How to cite:
Nurhakim. (2021) Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar, Action Research Literate, 4(1).
https://doi.org/10.46799/jst.v2i10.421
E-ISSN:
2721-2769
Published by:
Ridwan Institute
14
Action Research Literate
Vol. 5 No. 1, Januari 2021
p-ISSN : 2613-9898 e-ISSN : 2808-6988
Sosial Pendidikan
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN
MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR
Nurhakim
SMAN 3 Mukomuko Bengkulu, Bengkulu, Indoensia
Email: justice7814@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
2 September 2020
Direvisi
15 November 2020
Disetujui
15 Desember 2020
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menerapkan model
pembelajaran kontekstual berbantuan media interaktif untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan metode
eksperimen atau yang disebut metode kuasi eksperimen yang dilaksanakan
di dua sekolah SMAN yang ada di kabupaten Mukomuko, yaitu SMAN 03
Mukomuko sebagai kelas eksperimen dan SMAN 05 Mukomuko sebagai
kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebanyak
empat siklus di SMAN 03 Mukomuko diketahui bahwa kemampuan guru
dalam menerapkan model pembelajaran mengalami peningkatan selama
dilakukan penerapan tindakan. Aktivitas belajar siswa dikelas yang
mencerminkan motivasi belajar mengalami peningkatan mulai dari
penerapan pertama sampai pada penerapan berikutnya seiring dengan
meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
kontekstual. Disamping itu, penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran juga memperlihatkan peningkatan. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan media
interaktif tidak hanya memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar
siswa tetapi juga meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran, walaupun peningkatan baik motivasi maupun hasil belajar
yang diperoleh tidak sebaik yang diharapkan tetapi masih pada kategori
signifikan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kemampuan guru,
karakteristik siswa, lingkungan, dan faktor pola pikir. Penelitian ini juga
menghasilkan sebuah model pembelajaran kontekstual berbantuan media
interaktif yang bersifat generik, artinya bahwa model pembelajaran ini
dimungkinkan bisa diterapkan pada sekolah lain yang memiliki
karakteristik yang sama dengan kelas eksperimen dalam penelitian ini..
ABSTRACT
The study commonly aimed for implementing contextual teaching and
learning model based interactive media that could be able to increase the
students`s motivation and mastery of learning material. The study was
held by using Classroom Action Research (CAR) and experiment method
or can be called quasi experiment method in two senior high school at
Mukomuko, namely SMAN 03 Mukomuko as experiment class and SMAN
05 Mukomuko as control class. Based on the result of this study of four
Kata Kunci:
Model
Pembelajaran
Kontekstual,
Media Interaktif,
Motivasi, Hasil
Belajar.
Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Action Research Literate, Vol. 5 No. 1, Januari 2021 15
Keyword:
Contextual Teching
And Learning
Model, Interactive
Media, Motivation,
Mastery Learning.
cycles at SMAN 03 Mukomuko, known that the teacher`s competence in
implementing instructional model increase as long as the action done.
The students`s activities which show students`s motivation increased from
the first action to the next actions in line with the increasing of teacher`s
competence in implementing the contextual teaching and learning model
based interactive media. And also the students`s mastery of the learning
materials shows the increasing. It show that the implementing of
contextual teaching and learning model based interactive media not only
correct and increase the students`s motivation, but also it would increase
students`s mastery of learning material although the increasing of
motivation and students`s matery of learning material were not suitable
with the researcher`s hope yet, but it is still significant category. It was
influenced by some factors, such as teacher`s ability, student`s character,
environmental factor, and also student`s mainstream. This study also
produck a contextual teaching and learning model genericly. It mean that
the contextual teaching and learning model based interactive media can
be possibled to be implemented on the others school minimally have the
same characteristics as the experiment class in this study. .
Pendahuluan
Pendidikan adalah investasi jangka
panjang yang memperlukan usaha dan dana
yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua
orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
masa depannya (Dwi Atmanti, 2005).
Demikian halnya dengan Indonesia menaruh
harapan besar terhadap pendidik dalam
perkembangan masa depan bangsa ini, karena
dari sanalah tunas muda harapan bangsa
sebagai generasi penerus dibentuk. Kualitas
kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh
faktor pendidikan, peran pendidikan sangat
penting untuk menciptakan kehidupan yang
cerdas, damai dan terbuka. Kemajuan suatu
bangsa, hanya dapat dicapai melalui penataan
pendidikan yang baik. Upaya meningkatkan
mutu pendidikan itu diharapkan dapat
menaikan harkat dan martabat manusia
indonesia. Oleh karena itu untuk mencapai itu
semua, pendidikan harus adaptif terhadap
perubahan dan perjalanan zaman.
Dalam konteks perubahan atau
pembaharuan atau perbaikan pendidikan, ada
tiga isu utama yang perlu menjadi perhatian
kita, yaitu pembaharuan kurikulum,
peningkatan kualitas pembelajaran, dan
afektivitas metode pembelajaran. Kurikulum
pendidikan harus komprehensif, responsif
terhadap dinamika sosial, relevan, tidak
overload, dan mampu mengakomodasikan
keberagaman keperluan dan kemajuan
teknologi. Kualitas pembelajaran harus
ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas
hasil pendidikan. Sehingga harus ditemukan
strategi atau pendekatan pembelajaran yang
efektif dikelas, yang lebih memberdayakan
potensi siswa dikelas. Ketiga hal itulah yang
harus menjadi fokus perbaikan dan
pembaharuan pendidikan di daerah ini
(UTAMI, 2021).
