Nurhakim
24 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
memiliki sarana dan prasarana yang
cukup memadai atau memenuhi syarat
minimum sebagai suatu pusat
pendidikan, karena sekolah tersebut
telah memiliki ruang belajar, ruang
kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang
labor IPA, ruang labor komputer, ruang
perpustakaan, mushalla, kantin, kamar
kecil (WC), tempat parkir, halaman
luas, gudang yang tergolong semuanya
dalam kategori baik.
Dalam penerapan model
pembelajaran kontekstual secara umum
tidak terlalu membutuhkan sarana
prasarana yang banyak, bahkan dalam
kondisi seminimal mikin pun proses
pembelajaran kontekstual masih bisa
dilaksanakan, tetapi model
pembelajaran itu berbantuan media
interaktif yang artinya berhubungan
dengan tehnologi seperti Laptop, LCD,
Komputer, Speaker, arus Listrik, dan
tentunya ruangan belajar. Sehubungan
dengan hal tersebut, bahwa
kelengkapan sarana dan prasarana untuk
penerapan model pembelajaran
kontekstual yang berbantuan media
interaktif sangat dibutuhkan dan akan
berpengaruh terhadap keberhasilan baik
dalam hal proses maupun hasil belajar.
7. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi penerapan model
pembelajaran kontekstual adalah bisa
dilihat dari dukungan kepemimpinan
kepala sekolah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru, diketahui
bahwa respon kepala sekolah terhadap
penelitian ini sangat baik dan sangat
mendukung, dengan harapan ada
peningkatan pemahaman guru terhadap
model model pembelajaran yang ada
termasuk model pembelajaran
kontekstual.
Lingkungan adalah aspek penting
yang dapat mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran seperti kreatifitas
guru dalam mengajar, ketersediaan
sarana, ketersediaan buku pelajaran,
tempat bermain dan lainnya akan
menjadi sesuatu yang sangat penting
ketika model pembelajaran yang
digunakan guru berhubungan mereka
semua, lingkungan adalah gudang besar
yang harus ditata dan disusun dengan
rapi sehingga dapat menciptakan
suasana yang akan mewarnai jiwa
siswa, oleh karena itu lingkungan
belajar khususnya kemampuan guru
harus senantiasa dikembangkan.
8. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa
penulisan tesis yang berjudul
“Implementasi Model Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media
Interaktif Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil belajar” ini masih
memungkinkan ditemukannya
kekurangan atau bahkan mungkin
keterbatasan. media interaktif yang
dibuat oleh peneliti mungkin masih ada
keterbatasan dalam hal model, atau
animasi sehingga dalam pembuatan
media ini tidak murni buatan sendiri,
tetapi juga memanfaatkan media yang
sudah ada yang didapat dari situs PSB
yang kemudian dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan konteks.
Kesimpulan
Hal terpenting yang dilakukan dalam
mendesain pembelajaran kontekstual adalah
pemahaman terhadap model yang akan
diterapkan tersebut baik dalam tataran konsep
maupun aplikatif. Berikut ini adalah desain
atau pola model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif yang dihasilkan
dari penerapan yang telah dilakukan. Desain
model pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif diawali dengan orientasi yang
terdiri dari kegiatan memantau kesiapan siswa
untuk belajar, memotivasi siswa, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pemandu untuk
menghubungkan siswa dengan materi yang
akan disampaikan. Kemudian kegiatan
eksplorasi yang terdiri dari menjelaskan
materi pembelajaran, berdiskusi interaktif
dengan siswa pada materi pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan
pendek indikator kognitif siswa, kegiatan
kolaborasi yang terdiri dari pembagian
kelompok, diskusi kelompok, presentasi hasil