PENDEKATAN
ALAMI: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK, SERAI, DAN DAUN PEPAYA TERHADAP LARVA
NYAMUK
Efriza1, Frisca Ayu Asyifa2, Abdi Iswahyudi
Yasril3
1,2,3 Universitas Fort De Kock Bukittinggi
* Email
untuk Korespondensi: [email protected]
Kata kunci: Pencegahan Demam Berdarah, Larvasida Alami, Pengendalian Aedes aegypti Keywords: Dengue Fever Prevention, Natural Larvicides, Aedes aegypti Control |
|
ABSTRAK |
|
Demam berdarah disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah masih
menjadi masalah kesehatan di negara-negara tropis dan subtropis. Berbagai
upaya pencegahan, termasuk pengendalian vektor dilakukan untuk mengurangi
infeksi demam berdarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
ekstrak kombinasi daun sirsak + serai, kombinasi daun sirsak + daun pepaya,
kombinasi serai daun + pepaya pada konsentrasi 50%., dalam upaya
mengendalikan vektor demam berdarah dengan menggunakan larvasida. Dalam
penelitian ini, ekstrak dari tanaman yang disebutkan di atas disiapkan dan
diuji efektivitasnya terhadap larva Aedes aegypti. Larva diberi paparan
berbagai kombinasi ekstrak, dan tingkat kematiannya dicatat selama periode
tertentu. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk menentukan signifikansi
temuan. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan rata-rata larva yang mati
menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai dan ekstrak kombinasi daun
sirsak + daun pepaya (p<0,05). Temuan penelitian ini menggarisbawahi bahwa
potensi penggunaan ekstrak tanaman alami dalam pengelolaan populasi nyamuk,
khususnya Aedes aegypti. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kasus
demam berdarah dapat menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai serta
ekstrak kombinasi serai + daun pepaya sebagai larvasida alami. Perlunya
keterlibatan masyarakat, organisasi kesehatan masyarakat dan pembuat
kebijakan dalam mengadopsi metode pengendalian hama alami untuk
mempertimbangkan pengintegrasian solusi alami ke dalam strategi kesehatan
masyarakat. Dengue fever is
caused by the dengue virus, which is transmitted by the Aedes aegypti
mosquito. Dengue fever remains a significant health issue in tropical and
subtropical countries. Various preventive measures, including vector control,
are undertaken to reduce dengue fever infections. This study aims to assess
the effectiveness of soursop leaf + lemongrass extract, soursop leaf + papaya
leaf extract, and lemongrass + papaya leaf extract at a 50% concentration in
controlling the vector of dengue fever using larvicides. In this research,
extracts from the aforementioned plants were prepared and tested for their
effectiveness against Aedes aegypti larvae. The larvae were exposed to
different extract combinations, and their mortality rates were recorded over
a specific period. The results were statistically analyzed to determine the
significance of the findings. The analysis showed a significant difference in
the average mortality of larvae using the soursop leaf + lemongrass extract
combination and the soursop leaf + papaya leaf extract combination
(p<0.05). These findings highlight the potential use of natural plant
extracts in managing mosquito populations, particularly Aedes aegypti.� In efforts to prevent and control dengue
fever cases, the use of soursop leaf + lemongrass extract and lemongrass +
papaya leaf extract as natural larvicides is recommended. It is crucial for
community involvement, public health organizations, and policymakers to adopt
natural pest control methods and consider integrating these natural solutions
into public health strategies. |
|
Ini
adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article under the CC BY-SA license. |
PENDAHULUAN
Demam berdarah adalah penyakit infeksi virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes. Lebih dari 3,9 miliar orang di lebih dari 129
negara berisiko tertular demam berdarah, dengan sekitar 96 juta kasus bergejala
dan sekitar 40.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2020). Nyamuk Aedes telah beradaptasi untuk
menularkan virus secara efektif dari manusia ke manusia (Santjaka, 2017). Mereka membawa berbagai arbovirus, lebih
suka darah manusia, menggigit di siang hari, dan makan berkali-kali. Upaya
pengendalian vektor yang menargetkan tahap larva dan kepompong akuatik berfokus
pada pembuangan wadah buatan manusia yang menjadi tempat favorit nyamuk Aedes
untuk bertelur. Aedes albopictus dan Ae. aegypti berkembang biak di lingkungan
manusia (Cabu & Fika,
2024). Kedua spesies ini sering ditemukan
berkembang biak di pot bunga, selokan, wadah air dan air yang tertampung di
berbagai jenis sampah seperti ban, lemari es, dan wadah bekas. Alternatifnya,
habitat perairan ini dapat diberi senyawa kimia atau biologis (misalnya
Bacillus thuringiensis) untuk menghambat perkembangan atau membunuh tahap yang
belum matang, sehingga mengurangi kepadatan populasi nyamuk dewasa.