Diakui bahwa pendidikan adalah
investasi terbesar jangka panjang yang harus
ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun
prasarananya dalam arti modal material yang
cukup besar, tetapi sampai saat ini di Negara
Indonesia masih berkutat pada problemmatika
atau permasalahan klasik yang sumber
permasalahannya sulit diidentifikasi. Sehingga
problematika ini setelah dicoba untuk dicari
akar permasalahannya justru menemukan
rangkaian mata rantai yang tidak jelas ujung
dan pangkalnya. Namun hal yang sangat
menjadi perhatian bangsa ini adalah tentang
kualitas pendidikan yang tercermin dari
kualitas lulusan.
Nurhakim
16 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
Terkait dengan mutu lulusan,
khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA) sampai saat ini masih
jauh dari apa yang kita harapkan (Subijanto,
2014). Betapa kita masih ingat dengan hangat
akan standarisasi Ujian Nasional (UN),
dengan standar kelulusan mata pelajaran 4,00
dan kumulatif 5.5 masih dikeluhkan oleh para
pendidik dan bahkan oleh orang orang tua
siswa sendiri, karena dengan standar yang
masih minim itu sekalipun, anak atau
siswanya belum bisa lulus. Hal lucu yang
sebenarnya tidak perlu terjadi.
Melihat kondisi rendahnya prestasi atau
hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya
dilakukan salah satunya adalah perbaikan
proses pengajaran yang terus dilakukan,
banyak dilakukan pelatihan pelatihan,
sosialisasi sosialisasi tentang pendidikan
kekinian, pengenalan metode pembelajaran
yang baru yang salah satunya adalah dengan
penerapan pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif. diharapkan siswa
dapat meningkatkan aktifitas belajarnya,
motivasi belajar, sehingga terjadi proses
mengikuti perkembangan baik dalam hal
perkembangan metode belajar maupun media
pembelajaran dengan harapan siswa mampu
meningkatkan hasil belajar dan motivasi.
Pelajaran bahasa inggris pada umumnya
dianggap oleh siswa sebagai pelajaran yang
sulit dan tidak disukai. Para siswa selalu
mengkategorikan pelajaran bahasa inggris
sebagai momok seperti halnya mata Pelajaran
Matematika, Fisika, dan lain-lain. sehingga
akibatnya nilai hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris tidak lebih baik dari
mata pelajaran lainnya yang juga dianggap
sulit bahkan dibawah rata rata nilai mapel
yang sama sama dianggap sulit oleh siswa.
Pada umumnya sebagian besar siswa
mengatakan bahwa bahasa inggris adalah mata
pelajaran yang sulit, hal ini disebabkan karena
banyak faktor seperti keterbatasan sarana yang
dibutuhkan guru bahasa inggris, lingkungan
belajar, anggapan masyarakat yang kurang
baik terhadap mapel bahasa inggris, dan yang
terpenting adalah faktor guru atau kemampuan
guru dalam menyampaikan materi kadang
tidak menarik atau tidak kreatif.
Permasalahan ini muncul bukan hanya
karena kemampuan dan motivasi belajar siswa
yang kurang, tetapi juga faktor lingkungan
belajar yang kurang mendukung, dalam hal ini
adalah kreativitas guru bahasa Inggris dalam
mengelola pembelajaran, karena pengelolaan
proses pembelajaran mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa. Guru
berperan sebagai perantara ilmu pengetahuan
dan sebagai motivator dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas,
maka guru sebagai pengelola pembelajaran
harus mampu mengemas pembelajaran yang
efektif dan kreatif serta bermakna bagi siswa.
Pembelajaran akan memiliki makna, jika
pembelajaran yang dikemas guru dapat
dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi
siswa. (Rahayu, E. S. & Nuryata, 2011)
menegaskan bahwa, mengajar adalah
bagaimana menata lingkungan agar siswa
termotivasi dalam mengikuti dan menggali
makna dan ilmu pengetahuan serta mampu
menghargai perbedaan yang ada.
Permasalahan pembelajaran bahasa
inggris adalah permasalahan yang diawali dari
kesalahpahaman siswa atau bahkan guru
dalam memandang mata pelajaran bahasa
Inggris yang disamakan dengan mata
pelajaran yang lain. Sehingga model atau
metode pembelajaran yang digunakan sering
kali kurang tepat, karena bahasa bukanlah
ilmu yang harus dihafal, namun bahasa adalah
keterampilan yang harus diterapkan dan
digunakan, sehingga akan tepat jika metode
atau model pembelajaran yang digunakan
adalah model pembelajaran yang tepat yang
dalam hal ini salah satu pilihannya adalah
model pembelajaran kontekstual (Chatib,
2009).
Ada kecenderungan dalam dunia
pendidikan dewasa ini untuk kembali pada
Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar
Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021 17
pemikiran bahwa peserta didik akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara
alamiah. Belajar akan lebih bermakna bagi
peserta didik, jika siswa “mengalami” sendiri
apa yang dipelajari bukan “mengetahui” nya.
Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetensi “mengingat’ atau “menghafal”
dalam jangka pendek saja, tetapi gagal dalam
membekali peserta didik memecahkan
persoalan persoalan dalam kehidupan jangka
Panjang (Susilawati, 2014).
Pada saat ini di sekolah sekolah telah
mulai diperkenalkan atau menggunakan model
model pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) dengan berbagai tipe dan jenisnya
seperti tipe Jigsaw, STAD, dan lainnya, disisi
lain ada juga model pembelajaran Contextual
Teaching And Learning dengan 7
komponennya seperti contructivisme,
modeling, questioning, inquiry, dan lain.
Dalam hal ini model model tersebut
berkolaborasi dengan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK).
Dalam proses pembelajaran, setidaknya
TIK menempati tiga peranan penting, yakni
sebagai konten pembelajaran (standar
kompetensi), sebagai media pembelajaran, dan
sebagai alat belajar. Berdasarkan pemahaman
ini maka model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif dapat dikatakan
sebagai media yang mempunyai potensi yang
sangat besar dalam membantu proses
pembelajaran agar menjadi lebih efektif
(Rahayu, E. S. & Nuryata, 2011).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas, (Classroom Action Research)
dan eksperimen atau disebut kuasi eksperimen
yaitu penelitian yang bersifat kolaboratif yang
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis
S. MC Toggar R (1988) dalam (Rosmini,
2014) pada penelitian PTK, yang mencakup
kegiatan perencanaan (planning), tindakan
(action), observasi (observation), refleksi
(reflection) atau evaluasi (Arikunto, 2012).
Keempat kegiatan ini berlangsung secara
berulang dalam bentuk siklus yang dilakukan
dengan cara berkolaborasi antara peneliti
dengan Guru bahasa Inggris SMA Negeri 03
Mukomuko.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian
yang diajukan dalam penelitian ini, data yang
dikumpulkan meliputi :
a. Efektifitas implementasi model
pembelajaran kontektual berbantuan media
interaktif di kelas tindakan.
b. Aktivitas peneliti dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi model
pembelajaran kontekstual.
c. Evaluasi hasil belajar siswa berupa Pre-test
dan post-test yang dilakukan sebelum dan
sesudah proses pembelajaran
d. Motivasi siswa belajar menggunakan
model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif melalui
observasi dan angket.
e. Faktor pendukung dan faktor penghambat
penerapan model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif.
Data yang dikumpulkan diperoleh
dengan menggunakan observasi langsung,
angket atau kuisoner motivasi, pre-tes dan
post-test, wawancara (Hastono, 2001).
Hasil dan Pembahasan
A. Desain Model Pembelajaran Kontekstual
Berbantuan Media Interaktif
1 Analisis Pemetaan Kompetensi dasar
Kegiatan ini dilakukan untuk
menentukan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang sesuai dengan
waktu dan kurikulum sehingga bisa
memberikan gambaran akan tingkat
kesulitan dan posisi SK atau KD
tersebut. Kemudian setelah itu
dilakukan pengembangkan indikator
indikator yang akan dicapai atau
dikuasai oleh peserta didik selama satu
atau lebih pertemuan pembelajaran
Nurhakim
18 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
yang tentunya dengan pertimbangan SK
dan KD yang telah dipetakan, kegiatan
ini sering disebut dengan kegiatan
analisis instruksional. Yang pada
akhirnya disimpulkan bahwa analisis
instruksionalnya adalah mengikuti
model pengelompokan atau gabungan
dari prosedural dan hirarki.
2 Analisis Standar Kompetensi dan
kompetensi dasar.
Dalam kegiatan ini dilakukan
analisis SK dan KD menjadi sesuatu
yang perlu dilakukan, karena untuk
mengetahui peta SK dan KD itu.
Khususnya dalam mata pelajaran
bahasa inggris untuk menentukan SK
dan KD tersebut masuk pada
kompetensi apa dari empat kompetensi
yang ada dalam pelajaran bahasa
inggris yaitu reading, speaking,
listening, dan writing sehingga hasil
analisis ini bisa digunakan sebagai
landasan untuk melakukan
pengembangan indikator dari SK dan
KD tersebut. Tentunya juga
mempertimbangkan kondisi peserta
didik, baik kemampuan maupun
karakteristik peserta didik.
3 Pengembangan indikator
Kegiatan pengembangan
indikator dilakukan dengan berpedoman
pada hasil pemetaan SK dan KD.
Dengan ketentuan tingkat kesulitan
yang terdapat pada SK dan KD tidak
dilangkahi oleh kesulitan pada
pencapaian indikator yang
dikembangkan. Selain itu juga bahwa
indikator harus dirumuskan dalam kata
kata operasional yang terukur dan dapat
diamati serta harus mempertimbangkan
kesulitan indikator yang dikembangkan,
tidak boleh lebih tinggi dibanding
dengan peta SK dan KDnya. Hasil dari
pemetaan SK dan KD akan memberikan
gambaran kompetensi apa yang akan
dikuasai selama dua atau lebih jam
pelajaran. Sehingga indikator yang
dikembangkan harus sejalan dengan
kompetensi yang akan dicapai.
4 Menyusun silabus
Hasil seluruh proses yang telah
dilakukan pada tahapan-tahapan
sebelumnya dijadikan dasar dalam
penyusunan silabus. Hasil pemetaan
Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) serta
pengembangan Indikator menjadi dasar
awal dalam menyusun silabus.
