How to cite:
Laesa Ayun, Alfa Alfi Rahmawati, Anisa Septi Purwaningsih. (2021). Pemahaman Pembuatan Rpp
Yang Kreatif Dan Pengaplikasiannya Dalam Pembelajaran, Action Research Literate 3(1).
https://doi.org/10.46799/jst.v2i10.421
E-ISSN:
2721-2769
Published by:
Ridwan Institute
Action Research Literate
Vol. 4 No. 1, Januari 2020
p-ISSN : 2613-9898 e-ISSN :
Pendidikan
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FAN N PICK PADA
PEMBELAJARAN PKn DI SEKOLAH DASAR
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari
Universitas Pendidikan Indonesia, Jawa Barat, Indonesia
Email : riskarahmatkanig[email protected], dinieanggraenidewi@upi.edu, furi2810@upi.edu
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
3 Januari 2020
Direvisi
8 Januari 2020
Disetujui
12 Januari 2020
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dengan menerapkan model kooperatif tipe Fan N
Pick pada materi perkembangan teknologi pada siswa kelas IV Sekolah
Dasar (SD). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SDN Pamoyanan Kecamatan Cicalengka
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat semester ganjil tahun pelajaran
2021/2022 yang terdiri dari 24 siswa. Hal ini untuk mengetahui
pembelajaran perkembangan teknologi pada kelas IV yang masih sulit
dipahami siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan
cara siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari dua sampai
empat orang dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah guna mencapai
pemahaman materi secara bersama-sama sehingga hasil belajar yang
diharapkan dapat mencapai kriteria yang ditentukan. Model kooperatif tipe
Fan N Pick pada pembelajaran PKn menekankan siswa untuk saling
bertukar informasi, menkonstruk pengertahuan dan mengajarkan sesuatu
kepada orang lain, sehingga siswa diharapkan lebih banyak memahami
materi. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Fan N Pick dapat
menumbuh kembangkan rasa percaya diri pada masing-masing siswa
karena dapat berinteraksi dalam internal kelompok dengan optimal
sehingga tidak menimbulkan diskriminasi dari segi akademis.
ABSTRACT
This study aims to describe the learning of Civics Education by applying
the Fan N Pick type cooperative model to the material of technology
development in fourth grade elementary school (SD) students. This
research is descriptive research. The research subjects were fourth grade
students at SDN Pamoyanan, Cicalengka District, Bandung Regency, West
Java Province, in the odd semester of the 2021/2022 academic year which
consisted of 24 students. This is to find out the learning of technological
developments in class IV which is still difficult for students to understand.
Cooperative learning is learning by means of students working together in
groups of two to four people with the aim of solving problems in order to
achieve understanding of the material together so that the expected
learning outcomes can reach the specified criteria. The Fan N Pick type
cooperative model in Civics learning emphasizes students to exchange
information, construct knowledge and teach something to others, so that
students are expected to understand more of the material. In addition, the
Fan N Pick type cooperative learning model can develop self-confidence
in each student because it can interact optimally within the internal group
Kata Kunci:
Kooperatif, Fan N
Pick, PKn
Keyword:
Cooperative, Fan
N Pick, PKn
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari
1360 Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020
so that it does not cause discrimination in terms of academics.
Pendahuluan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
sekolah dasar memiliki arti penting bagi siswa
pada pembentukan pribadi warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajiban untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil
danberkarakter yang diamanatkan dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(Depdiknas, 2006:97-104).
PKn merupakan salah satu mata
pelajaran di Sekolah Dasar (SD).
Pembelajaran PKn di SD harus dibelajarkan
dengan melihat kebutuhan dan perkembangan
siswa (Kurniawan, 2013). Siswa SD umumnya
berada pada rentang usia 6-12 tahun yaitu
berada pada tahap operasional kongkrit. Siswa
melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan
yang utuh (holistic) sehingga pembelajaran
PKn yang sesuai untuk siswa SD harus
diberikan sebagai satu kesatuan bukan secara
parsial (sebagian) atau dengan kata lain secara
terpadu (Akbal, 2017).
