Lita Puspita Sari
44 Action Research Literate, Vol. 4 No. 2, Juli 2020
Negeri 1 Larangan Kota Cirebon yang
berjumlah 20 siswa, hanya 5 siswa yang
berhasil (15%) dalam menulis dan menghitung
dan sisanya sekitar 22 siswa dinyatakan belum
berhasil (85%).
Data tersebut menunjukan bahwa hasil
belajar siswa secara klasikal masih belum
berhasil. Hal itu bisa di lihat dari prosentase
seluruh siswa, hanya 15% siswa yang sudah
bisa menulis padahal prosentase ideal antara
85%-100%. Oleh karena itu permasalahan ini
perlu dilakukan tindakan, melalui penelitian
tindakan kelas.
Bahasa Indonesia mempunyai ragam
lisan dan tulisan yang keduaduanya digunakan
dalam situasi formal (resmi) dan situasi
nonformal (Humaeroh, 2017). Guru
selayaknya memperkenalkan Bahasa
Indonesia kepada siswa adalah ragam lisan
yang formal dan ragam tulisan formal dan tak
formal (St Y, 2008)
Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia. Salah satu tujuan mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
bahasa (BNSP, 2006).
Menulis merupakan kemampuan
berbahasa yang produktif dan ekspresif.
Dalam aspek menulis siswa harus terampil
menggunakan grafologi struktur bahasa dan
memiliki perbendaharaan kata yang luas.
Melalui pembelajaran menulis inilah siswa
dapat mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, dan pengalaman. Pengungkapan
pikiran dapat dilakukan secara tertulis dalam
bentuk karangan, dialog, laporan, ringkasan,
dan puisi bebas.
Dalam pembelajaran menulis atau
mengarang guru dituntut kerja keras untuk
membuat pembelajaran di kelas menjadi
kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa
tidak merasa dipaksa untuk dapat membuat
sebuah karangan, tetapi sebaliknya siswa
merasa senang diajak guru untuk mengarang
atau menulis (Hidayah, 2016).
Menurut (Dewi et al., 2017) metode
demostrasi adalah cara mengajar instruktur
atau guru menunjukkan atau memperlihatkan
suatu proses. Peran penggunaan metode
demonstrasi mampu mengkomunikasikan
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemberi
kepada penerima. Oleh karena itu dalam
merancang proses belajar hendaknya dipilih
metode yang benar-benar efektif dan efisien
atau merancang metode sendiri sehingga dapat
menyampaikan pesan pembelajaran, yang
akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari
siswa. Metode yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah metode demonstrasi.
Metode demonstrasi mempunyai
kemampuan atau potensi mengatasi
kekurangan- kekurangan guru, metode
demonstrasi mampu menyampaikan meteri
secara jelas dan mudah di pahami siswa.
Dengan demikian penggunan metode
demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan. Dari hal tersebut maka proses
belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa
akan meningkat.
Dari definisi- definisi di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah cara – cara guru dalam
mengajar dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, kejadian, urutan melakukan suatu
kegiatan atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk yang sebenarnya
maupun tiruan melalui penggunaan berbagai
macam media yang relevan dengan pokok
bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif
dalam memahami materi.
Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah yang telah dikemukakan