Komponen silabus terdiri dari: Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), Indikator, pengalaman belajar
atau kegiatan inti, sumber atau bahan,
dan penilaian (dan Kebudayaan, 2008).
5 Menyusun Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP)
RPP yang dirancang dan dibuat
merupakan realisasi dari pengalaman
belajar peserta didik yang telah
ditetapkan dalam silabus pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar. PP No. 19 tahun
2005 SNP (Pasal 20) RPP ini disusun
berdasarkan komponen komponen yang
ada dalam silabus yang meliputi:
a.Identitas RPP (Nama mata pelajaran,
Kelas, semester, pertemuan, alokasi
waktu yang diperlukan).
b. Standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) serta
indikator yang akan dicapai dalam
proses pembelajaran.
c.Tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam satu atau lebih
pertemuan.
d. Materi pokok (yang dalam hal ini
materi pokok terlampir karena
berbentuk lembar belajar siswa dan
dalam bentuk media interaktif)
e.Strategi pembelajaran (strategi atau
metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam
menyampaikan materi atau
menjelaskan tentang kegiatan siswa
selama proses pembelajaran)
f. Langkah langkah pembelajaran.
komponen ini terdiri dari
(eksplorasi, kolaborasi, dan
konfirmasi). Dalam komponen ini
dijelaskan kegiatan pembelajaran
Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar
Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021 19
secara konkret yang harus dilakukan
guru atau siswa dalam berinteraksi
dengan materi atau media.
g. Alat dan media yang digunakan
untuk memperjelas penyampaian
materi pembelajaran dan
memperlancar pencapaian
kompetensi dasar atau lebih rincinya
mencapai indikator yang telah
ditentukan. Kemudian sumber bahan
yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan tujuan.
h. Penilaian (berisi instrumen dan
prosedur yang akan digunakan untuk
mengetahui pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik,
serta menentukan tindak lanjut dari
hasil pencapaian yang diperoleh).
Dalam Permendiknas No.41
dinyatakan bahwa ada sebelas
komponen yang harus ada dalam
silabus diantaranya adalah: Indentitas
Mapel, SK, KD, Indikator,
tujuan,materi pembelajaran, alokasi
waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian dan sumber
belajar.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Berbantuan Media Interaktif
Pelaksanaan pembelajaran
kontekstual berbantuan media interaktif
adalah merupakan inti dari aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
yang dalam pelaksanaanya disesuaikan
dengan rencana atau rancangan
pembelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya. Pada tahapan ini diharapkan
dapat melihat kekurangan atau kelebihan
dari rancangan desain yang telah disusun,
oleh karena itu kemampuan guru dalam
menerapkannya sangat dibutuhkan, karena
yang akan menjadi fokus dalam penelitian
ini adalah pada kemampuan guru untuk
menerapkan langkah-langkah pembelajaran
yang telah direncanakan, tetapi harus
disadari bahwa dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukanlah satu-satunya
model tetapi salah satu dari model yang
diharapkan kehadirannya.
Berdasarkan hasil penerapan yang
telah dilaksanakan, diketahui bahwa
tingkat keberhasilan guru dalam
menerapkan model pembelajaran
kontekstual sangat bergantung pada tingkat
pemahaman dan kemampuan guru terhadap
konsep dari pembelajaran kontekstual itu
sendiri. Berdasarkan hasil observasi pada
penerapan pertama terlihat guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan model
pembelajaran yang direncanakan sendiri,
hal ini terlihat dari:(1) belum
terkomunikasikannya SK dan KD serta
indikator dengan jelas kepada siswa. (2)
alokasi waktu setiap kegiatan tidak jelas,
sehingga terjadi kekurangan di satu
kegiatan dan kelebihan pada kegiatan yang
lain. (3) pembagian kelompok tidak teratur
dengan baik, sehingga banyak memakan
waktu. (4) refleksi tidak sempat dilakukan
karena kekurangan waktu. (5) kegiatan
presentasi hasil kerja kelompok tidak bisa
dilakukan secara sempurna. (6) guru
mempersiapkan diri untuk mengajar butuh
waktu yang lama karena tidak dipersiapkan
dengan matang, baik perlengkapannya
maupun perangkatnya.
Hasil temuan yang diperoleh pada
penerapan pertama ini selanjutnya
didiskusikan bersama dengan guru melalui
proses refleksi, dan dari hasil refleksi
diketahui bahwa kesulitan atau kekurangan
guru dalam menerapkan model
pembelajaran kontekstual itu dikarenakan
pertama guru kurang mempelajari RPP
yang telah dirancang sebelumnya dengan
baik, kedua pemahaman guru akan model
pembelajaran yang akan digunakan masih
kurang, walaupun telah dilakukan diskusi
tentang pemahaman model pembelajaran
dengan 2 guru observer, ketiga media
interaktif yang digunakan terlalu panjang
durasi waktunya.
Seiring dengan pelaksanaan
penerapan model, kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran
kontekstual mengalami peningkatan yang
signifikan, hal ini terjadi seiring dengan
meningkatnya pemahaman guru akan
model pembelajaran kontekstual dan
meningkat pula keterampilan guru
menerapkannya. Disamping itu
kemampuan guru dalam menjalankan
media interaktif juga mempengaruhi proses
pembelajaran.