Hakikat Pendidikan Kewernegaraan di
sekolah dasar adalah sebagai program
pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai
pancasila untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa (Suharyanto,
2013). Degan harapan menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam
kehidupan sehari hari. Pelajaran yang dalam
pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosial, budaya, bahasa, usia, dan suku
bangsa yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945
(Alawiyah & Akrom, 2017).
Menurut UU sisdiknas No.20 Tahun
2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya
,masyarakat,bangsa dan Negara (Atmanto &
Haryanto, n.d.).
Menurut Depdiknas (2006:49) tujuan
pembelajaran PKn agar anak didik memiliki
kemampuan sebagai berikut : (a).Berpikir
kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu Kewarganegaraan, (b) Berpartisipasi
secara cerdas dan tanggung jawab, serta
bertindak secara sadar dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c)
berkembang secara positif dan demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat di Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, (d)
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
PKn disusun secara sistematis dan
terpadu untuk membentuk karakter peserta
didik yang memiliki kemampuan sosial dan
mampu bertahan di tengah-tengah
perkembangan kehidupan masyarakat serta
kondisi sosial yang berbeda-beda (Ubaedillah,
2016).
Fungsi dari pembelajaran PKn yaitu
dapat membantu siswa untuk memahami hak
dan kewajiban mereka sebagai warga negara,
dapat membentuk karakter yang lebih baik
dan bertanggung jawab, dan dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme siswa
kepada NKRI (Fathurrohman, 2015).
PKn mengajarkan bagaimana
menciptakan kerukunan di lingkungan
sekolah. Sejalan dengan tujuan Pendidikan
kewarganegaraan yaitu untuk mengetahui dan
memahami isi dan makna yang terkandung
didalam Pancasila dan UUD 1945 atau dengan
12
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Fan N Pick Pada Pembelajaran Pkn Di Sekolah Dasar
Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020 1361
kata lain untuk menjadi warga negara yang
baik berdasarkan falsafah negara dan Undang-
Undang Dasar 1945 dan dengan demikian
Pendidikan kewarganegaraan adalah salah
satu upaya Pendidikan yang menyangkut
pembentukan dan perkembangan pribadi dan
anak didik atau dengan kata lain dengan
merupakan salah satu cara untuk membentuk
watak bangsa Indonesia serta membentuk
kepribadian manusia Indonesia yang
seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila dan UUD
1945 (Ubaedillah, 2016).
PKn sebagai Pendidikan demokrasi
merupakan mata pelajaran yang bersifat
multidimensional. Ia merupakan Pendidikan
nilai normal, Pendidikan social dan
Pendidikan politik. Namun yang paling
menonjol adalah sebagai Pendidikan nilai dan
Pendidikan moral. Oleh karena itu secara
singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran
yang mengusung misi Pendidikan nilai dan
moral. Pendidikan karakter yang di
intergrasikan dalam mata pelajaran untuk
melattih,menanamkan, membiasakan, serta
menguatkan karakter siswa sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang sesuai dengan
Pendidikan PPKn.
Menurut Ausabel (Rudy Unesa, 2011)
ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa
bahan pelajaran yang dipelajari harus
“bermakna” (meaningfull). Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses
menghubungkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi di
lapangan, salah satu model yang dapat
diterapkan untuk mengatasi permasalahan
permbelajaran yaitu model kooperatif. Model
kooperatif merupakan model pembelajaran
yang menekankan pada kerja sama secara
efektif dalam kelompok. Model kooperatif
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga
hasil belajar dapat meningkat. Salah satunya
yaitu Fan N Pick.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PTK atau
classroom action research, karena penelitian
ini dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang terjadi di kelas. Menurut
(Arikunto, 2021) PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
(Arikunto, 2021) menyatakan bahwa pada
intinya PTK merupakan suatu penelitian yang
akar permasalahannya muncul di kelas, dan
dirasakan langsung oleh guru yang
bersangkutan. Dengan kata lain PTK dapat
diartikan sebagai suatu bentuk investigasi
yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif
dan spiral,yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan sistem, metode kerja,
proses, isi, kompetensi, dan situasi. Penelitian
yang dilakukan melibatkan guru kelas sebagai
observer. Peneliti tidak dapat melakukan
tindakan sendiri tanpa berkolaborasi dengan
guru kelas karena guru kelas yang memiliki
pengetahuan yang lebih rinci tentang
permasalahan yang terjadi di kelas.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa
kelas IV SDN Pamoyanan Kecamatan
Cicalengka Kabupaten Bandung Jawa Barat.
