action Research Literate This article is licensed under: |