Keberhasilan pengendalian nyamuk Aedes didasarkan pada upaya terkoordinasi dari
masyarakat dan petugas kesehatan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya
pencegahan (Dusfour & Chaney,
2021).
��� Pengendalian
vektor di tingkat global memanfaatkan ilmu pengetahuan dan inovasi untuk
menciptakan perubahan positif yang dapat kita ukur, kita lihat dan rasakan (WHO, 2017). Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengan menggunakan
insektisida sintesis mempunyai kekurangan, salah satunya adalah insektisida
tersebut sukar didegradasi oleh alam (Windari, 2021). Untuk mengurangi dampak negatif dari
penggunaan insektisida sintetik, dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan
nabati sebagai insektisida alami. Penggunaan insektisida nabati memiliki
kelebihan yakni bahan yang mudah diperoleh dan harga yang ekonomis. Disamping
itu tetap disarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) (Dinas Kesehatan
Kota Padang, 2019).
��� Insektisida
nabati berasal dari bahan tumbuhan alami yang bersifat racun dan terurai
(biodegradable) di alam. Tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan
insektisida nabati memiliki kandungan diantaranya yaitu tanin, saponin,
alkaloid dan flavonoid. Saponin dapat menyebabkan kerusakan sel, mengganggu
proses metabolisme, dan merusak lapisan pelindung luar sehingga larva nyamuk
akan kehilangan banyak cairan (Tlak Gajger &
Dar, 2021). Tanin dapat menyebabkan gangguan nutrisi
dengan mengurangi aktivitas enzim pencernaan pada larva nyamuk (Nisrina, 2022). Terpenoid berfungsi sebagai pengganggu
membran sel dan jaringan pada larva nyamuk. Steroid berfungsi sebagai hormon
pertumbuhan yang bekerja menghambat pertumbuhan dengan memengaruhi pergantian
kulit pada larva nyamuk (Hamuel, 2015). Flavonoid merupakan kandungan khas
tumbuhan hijau dengan mengecualikan alga dan hornwort. Flavonoid sebenarnya
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung
sari, nektar, bunga, buah buni, dan biji. Flavonoid merupakan senyawa
polifenol. Senyawa fenol bersifat dapat mendenaturasi ikatan protein pada
membran sel, sehingga membran sel menjadi lisis dan kemungkinan fenol menembus
kedalam inti sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Leni Rumiyanti et
al., 2019).
Oleh sebab itu dipandang perlu untuk mencari
insektisida nabati ramah lingkungan, mudah diperoleh, dan efektif membunuh
nyamuk vektor DBD. Salah satunya dengan menggunakan tanaman yang ada di
lingkungan pemukiman untuk menjadi insektisida nabati, baik untuk nyamuk dewasa
maupun pra-dewasa (larva). Upaya itu antara lain membuat larvasida dengan cara
mengekstrak beberapa tanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati dan
mengujinya terhadap larva Aedes aegypti (Putra, 2020). Tanaman yang berpotensi tersebut antara
lain adalah daun sirsak, serai dan daun pepaya. Berdasarkan hasil skrinning
fitokimia daun sirsak (Annona reticulata) mengandung senyawa saponin,
triterpenoid, tannin, alkaloid, flavonoid. Daun dan akar tanaman serai
(Cymbopogon nardus L) mengandung flavonoid (Kuete, 2017). Daun pepaya (Carica pepaya L.)
mengandung alkaloid dan flavonoid (Leni Rumiyanti et
al., 2019).�
Meningkatnya penyakit yang ditularkan nyamuk,
terutama yang disebarkan oleh Aedes aegypti, telah mengharuskan eksplorasi
berbagai cara pengendalian hama alternatif. Metode tradisional terutama
menggunakan insektisida sintetis, yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
dan peningkatan resistensi di antara populasi nyamuk. Artikel ini membahas
efektivitas kombinasi ekstrak tanaman sirsak (Annona reticulata), serai
(Cymbopogon nardus), dan pepaya (Carica papaya)�sebagai pengobatan alami yang
potensial untuk mengendalikan larva Aedes aegypti.