Nurhakim
20 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
Secara umum terjadi peningkatan
yang signifikan terhadap kemampuan guru
dalam mengimplementasikan model
pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif, hal itu dikarenakan
rekomendasi yang diberikan pada setiap
siklusnya lebih mengarah pada
peningkatan efektifitas pelaksanaannya
saja, bukan pada penambahan kegiatan
atau tukar kegiatan tetapi justru hanya
memperbaiki kualitas penerapannya saja,
seperti pada penerapan pertama tidak
dilakukan kegiatan menyampaikan SK, KD
dan Indikator, maka pada penerapan
berikutnya harus disampaikan, pada siklus
pertama pembagian kelompoknya tidak
beraturan dan memakan waktu banyak,
maka pada siklus berikutnya hal itu tidak
boleh terulang kembali dengan dilakukan
beberapa perbaikan dan penekanan atau
meningkatkan efektifitas kegiatan dengan
memaksimalkan kegiatan yang dilakukan
guru dan siswa.
C. Dampak Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media Interaktif
Dampak dari penerapan model
pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif terhadap hasil belajar
siswa dilihat dari hasil pre-test dan post-tes
siswa setiap siklus menunjukkan
peningkatan yang cukup baik. Pada siklus
pertama hasil belajar meningkat 13 % pada
siklus kedua meningkat 17% pada siklus
ketiga meningkat 19% dan pada siklus
keempat meningkat 20%. Hasil belajar
siswa dilakukan analisis untuk mengetahui
tingkat penguasan siswa terhadap materi
pembelajaran yang dilakukan setelah
penerapan model pembelajaran
kontekstual. Hasil belajar diketahui dari
hasil evaluasi belajar siswa berupa tes yang
dilakukan disetiap akhir pembelajaran.
Sebagaimana tergambar pada gambar rata-
rata hasil belajar siswa setiap siklus berikut
ini.
Gambar 1
Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Per
Siklus
Data hasil belajar siswa ini diperoleh
dari evaluasi belajar yang di berikan kepada
siswa sebelum proses pembelajaran dilakukan
(Pre-test) yang dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami materi sebelum menggunakan
model pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif, kemudian diakhir
pembelajaran juga diberikan post-test untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil yang
diperoleh kemudian dilakukan analisis
menggunakan Uji t dua sampel independen,
hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak
atau efektifitas penerapan model pembelajaran
kontekstual terhadap hasil belajar siswa.
Berikut ini adalah tabel hasil analisis uji
t terhadap hasil belajar siswa pada setiap
siklusnya.
Tabel 1
Hasil Uji t Perolehan Rata-rata Skor Pre-
test dan Post-test
Siklus
N
Rata
rata
Std.
Nilai
t
dk
Pertama
26
3,2
1,378
9,70
25
4,5
Kedua
26
3,2
1,735
8,75
25
4,9
Ketiga
26
3,3
1,815
6,66
25
5,2
Keempat
26
3,7
1,582
8,99
25
5,7
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa penerapan model pembelajaran
kontekstual berbantuan media interaktif
memberikan dampak yang signifikan terhadap
kemampuan siswa khususnya dalam
Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar
Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021 21
kompetensi membaca, hal ini ditunjukkan
hasil t hitung pada siklus pertama dan
seterusnya dimana hasil t hitung nya lebih
besar dibandingkan dengan nilai t tabel. Pada
siklus pertama diperoleh t hitung adalah 9,70,
siklus kedua diperoleh t hitung 8,75, siklus
ketiga diperoleh t hitung 6,66, pada siklus
keempat diperoleh t hitung 8,99, ini
menunjukkan bahwa t hitung yang diperoleh
pada setiap siklus menunjukkan peningkatan
yang signifikan pada taraf signifikansi 95%.
Dampak dari penerapan model
pembelajaran kontekstual berbantuan media
interaktif terhadap motivasi belajar bahasa
Inggris siswa dilihat dari peningkatan skor
hasil angket motivasi yang diberikan kepada
siswa menunjukan kondisi motivasi siswa
belajar bahasa Inggris sebelum perlakuan
sudah berada pada kategori “Cukup” yaitu
diperoleh skor rata rata jumlah 119 atau skor
rata-rata sebesar 2,97 yang berdasarkan rating
scale atau rentang skala lima dalam kategori
“Cukup”, kemudian skor hasil angket motivasi
yang diberikan setelah dilakukan tindakan
mencapai skor rata-rata 160,5 berada dalam
kategori “Baik”. Data ini memperkuat data
motivasi yang diperoleh dari hasil observasi
berada pada kategori “Kurang” dan menjadi
“Baik” pada siklus terakhir. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
motivasi yang signifikan antara sebelum
diberikan tindakan dan setelah diberikan
tindakan. Sebagaimana tergambar pada grafik
motivasi dari hasil angket yang diberikan
sebelum penerapan dan setelah penerapan
selesai b
Gambar 2
Grafik Skor rata-rata motivasi Siswa
Berdasarkan Angketerikut ini.
Hasil skor motivasi belajar siswa ini
diperoleh dari angket motivasi yang di berikan
kepada siswa sebelum adanya tindakan atau
perlakukan yang dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi motivasi belajar siswa
dalam belajar bahasa Inggris yang
menggunakan metode pembelajaran
kebanyakan atau metode konvensional,
kemudian angket motivasi itu juga diberikan
kepada siswa setelah mendapat perlakukan
atau tindakan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif.