Siswa yang diteliti berjumlah 24 siswa yang
terdiri dari 11 siswa perempuan dan 13 siswa
laki-laki.
Hasil dan Pembahasan
Menurut Slavin dalam (Ariyanti, 2015)
menyatakan model pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. Menurut
(Rusman, 2014) pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari
1362 Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020
kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Dalam pembelajaran kooperatif, seluruh siswa
diharapkan dapat saling membantu,
berdiskusi, berpendapat, dan berbagi
pengetahuan yang dimiliki untuk menambah
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
serta menutup kesenjangan dalam
pengetahuan yang dimiliki masing-masing
siswa.
Menurut (Kagan, 2009) pembelajaran
kooperatif memiliki empat prinsip dasar yang
membuat model ini berdampak positif
terhadap pembelajaran, meliputi; positive
interdependence (kesalingtergantungan
positif), individual accountability (tanggung
jawab individu), equal participation
(partisipasi yang sama), simultaneous
interaction (interaksi bersama). Setiap prinsip
tersebut berkontribusi terhadap kesuksesan
pembelajaran kooperatif dalam suatu cara
yang berbeda.
(Joyce et al., 2009) memaparkan
tentang asumsi yang mendasari
pengembangan pembelajaran kooperatif yaitu:
(a) sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk
kerja sama akan meningkatkan motivasi yang
jauh lebih besar daripada dalam bentuk
lingkungan kompetitif individual; (b) anggota
kelompok dapat saling belajar satu sama lain;
(c) interaksi antar anggota akan menghasilkan
aspek kognitif seperti kompleksitas sosial,
menciptakan sebuah aktivitas intelektual yang
dapat mengembangkan pembelajaran ketika
dibenturkan pada pembelajaran tunggal; (d)
kerja sama meningkatkan perasaan positif
terhadap satu sama lain, menghilangkan
pengasingan dan penyendirian, membangun
sebuah hubungan, dan memberikan sebuah
pandangan positif mengenai orang lain; (e)
kerja sama meningkatkan penghargaan diri,
tidak hanya melalui pembelajaran yang terus
berkembang, namun juga melalui perasaan
dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam
sebuah lingkungan; (f) siswa yang mengalami
dan menjalani tugas serta merasa harus
bekerjasama dapat meningkatkan kapasitasnya
untuk bekerjasama secara produktif; dan (g)
siswa bisa belajar dari beberapa latihan untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam
bekerjasama.
(Hamdayama, 2014) menjelaskan
prosedur pembelajaran kooperatif terdiri dari
empat tahap, yaitu: (a) penjelasan materi; (b)
belajar dalam kelompok; (c) penilaian; dan (d)
pengakuan kelompok. Beberapa keunggulan
pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya
(Syarifuddin, 2011) yaitu: 1) melalui
pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
tergantung pada guru, tetapi dapat menambah
kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar
dari siswa lain; 2) pembelajaran kooperatif
dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang
lain; 3) pembelajaran kooperatif dapat
membantu anak untuk menghormati orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya
serta menerima segala perbedaan; 4)
pembelajaran kooperatif dapat membantu
memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar; 5)
pembelajaran kooperatif merupakan strategi
yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan
social, termasuk mengembangkan rasa harga
diri, hubungan interpersonal positif dengan
yang lain, mengembangkan keterampilan
mengatur waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah; 6) melalui pembelajaran kooperatif
dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik, siswa dapat
melakukan praktik untuk memecahkan
masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya; 7) pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi kongkrit
atau nyata; dan 8) interaksi selama
14
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Fan N Pick Pada Pembelajaran Pkn Di Sekolah Dasar
Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020 1363
pembelajaran kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir. Semua hal tersebut
berguna untuk proses pendidikan dalam
jangka panjang.
Selain keunggulan, model pembelajaran
kooperatif juga memiliki kelemahan menurut
Sanjaya (Syarifuddin, 2011) diantaranya yaitu:
1) untuk memahami dan mengerti filosofis
pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu
yang lama. Sebagai contoh siswa yang
memiliki kelebihan akan merasa terhambat
oleh siswa yang mempunyai kemampuan
kurang, akibatnya keadaan seperti ini akan
mengganggu iklim kerja sama dalam
kelompok; 2) ciri utama dari pembelajaran
kooperatif adalah bahwa setiap siswa saling
membelajarkan. Bila dibandingkan dengan
pembelajaran langsung dari guru, bias terjadi
cara belajar yang kurang efektif, apa yang
harus dipelajari dan dicapai oleh siswa tidak
tercapai; 3) penilaian yang diberikan dalam
pembelajaran kooperatif yaitu terhadap hasil
kelompok, guru perlu menyadari bahwa hasil
atau presentasi yang diharapkan sebenarnya
adalah hasil atau presentasi setiap individu
siswa; 4) keberhasilan pembelajaran
kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode
waktu yang panjang, dan ini tidak mungkin
dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa
kali penerapan strategi; dan 5) walaupun
kemampuan bekerja sama merupakan
kemampuan yang sangat penting untuk siswa,
akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan
yang hanya didasarkan kepada kemampuan
secara individu.
Ada banyak model dalam pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan salah satunya
adanya Fan N Pick. Model pembelajaran ini
diekmbangkan oleh Spencer Kagan. Model
pembelajaran Fan N Pick akan melatih siswa
dalam melakukan komunikasi melalui tanya
jawab, berani menyampaikan ide, gagasan,
pertanyaan, menjawab pertanyaan, serta
memberikan tanggapan yang disampaikan
teman, mendengarkan pendapat teman, dan
melakukan kerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan. Dalam
pembelajaran model Fan N Pick ini siswa
mempunyai peran masing-masing, selain itu
siswa dilatih tanggung jawab terhadap tugas
individu dan kelompok.
Fungsi dari pembelajaran Fan n Pick
yang dirumuskan (Kagan, 2009) yakni team
building (pembentukan regu), social skills
(keterampilan sosial), knowledge building
(membangun pengetahuan), dan thinking
skills (keterampilan berpikir). Selain mampu
menumbuhkan fungsi interpersonal seperti
pembentukan regu (team building) dalam
kegiatan belajar, model pembelajaran Fan n
Pick juga memiliki fungsi akademik seperti
membangun pengetahuan (knowledge
building) pada diri siswa. Model pembelajaran
ini mengajak siswa untuk bermain kartu
dengan tugas yang berbeda. Akan tetapi
seluruh siswa akan terlibat karena
mendapatkan tugas yang sama secara
bergiliran, sehingga siswa dapat ikut
berpartisipasi dalam kelompok mereka.
Kegiatan pembelajaran ini mampu memotivasi
siswa untuk lebih menguasai materi yang
sedang dipelajari. Selain itu, siswa juga lebih
antusias dalam belajar dengan mengikuti
permainan kartu dalam kelompok.
Sintaks dari model pembelajaran Fan n
Pick terdiri dari lima langkah kegiatan.
Langkah-langkah kegiatan menggunakan
model kooperatif tipe Fan N Pick sangat
memungkinkan siswa dapat melakukan
diskusi dengan baik, karena dapat memancing
keberanian siswa dalam mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan,
menyampaikan pendapat, menjawab
pertanyaan atau memberikan komentar
terhadap jawaban dan pendapat yang
disampaikan oleh siswa lain. Sintaks
pembelajaran kooperatif model Fan N Pick
menurut (Kagan, 2009) yaitu: 1) siswa
pertama memegang beberapa kartu pertanyaan
yang dibentuk seperti kipas dan berkata
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari
1364 Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020
“Pilihlah kartunya, kartu yang mana saja”; 2)
siswa kedua memilih kartu dan membacakan
pertanyaan dengan keras kemudian
menyediakan waktu 5 detik untuk berpikir; 3)
siswa ketiga menjawab pertanyaan; 4) siswa
keempat merespon jawaban: Untuk
membenarkan /menyalahkan jawaban, siswa
keempat memeriksa dan kemudian salah satu
mendapat pujian dari tutor Untuk pertanyaan
yang belum diketahui benar atau salah, siswa
keempat tidak perlu memeriksa kebenarannya,
akan tetapi tetap dipuji dan kemudian
menafsirkan yang telah dipikirkan itu ke
dalam jawaban; 5) siswa bergiliran searah
jarum jam untuk memulai babak baru.
Hasil belajar siswa pada tahap pra
tindakan, 10 siswa 41,66% sudah tuntas,
sedangkan 14 siswa 58,33% belum tuntas,
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
sebesar 70. Saat pembelajaran berlangsung,
hanya lima dari 24 siswa yang memiliki
keberanian dalam mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan, menyampaikan
pertanyaan, dan menanggapi jawaban yang
disampaikan siswa lain.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan
II dilaksanakan dengan empat pertemuan.
Materi yang dipelajari adalah KD 2.3
Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya. Keterlaksanaan sintak
pembelajaran menggunakan model kooperatif
tipe Fan N Pick oleh guru dan siswa pada
penelitian ini dinilai menggunakan lembar
observasi yang diamati oleh dua orang
observer. Keterlaksanaan pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe Fan N
Pick mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 33,1% yakni pada siklus I
keterlaksanaan sintak oleh guru sebesar 57,5%
dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 90,6%
dengan kriteria sangat baik. Sedangkan
keterlaksanaan sintak oleh siswa mengalami
peningkatan sebesar 37,5% yakni pada siklus I
sebesar 52,5% dengan kriteria cukup baik dan
pada siklus II sebesar 90% dengan kriteria
sangat baik. Peningkatan hasil keterlaksanaan
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel
di halaman selanjutnya.
Tabel 1
Keterlaksanaan sintak pembelajaran oleh guru dan siswa
Pelaksanaan
Siklus
I
Kriteria
Siklus
II
Kriteria
Peningkatan
Sintak kegiatan pembelajaran oleh
guru
57,5%
Cukup
baik
90,6%
Sangat
baik
33.1%
Sintak kegiatan pembelajaran oleh
siswa
52,5%
Cukup
baik
90%
Sangat
baik
37,5%
Pada siklus I peneliti mengalami
kesulitan dalam membimbing siswa untuk
berani mengemukakan pendapat,
mengemukakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan dan
memberikan komentar terhadap jawaban atau
pendapat siswa lain. Ada 16 dari 24 siswa
yang belum dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik setiap mendapatkan peran apapun
sebagai siswa kesatu, kedua, ketiga ataupun
keempat tidak mau mengeluarkan suaranya. Ia
hanya cukup mengatakan tidak tahu, tidak bisa
bahkan terkadang hanya menggelengkan
kepala saja. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya pemahaman siswa tentang
perannya dalam kelompok. Siswa tidak
mampu memadukan masalah-masalah baru
yang dihadapi dan mencari cara untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Sejalan
dengan pendapat (Joyce et al., 2009) bahwa
semua siswa terlibat dalam proses simulasi,
memainkan peran sebagai orang yang
berpartisipasi aktif dalam upaya mewujudkan
cita-cita dalam kehidupan.
Pada siklus II siswa sudah dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan
dapat melaksanakan peran dalam kelompok.
16
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Fan N Pick Pada Pembelajaran Pkn Di Sekolah Dasar
Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020 1361
Siswa terlihat antusias mengikuti proses
pembelajaran, sudah tidak bingung dengan
peran dalam kelompok sehingga proses kerja
kelompok lebih tertib dan terarah. Siswa dapat
berpartisipasi aktif mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, mengemukakan
pendapat, dan memberikan tanggapan
terhadap jawaban atau pendapat siswa lain.
Keterlibatan siswa dalam kerja kelompok
membuat siswa mudah dalam menyelesaikan
kartu-kartu soal yang diberikan oleh guru.
Sejalan dengan pendapat dari (Leong &
Bodrova, 2012) bahwa anak-anak
berpartisipasi dalam beragam kegiatan
menantang dengan para guru dan teman
sebaya, yang bersama-sama mereka
membangun pengetahuan. Selain itu, Fan N
Pick memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memberikan tanggapan terhadap
jawaban atau pendapat siswa lain sehingga
pengetahuan siswa lebih berkembang dan
luas. Sesuai dengan pendapat (Renninger et
al., 2014) bahwa dalam pembelajaran
kooperatif saat kelompok kecil bekerjasama
mencapai tujuan bersama dengan
menyelesaikan pertanyaan, perbedaan
pendapat, berbagi tanggung jawab, dan saling
mengoreksi jawaban yang kurang tepat. Hal
tersebut berdampak pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di
halaman selanjutnya
Tabel 2. Rekapitulasi hasil belajar
Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Peningkatan
Siklus I
Siklus II
63
72,58
9,58
Berdasarkan tabel hasil belajar siswa
di atas, terlihat bahwa ada peningkatan
hasil belajar siswa. Pada siklus I hanya
ada 10 orang siswa yang mendapat nilai
memenuhi KKM, sisanya 14 orang
mendapat nilai kurang dari KKM yang
telah ditentukan dengan nilai rata-rata
hasil belajar sebesar 63. Pada siklus II
jumlah siswa yang telah memenuhi KKM
sebanyak 14 siswa, sedangkan 10 siswa
mendapat nilai kurang dari KKM yakni
dengan rata-rata hasil belajar sebesar
72,58. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 9,58. Sikap positif siswa dalam
melakukan kerja kelompok dan diskusi
juga mengalami perubahan. Siswa yang
awalnya tidak berani dalam mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan,
memberikan komentar terhadap pendapat
siswa lain atau menyampaikan pendapat,
setelah pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Fan N Pick. Hal tersebut
terlihat pada saat pembelajaran
berlangsung, siswa mampu mengeluarkan
pendapat dan menjawab pertanyaan serta
melaksanakan sintak model pembelajaran
kooperatif tipe Fan N Pick.
Beberapa hasil penelitian yang
menggunakan tipe Fan N Pick dalam
pembelajaran yaitu penelitian yang
dilakukan oleh (Ariyanti, 2015)
menunjukkan bahwa penerapan model
kooperatif tipe Mix Pair Share dengan Fan
N Pick dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Penelitian yang
dilakukan oleh (Wahyu, 2015)
menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif kolaborasi tipe
Quiz-Quiz Trade dan Fan N Pick dapat
meningkatkan motivasi belajar PKn siswa
VIII SMP Negeri Bati-Bati Kabupaten
Tanah Laut. Terbukti dari hasil observasi,
motivasi belajar siswa meningkat sebesar
77,75% pada siklus I dan 84,18% pada
siklus II.
Model Fan N Pick menekankan
siswa untuk saling bertukar informasi,
mengkonstruk pengetahuan dan
mengajarkan sesuatu kepada orang lain,
sehingga siswa diharapkan lebih banyak
memahami materi. Selain itu, model
pembelajaran kooperatif tipe Fan N Pick
dapat menumbuh kembangkan rasa
percaya diri pada masing-masing siswa
karena dapat berinteraksi dalam internal
kelompok dengan optimal sehingga tidak
menimbulkan diskriminasi dari segi
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari
1362 Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020
akademis. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat bahwa menempatkan siswa
dalam kelompok dan memberi tugas yang
menuntut mereka untuk bergantung satu
sama lain dalam mengerjakannya
merupakan cara yang bagus untuk
memanfaatkan kebutuhan sosial siswa.
Selain itu, pembentukan kelompok harus
sudah dilakukan oleh guru dengan
menentukan kelompok secara heterogen,
apabila siswa yang menentukan sendiri
kelompoknya maka ada kemungkinan
pembentukan kelompok secara homogen
karena siswa dalam membentuk kelompok
biasanya memilih teman bahwa tidak
mengherankan, pengelompokkan
homogen memperlebar kesenjangan antara
siswa berprestasi tinggi dan rendah.
Menurut (Sakinah, 2014) dalam
pembelajaran kooperatif guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator, ketika
semua berjalan lancar guru hendaknya
berkeliling dan mengamati beberapa
kelompok bekerja. Guru perlu melakukan
campur tangan bila terjadi situasi-situasi
berikut: 1) membawa kelompok kembali
kepada target jika mereka kelihatan
bergeser, kabur, dan sangsi dengan apa
yang dilakukan; 2) memberikan umpan
balik segera kepada kelompok tentang
seberapa jauh mereka memperoleh
kemajuan dalam tugas atau aktivitas yang
dilakukan; 3) memberikan informasi lanjut
kepada seluruh siswa setelah mengamati
adanya kesulitan dalam penguasaan
materi; 4) membantu mengembangkan
keterampilan sosial melalui penghargaan
dan pujian; 5) mendorong dan memotivasi
kelompok tentang bagaimana mereka
memperoleh kemajuan dalam tugasnya
atau memberikan selamat kepada mereka
saat mengalami kemajuan yang baik
dalam tugasnya. Bimbingan guru sangat
penting dalam pelaksanaan model
pembelajaran Fan N Pick ini, karena siswa
dituntut untuk beraktivitas yaitu dalam
melaksanakan perannya dalam kelompok.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
PKn cenderung pasif dan pembelajaran
berpusat pada guru (teacher center)
sehingga dalam pembelajaran PKn siswa
akan cepat merasa bosan dan jenuh. Model
pembelajaran kooperatif tipe Fan N Pick
merupakan salah satu model yang dapat
digunakan untuk memperdalam siswa
memahami suatu materi. Model kooperatif
tipe Fan N Pick dalam pembelajaran PKn
dapat memberikan kesempatan kepada
teman dalam kelompok untuk
merumuskan pertanyaan secara sistematis.
Selain itu dapat membangkitkan
keberanian siswa mengemukakan
pendapat maupun pertanyaan juga melatih
siswa menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh temannya, mengurangi rasa takut
siswa dalam bertanya kepada temannya
maupun guru. Model ini juga
memungkinkan siswa saling berbagi
informasi dan pengetahuan serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran PKn.
Kesimpulan
Dalam menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan guru harus berani
menerapkan model pembelajaran yang
bervariasi salah satunya yaitu pembelajaran
kooperatif model Fan N Pick. Model
pembelajaran Fan N Pick dapat melatih siswa
dalam melakukan komunikasi melalui tanya
jawab, berani menyampaikan ide, gagasan,
pertanyaan, menjawab pertanyaan, serta
memberikan tanggapan yang disampaikan
teman, mendengarkan pendapat teman, dan
melakukan kerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan.
Kekurangan dalam pembelajaran ini dapat
diminimalisir oleh guru dengan cara
membentuk kelompok terlebih dahulu secara
heterogen agar dapat mengefektifkan waktu
dan mencegah siswa dalam memilih-milih
teman saat belajar. Selain itu, guru harus
membimbing siswa dalam kerja kelompok
karena dalam model ini diperlukan tanggung
18
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Fan N Pick Pada Pembelajaran Pkn Di Sekolah Dasar
Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020 1363
jawab siswa dalam melaksanakan perannya
masing-masing.
Suasana pembelajaran yang
menyenangkan akan meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Hal ini tergantung pada guru yang dapat
menerapkan berbagai model pembelajaran.
Guru harus berani membuat inovasi dalam
pembelajaran salah satunya dengan
menerapkan model pembelajaran yang baru
karena dengan bimbingan dari guru siswa
akan mampu belajar dan meningkatkan hasil
belajar dengan model pembelajaran tersebut.
Bibliografi
Akbal, M. (2017). Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pembangunan
karakter bangsa. Prosiding Seminar
Nasional Himpunan Sarjana Ilmu-Ilmu
Sosial, 2, 485493.Google Scholar
Alawiyah, T., & Akrom, A. (2017).
Meningkatkan Prestasi Belajar PPKn.
Pada Materi Memahami Hak Dan
Kewajiban Sebagai Warga Negara
Melalui Pendekatan Probing Prompting
Learning. Primary: Jurnal Keilmuan
Dan Kependidikan Dasar, 8(1), 93106.
Google Scholar
Arikunto, S. (2021). Penelitian tindakan
kelas: Edisi revisi. Bumi Aksara. Google
Scholar
Ariyanti, D. (2015). Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe mix pair share dengan
fan-n-pick untuk meningkatkan motivasi
belajar dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS (studi pada siswa kelas
VIII B di SMP Negeri 1 Tajinan).
Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Mix Pair Share Dengan Fan-n-Pick
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS (Studi Pada Siswa Kelas
VIII B Di SMP Negeri 1 Tajinan)/Dini
Ariyanti. Google Scholar
Atmanto, N. E., & Haryanto, J. T. (n.d.).
Menyemai Damai Melalui Pendidikan
Agama. DIVA PRESS. Google Scholar
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Google Scholar
Hamdayama, J. (2014). Model dan metode
pembelajaran kreatif dan berkarakter.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2(3). Google
Scholar
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009).
Models of teaching: Model-model
pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Google Scholar
Kagan, J. (2009). Loneliness: Human nature
and the need for social connection.
American Journal of Psychiatry, 166(3),
375376. Google Scholar
Kurniawan, M. I. (2013). Integrasi Pendidikan
Karakter Ke Dalam Pembelajaran
Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar.
Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan
Sekolah Dasar (JP2SD), 1(1), 3745.
Google Scholar
Leong, D. J., & Bodrova, E. (2012). Make-
believe play. Young Children, 29, 2834.
Google Scholar
Renninger, K. A., Hidi, S., Krapp, A., &
Renninger, A. (2014). The role of
interest in learning and development.
Psychology Press. Google Scholar
Rudy Unesa. (2011). Pembelajaran Bermakna
(Meaningfull Learning). Rudy Unesa
Blogspot. http://rudy-
unesa.blogspot.com/2011/02/pembelajar
an-bermakna-meaningfull.html Google
Scholar
Rusman, R. (2014). Meningkatkan Prestasi
Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Think-Pairs
Share (TPS). PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan, 3(1), 6779. Google Scholar
Sakinah, F. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan
Kalor Kelas X Sma Negeri I
Perbaungan. Unimed. Google Scholar
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari
1364 Action Research Literate, Vol. 4 No. 1, Januari 2020
Suharyanto, A. (2013). Peranan pendidikan
kewarganegaraan dalam membina sikap
toleransi antar siswa. JPPUMA Jurnal
Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik
Universitas Medan Area, 1(2), 12.
Google Scholar
Syarifuddin, A. (2011). Model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw dalam
pembelajaran. Tadib: Jurnal Pendidikan
Islam, 16(02), 209226. Google Scholar
Ubaedillah, A. (2016). Pendidikan
Kewarganegaraan Pancasila,
Demokrasi dan Pencegahan Korupsi.
Prenada Media. Google Scholar
Wahyu, M. (2015). Kolaborasi pembelajaran
kooperatif tipe quiz-quiz trade dan fan
pick untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPS (studi di kelas VIII
SMP Negeri 3 Bati-Bati Kabupaten Tanh
laut). Universitas Negeri Malang.
Google Scholar
Copyright holder :
Riska Rahmat Kanigara, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Puri Furnamasari (2020).
First publication right :
Action Research Literate
This article is licensed under:
20