METODE
Bahan dan alat yang digunakan:
- Ekstrak kombinasi daun sirsak + serai
- Ekstrak kombinasi daun sirsak + daun
pepaya
- Ekstrak kombinasi serai + daun pepaya
Varian ekstrak daun sirsak, serai dan daun
pepaya dengan konsentrasi 50%.
- Larva Aedes aegypti instar 180 ekor;
untuk 3 kali pengulangan untuk masing-masing kombinasi (total 9 perlakuan),
satu perlakuan diisi 20 larva
- Etanol 96% sebagai pelarut sebanyak 2 L
- Sembilan (9) buah kontainer
Jentik Daun yang sudah halus Ethanol 96% Kontainer
���
Gambar 1. Bahan dan alat
Prosedur Pembiakan Larva:
- Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan di
nampan/ember plastik yang berisi air untuk pemeliharaan larva.
- Telur akan menetas menjadi larva dalam
waktu 1-2 hari dan berkembang dari instar I sampai instar III selama 4-5 hari.
Prosedur pembuatan ekstrak
- Daun sirsak, serai dan daun pepaya
dibersihkan dan dipotong kecil
- Jemur selama 7 hari sampai benar-benar
kering atau menggunakan oven.
- Hancurkan daun sirsak, serai dan daun
pepaya yang sudah kering secara terpisah dengan menggunakan blender sampai
ukuran partikel menjadi kecil.
- Setelah itu, lakukan proses perendaman
(maserasi) masing-masing 200 gr dengan ethanol 96% sebanyak 2000 ml
(perbandingan zat terlarut dan pelarutnya sebesar 1:10).
- Tunggu proses maserasi selama 3 hari dan
aduk sesering mungkin. Lalu lakukan penyaringan sehingga terpisah antara cairan
dengan ampasnya.
- Kemudian lakukan proses penguapan
ethanol dengan menggunakan alat rotary evaporator sampai menjadi ekstrak pekat.
Hasil ekstraksi daun sirsak, serai dan daun pepaya kemudian diencerkan
menggunakan aquades dengan konsentrasi 50%.
�������������������
Gambar 2. Pembuatan Ekstrak
Penentuan Konsentrasi
Rumus pengenceran: M1 x V1
= M2 x V2
Keterangan:
M1: Konsentrasi larutan ekstrak
100%
M2: Konsentrasi larutan yang
diinginkan
V1: Volume larutan ekstrak yang
harus dilarutkan
V2: Volume larutan perlakuan
Konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan
adalah:
Untuk
membuat larutan 50% sebanyak 5 ml dibutuhkan larutan ekstrak sebanyak:
100%
x V1 = 50% x 5 ml
��������������� V1 = 2,5 ml
Larutan ekstrak 2,5 ml kemudian dilarutkan
dengan 2,5 ml aquades sehingga didapatkan jumlah volume total sebanyak 5 ml.
Ekstrak Pekat Ekstrak sesuai konsentrasi
���
Langkah Kerja
1. Siapkan 9 wadah
�- 3
wadah untuk:� ekstrak kombinasi daun
sirsak + serai
�� ekstrak
kombinasi daun sirsak sebanyak 1,25 ml + serai 1,25 ml, konsentrasi 50%,
�- 3
wadah untuk ekstrak kombinasi daun sirsak + pepaya
�� ekstrak
kombinasi daun sirsak sebanyak 1,25 ml + daun pepaya 1,25 ml, konsentrasi 50%,
�- 3
wadah untuk ekstrak kombinasi serai + daun pepaya
��� ekstrak
kombinasi serai sebanyak 1,25 ml + daun pepaya 1,25 ml untuk konsentrasi 50%,
2. Masukkan 20 ekor larva Aedes aegypti
pada masing-masing wadah yang berisi air sebanyak 800 ml dan ekstrak yang sudah
sesuai konsentrasi.