Data motivasi hasil angket tersebut
diperkuat oleh data motivasi yang diperoleh
menggunakan observasi kelas setiap siklus
untuk mengetahui kondisi motivasi siswa
setiap siklusnya, apakah terjadi peningkatan
motivasi dari siklus yang satu kesiklus yang
lain, dari hasil observasi yang dilakukan
observer 2 ini diperoleh data sebagaimana
tergambar dalam grafik berikut ini.
Gambar 3
Kondisi Perkembangan Motivasi Siswa Per
Siklus
Peningkatan motivasi belajar bahasa
Inggris siswa kelas X ini terjadi seiring
dengan peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kontekstual
yang dipadukan dengan media interaktif.
Peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran tersebut
dapat dilihat dari gambar dibawah ini
Grafik 4
Kemampuan Guru Dalam
Mengimplementasikan Pembelajaran Model
Kontekstual
Nurhakim
22 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
D. Pola Akhir Model Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media Interaktif
Penerapan model pembelajaran
dilakukan sebanyak empat siklus tindakan
untuk menemukan pola pembelajaran
model kontekstual berbantuan media
interaktif yang ideal atau yang paling baik.
Pada pertemuan pertama kemampuan guru
masih sangat rendah dalam menerapkan
model pembelajaran berdasarkan skor rata-
rata hasil observasi yaitu. 2,57. Pada
pertemuan kedua terjadi peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan
model dengan cara memperbaiki proses
sesuai dengan anjuran atau rekomendasi
yang dibuat oleh observer dan peneliti pada
siklus pertama, yaitu mencapai skor rata-
rata 3,00. pertemuan berikutnya juga
terjadi peningkatan yang relatif baik dan
hampir mendekati ideal yaitu menperoleh
skor rata-rata hasil observasi 4,05. Pada
pertemuan keempat, rekomendasi yang
disepakati pada siklus ketiga menjadi
perhatian guru dalam mempersiapkan dan
memperbaiki proses pembelajaran
sehingga pada pertemuan selanjutnya skor
kemampuan guru mencapai rata-rata 4,9.
Model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif yang ideal
tergambar seperti berikut ini:
pembelajaran diawali dengan membaca
doa yang dipimpin oleh ketua kelas,
kemudian dilanjutkan guru melontarkan
pertanyaan-pertanyaan pembuka
menanyakan kehadiran atau kelengkapan
kelas kemudian dilanjutkan mengabsen
siswa secara perorangan. Guru
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
pemandu untuk mengetahui kesiapan siswa
belajar dan dilanjutkan dengan
menyampaikan SK dan KD serta indikator
pembelajaran, setelah itu guru melakukan
appersepsi tentang materi yang akan
disampaikan dan dilanjutkan dengan
materi, materi disampaikan dengan
menggunakan metode ceramah dan diskusi
interaktif, setelah itu guru membuka media
interaktif untuk dijawab dan dipecahkan,
selanjutnya guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari
5 siswa, kemudian memberikan tugas dan
menjelaskan tugasnya. Selama siswa
bekerja berdiskusi dalam kelompok masing
masing, guru melakukan penilaian afektif
siswa baik dari kerja kelompoknya maupun
perilaku belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Setelah itu guru meminta kepada
semua kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerjanya secara bergiliran dimana
satu kelompok presentasi maka kelompok
yang lain menanggapi dan seterusnya.
Kemudian dilanjutkan dengan guru
bersama sama siswa mengkaitkan materi
yang telah dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa dan setelah itu guru mengajak
siswa untuk merefleksi kegiatan belajar
yang sudah dilakukan kemudian
dilanjutkan dengan ulangan dan pemberian
tugas rumah serta diakhiri dengan
penutup.
E. FaktorFaktor Pendukung Dan
Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media Interaktif
Keberhasilan proses pembelajaran
ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya
adalah faktor guru, siswa, sarana dan
prasarana serta lingkungan tentunya.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang
diperoleh pada tahap ujicoba maupun
pelaksanaan ujicoba ditemukan bahwa
faktor faktor diatas juga bisa menghambat
dan mendukung keberhasilan proses
penerapan model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif.
1. Faktor Guru
Guru adalah merupakan
komponen yang sangat menentukan
dalam keberhasilan implementasi model
pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif. Keberhasilan
implementasi model pembelajaran
kontekstual ini terutama berhubungan
dengan kualitas atau kemampuan yang
dimiliki oleh guru. Berikut ini ada
beberapa yang aspek yang
mempengaruhi kemampuan guru dalam
mengimplementasikan model
pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif.
2. andangan dan pemahamn guru tentang
model pembelajaran kontekstual
Pandangan dan pemahaman guru
terhadap pembelajaran kontekstual
sangat mempengaruhi guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran
Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar
Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021 23
tersebut. Guru yang menganggap bahwa
mengajar hanya sebatas menyampaikan
materi pelajaran akan berbeda dengan
guru yang menganggap mengajar
adalah sesuatu proses pemberian
bantuan atau perantara siswa dengan
ilmu .
Kondisi ini pula yang ditemukan
pada penelitian tentang implementasi
model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif ini.