3. Amati dan catat jumlah larva yang mati
selama 24 jam, pada 6 pengamatan pertama diamati sekali 1 jam dimulai dari jam
21.00, 22.00, 23.00, 00.00, 01.00, 02.00, setelah itu diamati sekali 6 jam
yaitu pada jam 08.00, 02.00, 20.00.
Perlakuan terhadap larva Pengamatan
Gambar 3. Perlakuan dan Pengamatan
Jumlah Larva yang Mati
Jumlah
kematian larva setelah menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai,
kombinasi daun sirsak + daun pepaya dan kombinasi serai + daun pepaya.
Tabel 1. Jumlah Larva yang Mati
Ekstrak |
Pengu-langan |
Jml larva awal |
Jam pengamatan������������������������������������� Larva
Mati |
Rata-rata |
||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
12 |
18 |
24 |
||||
Kombinasi daun sirsak + serai |
1 |
20 |
3 |
7 |
10 |
16 |
19 |
19 |
20 |
20 |
20 |
15 |
2 |
20 |
2 |
2 |
4 |
9 |
15 |
19 |
20 |
20 |
20 |
12 |
|
3 |
20 |
0 |
1 |
3 |
5 |
10 |
17 |
20 |
20 |
20 |
11 |
|
Rata-rata |
13 |
|||||||||||
Kombinasi daun sirsak + daun pepaya |
1 |
20 |
0 |
3 |
7 |
11 |
11 |
12 |
13 |
13 |
13 |
9 |
2 |
20 |
0 |
0 |
0 |
1 |
2 |
2 |
2 |
7 |
14 |
3 |
|
3 |
20 |
0 |
0 |
0 |
2 |
2 |
2 |
2 |
5 |
14 |
3 |
|
Rata-rata |
5 |
|||||||||||
Kombinasi serai + daun pepaya |
1 |
20 |
1 |
1 |
1 |
5 |
9 |
13 |
20 |
20 |
20 |
10 |
2 |
20 |
1 |
2 |
3 |
11 |
15 |
17 |
20 |
20 |
20 |
12 |
|
3 |
20 |
1 |
1 |
2 |
9 |
13 |
15 |
20 |
20 |
20 |
11 |
|
Rata-rata |
11 |
���
��� Rata-rata kematian larva dengan menggunakan
ekstrak kombinasi daun sirsak + serai yaitu 13 ekor, rata-rata kematian larva
menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + daun pepaya yaitu 5 ekor dan
rata-rata kematian larva menggunakan ekstrak kombinasi serai + daun pepaya
yaitu 11 ekor.
1.
Efektivitas
Pemberian Ekstrak Kombinasi Daun Sirsak, Serai dan Daun Pepaya.
��� Untuk mengetahui efektifitas membunuh larva
dengan menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak, serai dan daun pepaya. Maka
dilakukan analisis untuk 3 kombinasi ekstrak dengan menggunakan Uji Kruskal
Wallis, karena distribusi dari data hasil penelitian tidak normal. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Perbedaan Rata-rata Jumlah Larva
Mati diantara 3 Kombinasi
Variabel |
n |
Rata-rata |
p-value |
Kombinasi
daun sirsak + serai |
20 |
13 |
0.047 |
Kombinasi daun sirsak + daun pepaya |
20 |
5 |
|
Kombinasi serai + daun pepaya |
20 |
11 |
Hasil
analisis data penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai
p=0.047 (Pv<alfa) yang berarti Ada perbedaan rata-rata kematian larva
menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai, kombinasi daun sirsak + daun
pepaya, dan kombinasi serai + daun pepaya pada konsentrasi 50% (pv<alfa).
Untuk
mengetahui kombinasi mana yang berbeda dalam menyebabkan kematian larva, maka
analisis data penelitian dilanjutkan dengan mengggunakan uji Mann Whitney,
dengan hasil uji sebagai berikut:
Tabel 3. Analisis Perbedaan Rata-rata Jumlah Larva
Mati diantara 2 Kombinasi (Uji Mann Whitney)
Kombinasi Ekstrak |
n |
Mean |
Sig |
|
||||
Kombinasi daun sirsak + serai |
Kombinasi daun sirsak + daun pepaya |
20 |
9 |
0.046 |
||||
Kombinasi daun sirsak + serai |
Kombinasi serai + daun pepaya |
20 |
12 |
0.261 |
||||
Kombinasi daun sirsak + daun pepaya |
Kombinasi serai + daun pepaya |
20 |
8 |
0.046 |
||||
Hasil
analisis menunjukkan ada perbedaan rata-rata larva yang mati menggunakan
ekstrak kombinasi daun sirsak + serai dan ekstrak kombinasi daun sirsak + daun
pepaya (p<0,05).�� Ada perbedaan
rata-rata larva yang mati menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + daun
pepaya dan kombinasi serai + daun pepaya (p<0,05).�
Pembahasan
Di
antara berbagai ekstrak tanaman yang diuji, dua kombinasi menunjukkan
efektivitas yang luar biasa dalam membasmi larva Aedes aegypti. Secara khusus,
konsentrasi 50% campuran ekstrak daun sirsak (Annona muricata) yang
dikombinasikan dengan ekstrak serai (Cymbopogon citratus) dan kombinasi lain
ekstrak serai dengan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) menghasilkan tingkat
kematian larva sebesar 100% dalam periode paparan 24 jam. Temuan ini
menunjukkan bahwa fitokimia tertentu yang terdapat dalam tanaman ini dapat
mengganggu proses fisiologis larva, yang menyebabkan peningkatan kematian.
Penelitian
ini juga sejalan dengan Makkiah et al., (2019) tentang
efektivitas ekstrak serai (cymbopogon nardus L) sebagai larvasida nyamuk Aedes
aegypti. Yang menyatakan bahwa konsentrasi yang paling berpengaruh pada
mortalitas larva yaitu konsentrasi 40% dan 50% karena pada konsentrasi tersebut
prosentase mortalitas larva paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lain.
Menurut Anggraini dan Anggraini & Kamaliyah, (2018)
hasil penelitian yang telah dilakukan pada larva Aedes aegypti dan Culex sp,
dengan perlakuan dibuat variasi konsentrasi daun sirsak 10%, 30%, dan 50%.
Hasil percobaan membuktikan bahwa konsentrasi larutan daun sirsak 10%, 30%, 50%
dapat menyebabkan kematian 100% larva, akan tetapi terdapat perbedaan waktu
kematian antara ketiga konsentrasi dan kedua jenis larva.
Tumbuhan
ekstrak kombinasi daun sirsak + serai, kombinasi daun sirsak + daun pepaya dan
kombinasi serai + daun pepaya dapat digunakan untuk mematikan larva Aedes
aegypti karena di dalam tumbuhan serai, sirsak dan daun pepaya terdapat senyawa
yang dapat mematikan larva dan tumbuhan ini bersifat mudah terurai di alam
(biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan. Senyawa yang ada pada
tanaman yaitu flavonoid, alkaloid, saponin yang akan mempengaruhi proses
metabolisme tubuh dimana dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan
sehingga larva tidak dapat berkembang dengan baik dan lama kelamaan dapat
menyebabkan kematian terhadap larva.
Senyawa
aktif dalam daun sirsak, serai, dan pepaya diyakini memiliki sifat insektisida
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan larva. Senyawa-senyawa ini
dapat bertindak sebagai neurotoksin atau mengganggu jalur metabolisme penting,
yang menyebabkan peningkatan angka kematian. Misalnya, fitokimia seperti
alkaloid, flavonoid, dan terpenoid yang ditemukan dalam tanaman ini telah
didokumentasikan memiliki sifat insektisida.
Hubungan
antara waktu paparan dan kematian larva merupakan faktor penting dalam menilai
efektivitas larvasida alami. Hasilnya menunjukkan bahwa seiring bertambahnya
durasi paparan, tingkat kematian rata-rata larva Aedes aegypti juga meningkat.
Tren ini dapat dikaitkan dengan efek kumulatif senyawa aktif yang ditemukan
dalam ekstrak. Paparan yang lama memungkinkan penyerapan senyawa ini lebih
besar, yang pada akhirnya menyebabkan kemungkinan gangguan fisiologis yang
lebih tinggi dalam larva.
Keberhasilan
pemberantasan larva Aedes aegypti menggunakan kombinasi ekstrak tanaman membuka
jalan baru bagi strategi pengelolaan hama terpadu. Dengan memanfaatkan solusi
berbasis tanaman alami, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan mereka pada
insektisida kimia yang berbahaya, sehingga mendorong pendekatan yang ramah
lingkungan terhadap pengendalian nyamuk. Selain itu, penggunaan ekstrak ini
dapat mengurangi risiko berkembangnya resistensi insektisida di antara populasi
nyamuk, yang menjadi perhatian yang berkembang dalam pengelolaan vektor.
KESIMPULAN
Larvasidasi alami ekstrak kombinasi duan sirsak +
serai dan ekstrak kombinasi serai + daun pepaya terbukti efektif membunuh larva
dalam waktu 24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi
ekstrak sirsak, serai, dan daun pepaya menghasilkan penurunan yang signifikan
dalam tingkat kelangsungan hidup larva. Larvasidasi alami ekstrak kombinasi
duan sirsak + serai dan ekstrak kombinasi serai + daun pepaya terbukti efektif
membunuh larva dalam waktu 24 jam. Efek sinergis dari ekstrak tanaman ini
menunjukkan bahwa ekstrak ini dapat berfungsi sebagai alternatif atau pelengkap
insektisida sintetis. Mekanisme kerja ekstrak ini dapat mencakup gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada larva.
Disaran untuk menggunakan ekstrak ini sebagai
salah satu upaya pengendalian vektor Aedes aegypti yang menyebarkan dan
menularkan penyakit demam berdarah.
REFERENSI
Anggraini, D. A.,
& Kamaliyah, S. L. (2018). Efektifitas Konsentrasi Larutan Daun Sirsak
(Annona muricata L)(10%, 30%, 50%) Terhadap Perkembangan Mortalitas Larva
Aedes aegypti dan culex sp. Jurnal Sains, 8(15).
Cabu, R., &
Fika, E. C. (2024). Penyuluhan Kebersihan Lingkungan Sebagai Upaya Pencegahan
Penyakit Demam Berdarah Dengue di Desa Aru Irian Kecamatan Morotai Selatan
Barat. HIRONO: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 38�46.
Dinas Kesehatan
Kota Padang. (2019). Profil Kesehatan Tahun 2019.
Dusfour, I., &
Chaney, S. C. (2021). Mosquito control: Success, failure and expectations in
the context of arbovirus expansion and emergence. Mosquitopia, 213�233.
Hamuel, J. D.
(2015). An overview of plant immunity. J. Plant Pathol. Microbiol, 6.
Kuete, V. (2017). Medicinal
spices and vegetables from Africa: therapeutic potential against metabolic,
inflammatory, infectious and systemic diseases. Academic Press.
Leni Rumiyanti, L.
R., Amilia Rasitiani, A. R., & Ediman Ginting Suka, E. G. S. (2019).
Skrinning fitokimia ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dan pengaruhnya
terhadap laju korosi baja karbon ST 37. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 7(1),
1�6.
Makkiah, M.,
Salaki, C. L., & Assa, B. (2019). Efektivitas ekstrak serai wangi
(Cimbopogon nardus L.) sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Bios
Logos, 10(1), 1�6.
Nisrina, H. (2022).
Toxicity Assessment Of Avovo Leaf Extract (Persea Americana Miller) On
Mortality Of Aedes Aegypti Larva. International Journal of Health, Education
& Social (IJHES), 5(5), 1�7.
Putra, F. I. E.
(2020). Peran tanaman sebagai insektisida nabati terhadap gigitan nyamuk aedes
aegypti vektor demam berdarah dengue. Essential: Essence of Scientific Medical
Journal, 18(1), 1�4.
Santjaka, A.
(2017). Dinamika Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan
Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas Tahun 2015. Buletin Keslingmas, 36(4),
340�349.
Tlak Gajger, I.,
& Dar, S. A. (2021). Plant allelochemicals as sources of insecticides. Insects,
12(3), 189.
WHO. (2017). Global
Vector Control Response 2017-2030.
WHO. (2020). Vector-borne
diseases.
Windari, A. (2021).
Efektivitas insektisida nabati daun salam (Syzygium Polyanthum) terhadap
mortalitas nyamuk Aedes aegypti. Universitas Islam Lamongan.