Berawal dari pemahaman guru tentang
model pembelajaran kontekstual yang
kurang, kemudian pemaduan model
dengan TIK dalam hal ini adalah media
interaktif yang terkesan dipaksakan,
memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap kemampuan guru dalam
menerapkan strategi pembelajaran yang
telah direncanakan. Kondisi inilah yang
tentu akan menpengaruhi kualitas
ataupun kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran. Hal
itu terlihat ketika dilakukan observasi
pada ujicoba awal atau pertama. Guru
masih terlihat kaku dan bingung dalam
memadukan antara model dengan media
yang disiapkan, tetapi setelah dilakukan
ujicoba beberapa kali baru terlihat tidak
kaku dan bingung lagi bahkan sudah
terbiasa.
3. Latar Belakang Pendidikan guru
Latar belakang pendidikan yang
dimiliki oleh guru juga merupakan
salah satu yang punya pengaruh dalam
keberhasilan pembelajaran. Sehubungan
dengan hal itu sebenarnya guru
mempunyai kualifikasi standar guru
SMA yaitu sudah sarjana (S1). namun
keterbatasan pemahaman dan
pandangan guru tersebut dipengaruhi
oleh kurangnya guru mengikuti
pelatihan-pelatihan baik berhubungan
dengan pengembangan diri maupun
pelatihan pelatihan yang berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan
mengajar. Sebenarnya ada sebuah
wadah yang dimiliki guru mata
pelajaran bahasa inggris untuk
meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam mengajar yaitu
forum MGMP mata pelajaran, tetapi
forum tersebut belum banyak memberi
kontribusi positif terhadap guru dalam
meningkatkan kemampuan dan diri
disebabkan program yang direncanakan
tidak berjalan.
4. Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar guru yang
bersangkutan baik guru yang bertugas
sebagai observer maupun sebagai
pelaksana penelitian, mempunyai
pengalaman kerja yang terbilang cukup
lama yaitu 7 tahun, sedangkan guru
yang bertugas sebagai observer 3 tahun
dan 4 tahun. Kondisi ini tentu sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan
model pembelajaran kontekstual. Hal
ini tentu berhubungan dengan tingkat
pemahaman guru akan karakteristik
siswa SMA dan penguasaan guru
terhadap keterampilan mengajarnya.
Asumsinya adalah bahwa guru yang
memiliki pengalaman mengajar lama
akan memiliki tingkat pemahaman akan
karakter siswa dan penguasaan terhadap
keterampilan mengajar yang lebih jika
dibandingkan dengan guru yang
memiliki pengalaman mengajar yang
belum lama.
5. Faktor Siswa
Siswa adalah manusia yang
berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Khususnya siswa
SMA adalah manusia yang berada pada
tahap peralihan dan pertumbuhan,
mereka memiliki karakter yang berbeda
beda satu sama lain, irama
pertumbuhannyapun tidak selalu sama,
sehingga perbedaan-perbedaan itu pula
tentu harus menjadi perhatian seorang
guru dalam memperlakukan mereka
dalam proses pembelajaran. Karakter
yang berbeda baik dalam hal
kemampuan, sikap, mental dan yang
lainnya yang dimiliki siswa dikelas,
menjadi tantangan bagi guru untuk
memecahkan masalah tersebut karena
harus dipahami bahwa hal itu
mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam keberhasilan pembelajaran.
6. Faktor Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil studi
dokumentasi awal yang dilakukan ,
diketahui bahwa sekolah tempat penulis
melakukan penelitian secara umum
Nurhakim
24 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
memiliki sarana dan prasarana yang
cukup memadai atau memenuhi syarat
minimum sebagai suatu pusat
pendidikan, karena sekolah tersebut
telah memiliki ruang belajar, ruang
kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang
labor IPA, ruang labor komputer, ruang
perpustakaan, mushalla, kantin, kamar
kecil (WC), tempat parkir, halaman
luas, gudang yang tergolong semuanya
dalam kategori baik.
Dalam penerapan model
pembelajaran kontekstual secara umum
tidak terlalu membutuhkan sarana
prasarana yang banyak, bahkan dalam
kondisi seminimal mikin pun proses
pembelajaran kontekstual masih bisa
dilaksanakan, tetapi model
pembelajaran itu berbantuan media
interaktif yang artinya berhubungan
dengan tehnologi seperti Laptop, LCD,
Komputer, Speaker, arus Listrik, dan
tentunya ruangan belajar. Sehubungan
dengan hal tersebut, bahwa
kelengkapan sarana dan prasarana untuk
penerapan model pembelajaran
kontekstual yang berbantuan media
interaktif sangat dibutuhkan dan akan
berpengaruh terhadap keberhasilan baik
dalam hal proses maupun hasil belajar.
7. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi penerapan model
pembelajaran kontekstual adalah bisa
dilihat dari dukungan kepemimpinan
kepala sekolah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru, diketahui
bahwa respon kepala sekolah terhadap
penelitian ini sangat baik dan sangat
mendukung, dengan harapan ada
peningkatan pemahaman guru terhadap
model model pembelajaran yang ada
termasuk model pembelajaran
kontekstual.
Lingkungan adalah aspek penting
yang dapat mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran seperti kreatifitas
guru dalam mengajar, ketersediaan
sarana, ketersediaan buku pelajaran,
tempat bermain dan lainnya akan
menjadi sesuatu yang sangat penting
ketika model pembelajaran yang
digunakan guru berhubungan mereka
semua, lingkungan adalah gudang besar
yang harus ditata dan disusun dengan
rapi sehingga dapat menciptakan
suasana yang akan mewarnai jiwa
siswa, oleh karena itu lingkungan
belajar khususnya kemampuan guru
harus senantiasa dikembangkan.
8. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa
penulisan tesis yang berjudul
“Implementasi Model Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media
Interaktif Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil belajar” ini masih
memungkinkan ditemukannya
kekurangan atau bahkan mungkin
keterbatasan. media interaktif yang
dibuat oleh peneliti mungkin masih ada
keterbatasan dalam hal model, atau
animasi sehingga dalam pembuatan
media ini tidak murni buatan sendiri,
tetapi juga memanfaatkan media yang
sudah ada yang didapat dari situs PSB
yang kemudian dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan konteks.
Kesimpulan
Hal terpenting yang dilakukan dalam
mendesain pembelajaran kontekstual adalah
pemahaman terhadap model yang akan
diterapkan tersebut baik dalam tataran konsep
maupun aplikatif. Berikut ini adalah desain
atau pola model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif yang dihasilkan
dari penerapan yang telah dilakukan. Desain
model pembelajaran kontekstual berbantuan
media interaktif diawali dengan orientasi yang
terdiri dari kegiatan memantau kesiapan siswa
untuk belajar, memotivasi siswa, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pemandu untuk
menghubungkan siswa dengan materi yang
akan disampaikan. Kemudian kegiatan
eksplorasi yang terdiri dari menjelaskan
materi pembelajaran, berdiskusi interaktif
dengan siswa pada materi pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan
pendek indikator kognitif siswa, kegiatan
kolaborasi yang terdiri dari pembagian
kelompok, diskusi kelompok, presentasi hasil
Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Interaktif Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar
Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021 25
kerja, dan guru melakukan penilaian autentik.
Dan kegiatan konfirmasi yang terdiri dari
kegiatan evaluasi belajar, refleksi dan
pemberian tugas pengayaan.
Penerapan model pembelajaran
kontekstual berbantuan media interaktif secara
signifikan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan menjadi motivasi tersendiri bagi
siswa dalam mengikuti materi pembelajaran.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah media pembelajaran yang
digunakan, kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, model pembelajaran yang
digunakan. Hal ini dapat dilihat pada grafik
4.20 tentang perkembangan kemampuan guru
dalam menerapkan model pembelajaran
kontekstual setiap siklus yang diiringi dengan
peningkatan hasil belajar siswa setiap
siklusnya.
Pada tahap kuasi eksperimen dalam
penelitian ini diperoleh informasi bahwa
penerapan model pembelajaran kontekstual
berbantuan media interaktif secara efektif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini
bisa dilihat dari hasil analisis yang dilakukan
menggunakan statistik uji t untuk mengetahui
efektifitas penerapan model pembelajaran
kontekstual dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis
diketahui bahwa semakin baik kemampuan
guru dalam menerapkan model pembelajaran
kontekstual berbantuan media interaktif maka
peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran juga semakin baik.
Artinya bahwa semakin baik kemampuan guru
dalam menerapkan model pembelajaran maka
semakin baik pula hasil belajar siswa dan
peningkatannya terjadi secara signifikan.
Faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam penerapan model
pembelajaran kontekstual berbantuan media
interaktif yakni Faktor Guru, Faktor siswa,
Faktor lingkungan.
Bibliografi
Arikunto, S. (2012). Penelitian tindakan
kelas.Google Scholar
Chatib, M. (2009). Sekolahnya manusia:
sekolah berbasis multiple intelligences di
Indonesia. Kaifa. Google Scholar
dan Kebudayaan, K. P. (2008). Panduan
umum pengembangan silabus. Jakarta.
Google Scholar
Dwi Atmanti, H. (2005). Investasi sumber
daya manusia melalui pendidikan. Jurnal
Dinamika Pembangunan (JDP),
2(Nomor 1), 3039. Google Scholar
Hastono, S. P. (2001). Analisis data. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Google Scholar
Rahayu, E. S. & Nuryata, I. M. (2011).
Pengembangan soft skills. Sekarmita.
Google Scholar
Rosmini, A. (2014). Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran
Ipa Kelas V: Penelitian Tindakan Kelas
di Kelas V SDN Rancamalang 3
Kecamatan Margaasih Kabupaten
Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Google Scholar
Subijanto, S. (2014). Studi Jajak Pendapat
Kebijakan Pendidikan Menengah
Universal*. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 20(1), 1429. Google
Scholar
Susilawati, M. (2014). Penerapan
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada Konsep Operasi
Bilangan. Disampaikan Pada Seminar
Nasional Universitas Udayana. Google
Scholar
Utami, B. B. (2021). Upaya Peningkatan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Kompetensi Menulis Surat
Lamaran Pekerjaan Melalui
Pembelajaran Dengan Metode
Kontekstual Pada Siswa Kelas Xii Aph3
Smk Negeri 2 Pacitan Tahun Pelajaran
2018/2019. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran: Kajian Teori Dan Praktik
Nurhakim
26 Action Research Literate Vol. 5 No. 1, Januari 2021
Kependidikan, 2(1), 2535. Google
Scholar
Copyright holder :
Nurhakim (2021).
First publication right :
Action Research Literate
This article is licensed under: