TOTAL MIGRASI MONOMER BISFENOL
PADA PANGAN KEMASAN: KAJIAN META-ANALISIS
Muhammad
Arpah1, Nur Hikma2, Nadira Salsabila3, Aliya
Hanifah4, Ananda Ardiansyah5
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
Email : [email protected]
Kata kunci: BPA, BPF, kaleng tuna, minuman kaleng, PC Keywords: BPA, BPF, canned soft drinks, canned tuna, PC |
|
ABSTRAK |
|
Bisfenol merupakan monomer kimia yang banyak diaplikasikan dalam berbagai jenis kemasan pangan. Bisfenol utamanya bisfenol A (BPA) dan bisfenol F (BPF) dapat bermigrasi dari kemasan kaleng minuman ringan dan ikan tuna serta kemasan botol plastik polikarbonat (PC) dan polietilena tereftalat (PET). Batas toleransi (TDI) BPA awal menurut European Food Safety Authority adalah 50 �g/kg berat badan per hari dan direvisi Kembali menjadi 0,2 ng/kg berat badan per hari di tahun 2023. Kajian meta-analisis ini bertujuan untuk membandingkan tingkat migrasi bisfenol pada minuman ringan kemasan kaleng, kaleng tuna dengan medium garam dan minyak serta air minum di botol PC dan PET. Migrasi BPA dan BPF di minuman ringan kemasan kaleng masing-masing mencapai 1310 ng/L dan 64 ng/L. Nilai migrasi BPA lebih tinggi dibandingkan dengan BPF pada jenis kemasan minuman kaleng. Adapun migrasi BPA pada kaleng tuna dengan medium garam dan minyak bernilai sama besar yaitu 197 ng/L. Level migrasi BPA pada botol air minum PC paling tinggi adalah 6452,80 ng/L sementara pada botol PET mencapai 269,87 ng/L. Meski� demikian nilai rata-rata migrasi BPA lebih tinggi terjadi pada botol air minum jenis PET. Bisphenol is a chemical monomer applied in various types of packaged foods. Bisphenol especially bisphenol A (BPA) and bisphenol F (BPF) can migrate from soft drink, tuna cans and polycarbonate (PC) and polyethylene terephthalate (PET) plastic bottles. The initial BPA tolerance limit (TDI) according to the European Food Safety Authority (EFSA) is 50 �g/kg body weight per day and was revised to 0,2 ng/kg body weight per day in 2023. This meta-analysis study aims to compare the migration levels of bisphenol in canned soft drinks, canned tuna with brine and oil mediums and drinking water in PC and PET bottles. BPA and BPF migration in canned soft drinks reached 1310 ng/L and 64 ng/L, respectively. The BPA migration is higher compared to BPF in canned beverage packaging types. The BPA migration in tuna cans with brine and oil mediums attain as much as 197 ng/L. Meanwhile, the highest BPA migration level in PC drinking water bottles was 6452,80 ng/L while in PET bottles, it reached 269,87 ng/L. However, the average BPA migration was higher in PET drinking water bottles. |
|
Ini adalah artikel
akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article under the CC BY-SA license. |
Dewasa ini, pangan yang telah
terkomersilkan ke masyarakat sebagian besar dilindungi oleh kemasan dengan
berbagai jenis dan fungsinya masing-masing. Kemasan ini berguna sebagai
melindungi produk pangan dari kerusakan akan kontaminasi luar. Peraturan BPOM
Nomor 20 Tahun 2019 juga turut menegaskan bahwa kemasan berguna untuk
memberikan wadah atau sebagai pembungkus pangan, tidak hanya sebagai kemasan
sekunder, melainkan juga sebagai kemasan primer. Adanya kemasan pada pangan
juga berguna sebagai mempertahankan mutu dan kualitas produk serta
mempertahankan masa simpan sehingga dapat sampai di tangan konsumen dengan
aman. Jenis-jenis kemasan pangan yang banyak beredar di masyarakat yaitu
kemasan kaleng dan kemasan plastik, berupa botol plastik.
Kemasan kaleng merupakan jenis kemasan
yang bahan utamanya adalah logam, selain itu bagian dalam kaleng terdapat
lapisan berupa enamel atau epoksi pada salah satu sisinya bahkan kedua sisinya
yang berguna untuk mencegah korosi karena adanya kontak secara langsung antara
kaleng dan produk pangan (Bakhori,
2017). (Nugraheni,
2018) turut menegaskan bahwa pada industri minuman,
kemasan kaleng banyak yang berbahan dasar dari logam dan alumunium.� Sistem yang digunakan dalam pengemasan kaleng
disebut dengan pengalengan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Prayogo
& Mazda, 2021), pengalengan merupakan teknik pengolahan dan
pengemasan makanan di mana makanan dimasukkan ke dalam tempat logam dengan
sifat hermetis dan diberi perlakuan termal untuk membunuh mikroba yang mampu
menurunkan kualitas dan keamanan makanan, seperti bakteri pembusuk dan spesies
patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia. Pengalengan memungkinkan
makanan dalam kemasan memiliki masa simpan yang lebih lama dengan tetap
mempertahankan kesegaran dan nilai gizinya. Menurut penelitian �Ready Meals
Market Size, Share & Trends Report" dari Grand View Research, pasar
makanan siap saji global bernilai USD 143,86 miliar pada tahun 2021 dan
diprediksi akan meningkat pada tingkat tahunan rata-rata sekitar 5,1% antara
tahun 2022 dan 2030. Popularitas kemasan kaleng pada makanan juga terlihat
jelas di pasar lokal. Menurut informasi yang terdapat di aplikasi pencarian
makanan yang diizinkan oleh BPOM, saat ini terdapat sekitar 5403 produk makanan
kaleng dalam berbagai versi dan ukuran (Chasfila). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa saat ini banyak industri pangan yang memanfaatkan kaleng sebagai media
pengemas produk pangan.
Keunggulan kaleng yang ditonjolkan sebagai
kemasan produk pangan yaitu, antara lain memiliki ketahanan pada perubahan suhu
ekstrim, kekuatan mekanik yang tinggi, sebagai penghalang yang baik, bersifat
hermetis, mampu menghalangi cahaya, serta menjadi media penyalur informasi
karena adanya permukaan yang ideal dan pelabelan (Sucipta et
al., 2017). Tidak hanya keunggulan, tetapi kemasan kaleng
juga memiliki kekurangan antara lain sangat mudah terkena kerusakan kimia
berupa korosi.
Kemasan selain kaleng yang sering
digunakan sebagai bahan kemasan yaitu plastik. Plastik sering digunakan sebagai
botol sebagai pengemas Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Bahan utama yang kerap
digunakan yaitu botol plastik dari PET dan PC. Masing-masing jenis botol
plastik ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Plastik polikarbonat (PC)
merupakan kelompok polimer termoplastik yang mudah terbentuk karena
keterlibatan panas. Kelebihan plastik ini yaitu mudah dibentuk, tahan terhadap
benturan, serta sangat bening. Kekurangan dari plastik ini yaitu mudah
tergores, sehingga butuh kehati-hatian ketika menggunakannya. Plastik
polietilena tereftalat (PET) merupakan polimer rantai panjang dari poliester
yang tersusun atas dua monomer yaitu asam tereftalat (TPA) dan etilen glikol
(EG) yang merupakan turunan dari bahan baku minyak (Yun et
al., 2018). Kelebihan plastik ini yaitu adanya kemampuan
menjaga sensori dari air minum, karena tingkat permeabilitas oksigen yang
rendah. Kekurangan plastik ini yaitu perlunya keahlian khusus dalam menemukan
suhu yang tepat untuk proses pencetakan (Al-Zahrani
et al., 2017).
Bisfenol A (BPA) merupakan salah satu
bahan kimia yang banyak digunakan pada pembuatan polikarbonat dan epoksi resin (Rybczyńska-Tkaczyk
et al., 2023). (Manzoor et
al., 2022) turut menambahkan bahwa BPA juga digunakan dalam
produksi pernis enamel ke permukaan kontak makanan untuk kaleng. Ketika BPA
terjadi kontak langsung dengan pangan, maka hal tersebut dapat menyebabkan
migrasinya BPA dari kemasan ke produk pangan. Perpindahan BPA dapat terjadi
pada pangan dengan kemasan kaleng, plastik, kertas, gelas, dan tetra pak (Almeida et
al., 2021). Ketika BPA terkonsumsi oleh manusia, maka akan
terjadi gangguan endokrin yang mampu mengakibatkan efek samping yang berbahaya
pada sistem pengujian in vitro dan in vivo dengam merepetisi aksi hormon alami (Chailurkit
et al., 2017).
Peraturan yang mengatur keberadaan BPA
dalam makanan masih terus dibuat untuk mengurangi potensi risiko kesehatan yang
terkait dengan migrasi BPA. Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) melakukan
penilaian risiko menggunakan uji coba pada hewan untuk memperkirakan asupan
harian yang ditoleransi (TDI) BPA untuk manusia. TDI untuk BPA monomer pertama
kali ditetapkan sebesar 50 𝜇g per kg berat badan per hari. Angka
tersebut kemudian diturunkan menjadi 4 𝜇g per kg berat badan per hari pada tahun 2015 dan
diubah lagi pada tahun 2023 menjadi 0,2 ng per kg berat badan per hari, yang
berarti 20,000 kali lebih rendah dari TDI sebelumnya. Semakin rendah angka TDI,
semakin besar toksisitas komponen tersebut (Hwang et
al., 2023).
Penelitian oleh (Seyhan et
al., 2022) juga turut menambahkan bahwa BPA telah ditemukan
pada hewan percobaan untuk meniru estrogen dan merusak diferensiasi sistem
reproduksi. Selain itu, BPA berpotensi untuk merusak berbagai jaringan dan
organ tubuh (Marque�o
et al., 2019), obesitas, serta gangguan sistem reproduksi (Khan
et al., 2021). Melalui banyaknya dampak negatif yang dihasilkan oleh BPA,
penggunaan senyawa bisfenol S (BPS) dan bisfenol F (BPF) menjadi alternatif
sebagai senyawa pengganti bisphneol A (BPA) karena ditinjau dari kemiripan
strukturnya (Winkler et
al., 2022). BPF kini telah menggantikan BPA dalam berbagai
produk, termasuk lapisan internal untuk wadah makanan, farmasi, dan kosmetik,
kertas termal, dan lapisan pipa air (Lehmler et
al., 2018). Namun, kedekatan struktural BPF dengan BPA telah
mendorong beberapa akademisi untuk menyelidiki potensinya sebagai pengganggu
endokrin. Penelitian oleh Martinez et al., (2020) menemukan bahwa paparan BPF
menginduksi toksisitas reproduksi, imunotoksisitas, stres oksidatif, dan
aktivitas pengganggu endokrin pada sel 3T3-L1. (Ullah et
al., 2019) juga telah membuktikan bahwa BPF terbukti
mengganggu spermatogenesis pada testis dan mengurangi produksi testosteron pada
tikus jantan. Temuan ini menunjukkan bahwa mengganti BPA dengan mimik BPA tidak
selalu lebih unggul. Menurut (Lestido‐Cardama
et al., 2022), BPA dan BPF merupakan bisfenol yang kerap
terdeteksi dalam sampel minuman dan memiliki variasi konsentrasi dari tidak
terdeteksi hingga 12 ng/mL dan 0,39 ng/mL.
Korosi merupakan salah satu dampak negatif
yang dapat muncul ketika suatu pangan dikemas dengan kemasan kaleng. Korosi
pada kemasan kaleng dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk keberadaan
senyawa korosif seperti sulfur, klorida, nitrat, dan lainnya dalam produk,
tingkat keasaman atau pH produk, jenis dan karakteristik wadah kaleng, termasuk
komposisi logam dasar, ketebalan lapisan timah, jenis lapisan pelindung
organik, metode pelapisan, dan kesinambungan lapisan. Selain itu, kondisi
penyimpanan seperti suhu, tekanan, kelembapan ruangan, dan faktor lainnya,
serta metode pengalengan yang digunakan, juga mempengaruhi laju korosi kaleng.
Epoksi yang merupakan jenis pelapis kaleng dihasilkan dari reaksi yang
melibatkan bisfenol A (BPA). Hingga saat ini, telah ditemukan bahwa adanya
migrasi dari enamel (kemasan) ke dalam produk pangan kaleng yang memiliki sifat
toksik bagi tubuh . Industri pangan memanfaatkan kaleng sebagai kemasan untuk
ikan tuna, baik dalam medium air garam, maupun medium air atau minyak. Selain
itu, kaleng juga banyak digunakan sebagai kemasan untuk minuman ringan.
Ikan tuna kaleng merupakan salah satu
produk kemasan kaleng yang sering dijumpai oleh masyarakat di berbagai pusat
perbelanjaan. Ikan tuna memiliki kandungan kaya akan protein dan lemak, serta
kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi sehingga sangat berguna bagi
kesehatan. Varian bumbu serta rasa ikan tuna kaleng juga sangat beragam,
ditambah banyaknya jenis produk tuna kaleng dengan medium air garam dan minyak.
Medium ini berguna sebagai media penghantar panas sehingga panas dapat menyebar
secara merata ke seluruh produk. Tidak hanya tuna kaleng, minuman ringan juga
sering memanfaatkan kaleng sebagai kemasan untuk pelindung produk minuman
tersebut. Migrasi senyawa BPA dapat terjadi pada ikan tuna kaleng dan migrasi
BPA dan BPF dapat terjadi pada minuman ringan kaleng. Pada produk tuna kaleng,
ditemukan hasil penelitian oleh (Arar &
Alawi, 2019) bahwa tuna kaleng dengan medium minyak mengandung
konsentrasi BPA yang lebih tinggi daripada air garam, tetapi penelitian oleh
Fasano et al., (2012) menegaskan sebaliknya. Pada produk minuman ringan,
penelitian dari (Choi et
al., 2018) menunjukkan hasil bahwa perpindahan BPF pada
minuman kaleng jenis kopi memiliki hasil akhir yang lebih tinggi yaitu 0,26
μg/L apabila dikomparasikan dengan migrasi BPA sebesar 0,21 μg/L.
Berbeda dengan penelitian oleh (Russo et
al., 2019) yang menegaskan bahwa migrasi BPA pada minuman
berenergi kaleng memiliki konsentrasi sebesar 76,46 ng/mL yang mana lebih
tinggi daripada migrasi yang hanya sebesar 25,28 ng/mL.
Tidak hanya kemasan kaleng yang mampu
termigrasi oleh BPA dan BPF, melainkan juga air minum dalam kemasan (AMDK) dari
policarbonat (PC) dan polietilen tereftalat (PET). Penelitian oleh (Baz et
al., 2023)a dan Kramarczyk et al., (2022) menyatakan bahwa
hal tersebut disebabkan oleh kontaminasi ulang selama daur ulang botol plastik
PET serta kontaminasi dari tutup botol yang mengandung BPA. Hasil penelitian
Tazkeen et al., (2012) menunjukkan bahwa semua sampel air minum dengan botol
plastik berbahan dasar PC mengandung BPA dengan jumlah cemaran sebesar 11,39
ppb pada suhu 25�C. Konsentrasi senyawa BPA pada botol air kemasan PC menurut
Yun et al., (2018) memiliki jumlah lebih tinggi daripada botol air kemasan PET
dalam semua kondisi penyimpanan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan
penelitian oleh Guart et al., (2011) yang menyatakan bahwa jumlah migrasi BPA
lebih rendah pada botol air kemasan PC daripada PET.
Kebutuhan untuk menganalisis migrasi BPA
dan BPF pada minuman ringan kemasan kaleng, migrasi BPA pada kaleng tuna dalam
medium minyak dan air garam, serta migrasi BPA pada air minum kemasan PC dan
PET sangat diperlukan. Hal tersebut didasarkan pada hasil perbedaan penelitian
dari peneliti yang digunakan sebagai acuan. Oleh karena itu, perlu adanya studi
meta-analisis, analisis statistik yang menggabungkan berbagai macam studi
ilmiah dan menampilkannya dalam bentuk ringkasan data kuantitatif sehingga akan
mendapatkan kesimpulan mengenai migrasi senyawa tersebut.
METODE PENELITIAN
Selain
itu, adapun komponen-komponen yang harus dijabarkan karena diduga mampu
memberikan pengaruh terhadap hasil analisis sehingga dapat dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut:
1.�� Apakah terdapat perbedaan jumlah perpindahan
senyawa BPA dan BPF pada minuman ringan kemasan kaleng?
2.�� Apakah temperatur penyimpanan, metode
analisis, dan klasifikasi minuman mampu memberikan pengaruh terhadap jumlah
migrasi monomer BPA dan BPF pada minuman ringan kemasan kaleng?
3.�� Apakah teknik deteksi, tempat produksi tuna
kaleng, serta karakteristik pangan mampu memberikan pengaruh jumlah migrasi BPA
pada produk pangan?
4.�� Apakah terdapat pengaruh jumlah migrasi
monomer bisfenol A (BPA) dari perbedaan jenis kemasan antara plastik PC dan PET
pada air minum kemasan?
5.�� Apakah temperatur penyimpanan, durasi
penyimpanan, paparan sinar matahri, volume kemasan, dan asal negara dapat
memberikan pegaruh terhadap jumlah migrasi monomer bisfenol A (BPA) pada air
minum?
Tahap
selanjutnya adalah mencari artikel ilmiah yang relevan dengan topik penelitian
dan isu yang diangkat. Hal ini dilakukan dengan melihat ketersediaan artikel
dalam database jurnal. Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan database
jurnal internasional yang diakui untuk mengkonfirmasi validitas makalah yang
dipertimbangkan dalam meta-analisis. Selain itu, langkah ini akan dilakukan
identifikasi faktor penentu lain yang mampu memberikan pengaruh migrasi monomer
bisfenol A (BPA) dan bisfenol F (BPF) pada minuman ringan kemasan kaleng,
migrasi monomer bisfenol A (BPA) pada produk pangan kaleng tuna dalam medium
minyak dan medium air garam, serta migrasi monomer bisfenol A (BPA) baik pada
kemasan plastik air minum polikabronat (PC) maupun polietilena tereftalat
(PET).
Tahap
selanjutnya adalah menentukan dan menyeleksi artikel yang digunakan dalam
pengujian meta-analisis. Kriteria inklusi merupakan rujukan berupa artikel
studi yang akan digunakan dalam pengujian meta-analisis. Berbeda dengan
kriteria eksklusi yang digunakan sebagai pengambilan keputusan terhadap artikel
yang isinya tidak relevan dan informasi yang digunakan tidak lengkap. Penentuan
kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan dalam penelitian meta-analisis
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria |
Keterangan |
Inklusi |
1.
Artikel merupakan jenis
hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan 2.
Artikel membahas mengenai
perbandingan migrasi monomer bisfenol pada pangan kemasan 3.
Artikel berasal dari
jurnal bereputasi nasional dan internasioanl 4.
Artikel telah diterbitkan
oleh jurnal yang terindeks Scopus 5.
Tidak terdapat batasan
negara 6.
Pembatasan tahun
publikasi adalah 20 tahun terakhir |
Eksklusi |
1.
Artikel tidak dilengkapi
dengan data dan informasi yang lengkap 2.
Artikel review (selain
artikel penelitian primer) 3.
Gray literature (data penelitian berupa
haisl laporan pemerintahan, skripsi, tesis, dan disertasi yang belum
diterbitkan) |
Tahap
paling fundamental yang harus dilakukan dalam pengujian meta-analisis adalah
mengumpulkan sumber studi berupa artikel ilmiah. Langkah yang dapat dilibatkan
dalam pengumpulan sumber studi adalah pencarian dengan menggunakan beberapa
kata kunci, seperti �migrasi bisfenol A�, �kemasan plastik�, �polikarbonat�,
�minuman ringan kaleng�. Selain itu, optimasi kata kunci juga dilakukan dengan
menggunakan boolean opeators berupa fungsi �OR�, �AND�, dan �NOT�. Database
merupakan media yang sangat penting dalam menjembatani antara peneliti dan
proses pencarian sumber ilmiah. Database yang digunakan yaitu, antara lain
Scopus, Science Direct, Wiley Online Library, ACS Publication, Springer, Taylor
& Francis online, dan Google Schoolar. Penerapan diagram alir PRISMA
(Preffered Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) sangat
berguna dalam mencari artikel ilmiah berdasarkan kriteia inklusi dan eksklusi.
Diagram alir tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Artikel ilmiah yang telah
sesuai dengan kriteria kemudian dikumpulkan dan disusun dengan aplikasi
reference manager yang dikenal dengan Mendeley.
Gambar 1. Diagram alir PRISMA
Tahapan
yang dilakukan pada ekstraksi data yaitu melakukan filtrasi terhadap hasil
penelitian serta identitas artikel. Data tersebut kemudian ditabulasikan
melalui software Microsoft Excel dan untuk mendapatkan identitas secara lengkap
dapat menggunakan reference manager Mendeley melalui fitu metadata sehingga
akan ditampilkan identitas jurnal, seperti nama penulis, judul artikel, tahun
terbit, penerbit, indeks jurnal dan DOI.
Data
yang diperoleh selama tahap ekstraksi untuk studi meta-analisis ini dikelola
dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel, OpenMEE, dan
Meta-essentials Tools. Analisis data yang dilakukan adalah perhitungan effect
size atau ukuran efek, yang digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruh
dari sebuah studi tunggal. Ukuran efek digunakan dalam meta-analisis, yang
mengagregasi beberapa penelitian menjadi satu penelitian. Ukuran pengaruh yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Hedge's g. Ukuran pengaruh Hedge's g
digunakan karena berbagai ukuran sampel, skala, dan metode pengukuran dapat
digunakan. Selain itu, karena tingkat heterogenitas yang tinggi di seluruh
studi yang disintesis, perhitungan meta-analisis menggunakan model efek acak
(Hamman et al., 2018). Pengujian meta-analisis ini, bias publikasi
diidentifikasi dengan menggunakan metode funnel plot, sebuah metodologi
kualitatif. Plot corong digunakan untuk menunjukkan distribusi titik-titik
untuk setiap studi. Selain itu, penelitian ini menggunakan uji angka kegagalan
Rosenthal untuk menilai kekokohan kesimpulan analisis. Nilai angka kegagalan
(Nft) yang dihitung oleh perangkat lunak OpenMEE menunjukkan jumlah penelitian
yang diperlukan untuk membantah hasil yang signifikan dalam meta-analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Migrasi monomer BPA dan BPF pada minuman ringan
kemasan kaleng
Berdasarkan
acuan dari diagram PRISMA, total artikel yang dikumpulkan yaitu sebanyak 1039
artikel dan kemudian diseleksi sehingga diperoleh sebanyak 71 artikel. Artikel
tersebut dilakukan seleksi untuk melihat detail dan relevansinya sehingga
didapat sebanyak 7 artikel yang dipublikasikan dari tahun 2010 hingga 2023.
Selain 7 artikel tersebut juga didapat 48 studi untuk dilakukan meta-analisis.
Forest
plot memberikan pengertian mengenai tigkat heterogenitas artikel ilmiah yang
telah diseleksi dengan interval 95%. Gambar 2 menegaskan bahwa dari total 48
studi, hanya tertera sebanyak 26 studi karena beberapa hasil studi tidak mampu
mendeteksi BPA dan BPF sehingga ukuran efek bernilai 0.
Gambar 2. Hasil
forest plot migrasi BPA dan BPF minuman
ringan kemasan kaleng
Data yang diperoleh akan diekstrak melalui software
Microsoft Excel dan ditabulasikan melalui
software OpenMEE.
Hasil
menunjukkan bahwa pada migrasi
bisfenol A dan bisfenol F melalui metode statistik I2 termasuk ke dalam kategori heterogenitas
tinggi karena nilai I2 lebih dari 75%. Uji lanjutan dilakukan untuk verifikasi pengaruh variabel moderator terhadap
parameter mmigrasi BPA dan BPF. Uji lanjutan tersebut dapat berupa analisis sub kelompok
(subgroup) dan metaregresi.
Analisis sub kelompok berguna dalam melihat pengaruh jenis minuman ringan
terhadap keberadaan BPA dan
BPF. Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis
subkelompok menunjukkan bahwa
minuman berkarbonasi lebih dominan dalam mentransfer BPA daripada BPF. Nilai effect size untuk minuman
berkarbonasi adalah negatif
(SMD -13,115) dan sangat signifikan (p < 0,05).
Sementara itu, jenis minuman
non-karbonasi memiliki nilai effect size yang positif
(SMD 1,674), namun nilai
p-value lebih dari 0,05, yang mengindikasikan
bahwa data tersebut tidak signifikan.
Guart et
al., (2014) menegaskan bahwa pada minuman berkarbonasi, pH minuman akan turun
karena adanya karbondioksida. Penelitian oleh Benhamada et al., (2016) juga
menambahkan bahwa dengan meningkatnya pH, maka pelepasan BPA akan meningkat.
Minuman non-karbonasi akan cenderung terjadi pelepasan BPA yang lebih rendah
karena pH netral. Hal ini sejalan dengan penelitian Cao et al., (2011) dengan sampel
susu.
Tabel 4 yang
menunjukkan hasil analisis variabel
suhu penyimpanan dengan tingkat migrasi BPA dan BPF memiliki hasil yang signifikan
pada suhu 4�C, tidak signifikan
pada suhu 25-28�C, serta
sangat signifikan pada suhu
60�C. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai SMD pada tingkat kepercayaan 95% yang memiliki negatif dan p-value.
Interval kepercayaan pada suhu
60C telah beririsan dengan suhu 4C sehingga tidak terdapat perbedaan nyata dari keduanya
terkait pengaruh migrasi BPA dan BPF pada minuman ringan kemasan kaleng.
Tabel 2.� Analisis subkelompok suhu penyimpanan terhadap migrasi BPA dan BPF
Suhu penyimpanan |
N |
SMD |
p-value |
4 |
14 |
-15,248 (-21,102; -9,394) |
<0,001 |
25-28 |
6 |
-2,222 (-4,525; 0,081) |
0,059 |
60 |
5 |
-12,387 (-18,594; -6,180) |
<0,001 |
Umumnya, pengukuran migrasi senyawa bisfenol kerap menggunakan metode kromatografi cair atau gas yang dikombinasikan
dengan spektrometri massa
(LC-MS dan GC-MS) (Cacho et al., 2012). Analisis subkelompok variabel metode analisis akan memberikan
hasil terkait korelasi setiap metode analisis terhadap pengaruh jumlah migrasi BPA dan BPF. Tabel
5 menunjukkan bahwa pada metode Solid phase
extraction GC-MS/MS memberikan hasil apabila migrasi BPA lebih dominan untuk terdeteksi. Metode substitusi microgel, solid phase extraction LC-MS/MS menunjukkan
bahwa BPF lebih banyak terdeteksi daripada BPA, tetapi nilai p-value tidak tersedia karena hanya berasal dari 1 studi yang sifatnya lemah. Hasil metode Solid phase extraction telah beririsan dengan optimizezd stir bar soptive
extraction dan solid phase extraction sehingga tidak ada perbedaan nyata
anatara metode LC-MS/MS dan GC-MS/MS. Pengaplikasian
derivatisasi ketika analisis dengan GC-MS dapat meningkatkan volatilitas
senyawa dan sensitivtas pada spektrofotometri massa.
Tabel 3. Analisis subkelompok metode analisis terhadap migrasi BPA dan BPF
Metode
analisis |
N |
SMD |
p-value |
Solid
phase extraction LC-MS/MS |
13 |
-10,115
(-13,661; -6,570) |
<0,001 |
Substitusi microgel,
solid phase extraction LC-MS/MS |
1 |
2,207
(0,177; 4,237) |
NA |
Optimized
stir bar sorptive extraction GC-MS/MS |
6 |
-9,385
(-18,177; -0,593) |
0,036 |
Solid
phase extraction GC-MS/MS |
5 |
-12,387
(-18,594; -6,180) |
<0,001 |
Metode
analisis |
N |
SMD |
p-value |
Solid
phase extraction LC-MS/MS |
13 |
-10,115
(-13,661; -6,570) |
<0,001 |
Substitusi microgel,
solid phase extraction LC-MS/MS |
1 |
2,207
(0,177; 4,237) |
NA |
Optimized
stir bar sorptive extraction GC-MS/MS |
6 |
-9,385
(-18,177; -0,593) |
0,036 |
Solid
phase extraction GC-MS/MS |
5 |
-12,387
(-18,594; -6,180) |
<0,001 |
MS/MS. Pengaplikasian
derivatisasi ketika analisis dengan GC-MS dapat meningkatkan volatilitas
senyawa dan sensitivtas pada spektrofotometri massa.
Meta-regresi
merupakan metode penelitian yang berguna dalam memberikan penjelasan terkait
heterogenitas melalui hubungan antara effect size dari satu atau lebih
karakteristik umum pengujian sehingga dapat memahami perbedaan antar penelitian
(Shindi et al., 2021). Hubungan variabel moderator sampel terhadap migrasi BPA
dan BPF dapat dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan bahwa nilai kemiringan
(slope) memiliki nilai positif, volume linear dengan migrasi BPA dan BPF. Nilai
p-value lebih dari 0,05 memiliki arti bahwa tidak adanya perbedaan nyata antara
volume sampel dan parameter yang dihasilkan. Hal ini konsisten dengan temuan
penelitian Kovacic et al., (2020), yang menunjukkan bahwa pemuatan 150 mL atau
300 mL bahan dan bukan 350 mL, serta adanya 3% AA dan 10% EtOH, tidak
berpengaruh signifikan terhadap efisiensi ekstraksi, kecuali senyawa BPS.
efisiensi ekstraksi, kecuali BPS.
Gambar 3. Plot
meta-regresi variabel
moderator
Tabel 4.� Hasil meta-regresi variabel volume sampel
Variabel |
Intercept |
Slope |
p-value |
Volume sampel |
-11,955 |
0,030 |
0,075 |
Funnel plot merupakan metode yang digunakan untuk analisis
bias publikasi melalui pendekatan kualitatif melalui pengilustrasian penyebaran titik-titik yang menjadi representasi
masing-masing studi. Hasil pengujian
funnel plot ditunjukkan dengan Gambar 4. Titik-titik yang dihasilkan merujuk pada bentuk asimetris sehingga terdapat beberapa bias publikasi
pada setiap studi.
Gambar 4.
Grafik Funnel plot migrasi BPA dan BPF pada minuman ringan kemasan kaleng
Migrasi Monomer BPA Pada Produk Kaleng
Tuna Dalam Medium Minyak Dan Air Garam
Jumlah artikel ilmiah yang terkumpul yaitu sebanyak 1232 dengan tota artikel
ilmiah akhir yang digunakan
sebagai database meta-analisis sebanyak
14 artikel. Hal tsresbeut ditinjau
dari penerapan diagram alir PRISMA dan melalui pengekstrakan artikel ilmiah.
Analisis bias publikasi dilakukan dengan melibatkan
diagram funnel plot. Diagram ini akan memberikan gambaran mengenai korelasi antara ukuran efek
dan sampel studi. Gambar 5
menunjukkan hasil funnel plot dan hasil menunjukkan simetris,
sehingga diperkirakan akurat. Uji Fail N-Safe juga dilakukan
untuk verifikasi yang dapat dilihat
pada Tabel 7. Nilai 5N+10 pada uji tesebut yaitu sebesar 75, sehingga sangat kuat terhadap kemungkinan bias publikasi.
Gambar 5.
Funnel plot perbandingan migrasi
BPA pada tuna kaleng medium air garam dan minyak
Tabel 5. Hasil uji Fail
N-Safe
Observed Significance level |
Target Significance level |
5N+10 |
Fail N-Safe |
0,0002 |
0,05 |
75 |
102 |
Pendekatan Random Effect Model digunakan untuk menggabungkan beberapa studi yang
memiliki variasi populasi. Migrasi monomer BPA
lebih dominan pada tuna kaleng
dengan medium minyak. Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 8. Melalui
nilai p-value sebesar
0,702, maka tidak terdapat perbedaan signifikan sehingga antara kelompok kontrol dan eksperimen tidak
berbeda signifikan. Tabel 9 menunjukkan hasil uji heterogenitas. Hasil menunjukkan nilai
I2 sebesar 89,3%, sehingga disimpulkan bahwa keragam data sangat tinggi. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Higgins et al., (2003), jika
nilai I2 lebih besar dari 75%, maka penelitian memiliki keragaman data yang tinggi.
Tabel 6. Hasil uji
Random Effect Model Studi
Uji |
Estimasi Standardized Mean Difference |
CI 95% |
Std. error |
p-value |
|
BB |
BA |
||||
Random effects model |
0,233 |
-0,960 |
1,425 |
0,609 |
0,702 |
Tabel 7. Hasil uji heterogenitas
Uji |
|
Q (df=28) |
Het. p-value |
|
Heterogenitas |
5,858 |
212,786 |
<0,001 |
86,841 |
Gambar 6. Hasil
diagram forest plot
Hasil luaran yang didapatkan selain funnel plot dapat berupa
juga diagram forest plot yang dapat dilihat pada
Gambar 6. Bagian kanan garis interval diinterpretasikan sebagai adanya perbedaan nyata terhadap migrasi BPA antara tuna kaleng medium minyak dan air garam.
��������� Berdasarkan
uji subkelompok pada Tabel 10 yang menunjukkan lokasi produksi tuna kaleng, nilai SMD positif menunjukkan bahwa migrasi BPA terdeteksi lebih tinggi pada medium minyak, sedangkan nilai SMD negatif menunjukkan bahwa migrasi BPA paling tinggi dapat terdeteksi pada meidum air garam.
Hasil analisis forest plot pada Gambar 7 menunjukkan
hasil bahwa keempat lokasi memiliki rata-rata effect
size tidak berbeda signifikan.
Tabel 8. Hasil diagram
forest plot subkelompok lokasi
produksi tuna kaleng
Studi |
Estimasi Standardized Mean Difference |
N |
Confidence Interval 95% |
p-value |
||
Batas Bawah |
Batas Atas |
|
||||
Asia |
0,026 |
8 |
-0,965 |
1,017 |
0,959 |
|
Eropa |
4,414 |
14 |
-0,416 |
9,243 |
0,073 |
|
Amerika |
-5,328 |
2 |
-17,208 |
6,553 |
0,379 |
|
Afrika |
0,144 |
5 |
-1,766 |
2,054 |
0,882 |
|
Overall |
0,233 |
29 |
-0,960 |
1,425 |
0,702 |
|
Gambar 7. Hasil
forest plot subkelompok lokasi
produksi tuna kaleng
��������� Hasil uji subkelompok
pada metode deteksi BPA ditunjukkan
dengan hasil forest plot. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat dari Tabel 11. Berdasarkan tabel tersebut, nilai subkelompok GC memiliki nilai negatif yang memiliki arti bahwa metode ini banyak mendeteksi BPA pada tuna kaleng
dengan medium air garam. Nilai subkelompok HPLC
menunjukkan nilai positif, sehingga metode ini banyak mendeteksi BPA pada tuna kaleng
medium minyak. Gambar 8 menunjukkan hasil forest plot
subkelompok metode deteksi
yang terlihat saring beririsan. Hal tersebut memiliki arti bahwa kedua metode yang digunakan tidak berbeda secara signifikan.
Tabel 9. Hasil forest
plot subkelompok metode deteksi
BPA pada tuna kaleng
Studi |
Estimasi Standardized Mean Difference |
N |
Confidence Interval 95% |
p-value |
|
Batas Bawah |
Batas Atas |
||||
Gas Chromatography (GC) |
-1,779 |
9 |
-4,630 |
1,071 |
0,221 |
High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) |
1,090 |
20 |
-0,340 |
2,528 |
0,138 |
Overall |
0,233 |
29 |
-0,960 |
1,425 |
0,702 |
Gambar 8. Hasil
forest plot subkelompok metode deteksi
BPA pada tuna kaleng
��������� Menurut pengujian oleh Manzoor et al., (2022), sifat
larut dalam lemak merupakan
sifat yang dimiliki oleh
BPA sehingga akan mendorong molekul BPA untuk bermigrasi ketika suatu pangan memiliki
kandungan lemak yang tinggi.
Tabel 12 menunjukkan hasil meta-regresi pada pengaruh kandungan lemak dimana
hasil tersebut mebrikan
hasil bahwa adanyak lemak
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap migrasi BPA pada tuna kaleng.
Selain itu, Gambar 9 juga menunjukkan bahwa kemiringan bubble plot kandungan
lemak eksperimental meningkat
atau positif sesuai dengan rumus model meta-regresi. Hasil
meta-regresi menunjukkan bahwa
konsentrasi migrasi BPA akan meningkat seiring dengan meningkatnya persentase lemak dalam produk. Meningkat
jika jumlah lemak dalam
produk meningkat. Gambar 10 menunjukkan bahwa penurunan nilai kadar lemak pada kelompok kontrol menghasilkan penurunan slope dan rumus model
meta-regresi yang negatif.
Pada kelompok kontrol, hal
ini menunjukkan bahwa migrasi
BPA akan menurun seiring dengan menurunnya kandungan lemak pada produk.
Table 10. Pengaruh kandungan lemak terhadap migrasi BPA di tuna kaleng
Studi |
Estimasi Standardized Mean Difference |
Confidence Interval 95% |
p-value |
|
Batas Bawah |
Batas Atas |
|||
Kandungan protein kontrol |
-532,204 |
-1803,53 |
739,12 |
0,412 |
Kandungan protein eksperimen |
23,180 |
-2,985 |
49,34 |
0,042 |
Gambar 9. Diagram bubble plot parameter kandungan lemak kelompok control
Gambar 10. Diagram bubble plot parameter kandungan lemak kelompok eksperimen
Pengujian meta-regresi pengaruh kandungan protein terhadap migrasi BPA pada tuna kaleng menunjukkan hasil bahwa pada Tabel 13 tidak
ada pengaruh secara signifikan terhadap migrasi BPA pada pengaruh parameter kandungan
protein pada tuna kaleng baik
kelompok kontrol atau eksperimen karena nilai p-value kurang dari 0,05. Selain itu, pada Gambar 11
dan Gambar 12 juga menunjukkan bubble plot dengan
slope negatif dan menurun.
Hal tersebut memberikan penegasan bahwa migrasi BPA akan terjadi sangat minimum pada tuna kaleng
apabila keseluruhan kandungan protein juga rendah.
Tabel 11. Pengaruh kandungan protein terhadap migrasi BPA di tuna kaleng
Studi |
Estimasi Standardized Mean Difference |
Confidence Interval 95% |
p-value |
|
Batas Bawah |
Batas Atas |
|||
Kandungan protein kontrol |
-0,129 |
-1,973 |
1,714 |
0,891 |
Kandungan protein eksperimen |
-74,464 |
-548,894 |
399,965 |
0,758 |
Gambar 11. Hasil bubble
plot parameter kandungan protein kelompok kontrol
Gambar 12. Hasil bubble plot parameter kandungan protein kelompok eksperimen
Parameter yang dapat mempengaruhi migrasi BPA pada produk tuna kaleng, seperti jenis pelapis
dalam kaleng dan tingkat keasaman produk. Penelitian oleh Sadrabad et al.,
(2023) menunjukkan melalui pelapis epoksi, dapat terjadi sintesis
BPA dalam resin epoksi memerlukan kondensasi BPA dan epiklorohidrin, yang menghasilkan
bisfenol A diglikidil eter dan polimer dengan massa molekul
yang beragam. Ketika reaksi polimerisasi tidak memadai akan terjadi pelepasan BPA,
sehingga memungkinkan terjadinya perpindahan BPA ke dalam makanan kaleng. Bingo
et al., (2018) turut
menambahkan bahwa tingkat kestabilan gugus hidroksil BPA sangat dipengaruhi
oleh pH karena monomer BPA cenderung lebih stabil pada kondisi netral dan
sedikit basa.
Migrasi BPA Pada Air Minum Kemasan Plastik Polikarbonat Dan Polietilena
Tereftalat
Jumlah artikel yang terkumpul yaitu sebanyak 852 yang telah dikumpulkan
dari 10 database jurnal international serta pada hasil akhir hanya didapat 2
jurnal yuang digunakan untuk pengujian meta-analisis setelah melalui seleksi
duplikasi, seleksi judul dan abstrak, serta relevansi.
Gambar 13.� Hasil forest
plot migrasi BPA pada botol
air minum kemasan PC dan
PET
Total studi sebanyak 34 yang telah digunakan hanya terdapat 32 studi yang mampu dihitung effect size-nya.
Berdasarkan Gambar
13, hasil menunjukkan
bahwa overall
effect size sebesar 8,144 sehingga
disimpulkan bahwa migrasi BPA kemasan air minum PC lebih banyak daripada PET. Penelitian oleh Guart et al., (2011) turut
menegaskan bahwa adanya kontaminasi BPA dikarenakan bahan baku pembuatan PC adalah BPA, sednagkan untuk PET hanya disebabkan oleh kontaminasi silang.
��������������� Analisis
subkelompok pada bagian asal negar adapat
dilihat pada Tabel
14 dan Gambar 14. Berdasarkan pengujian tersebut, negara Cina dan Malaysia memiliki
perbedaan hasil yang signifikan. Negara Malaysia memiliki
nilai Stamdardized
Mean Difference sebesar 25,045 yang mengindikasikan bahwa produk BPA pada botol PC lebih tinggi daripada
PET. Berbeda dnegan Cina
yang memiliki nilai Standardized Mean Difference negatif sebesar -13,913 yang berarti bahwa produksi
BPA pada botol PET lebih tinggi daripada PC.
Tabel 12. Hasil analisis subkelompok variabel asal negara terhadap migrasi BPA
No |
Asal negara |
N |
Standardized Mean Difference (CI 95%) |
p-value |
1 |
Cina |
10 |
-13,913 (-19,112; -8,715) |
<0,001 |
2 |
Malaysia |
24 |
20,161 (15,276; 25,045) |
<0,001 |
Gambar 14. Hasil forest plot analisis
subkelompok asal negara
Tabel 13.� Hasil analisis subkelompok suhu penyimpanan terhadap migrasi BPA
No |
Suhu penyimpanan |
N |
Standardized Mean Difference (CI 95%) |
p-value |
1 |
1-25�C |
20 |
-1,887 (-7,314; 3,540) |
0,496 |
2 |
26-50�C |
10 |
26,462 (16,264; 36,659) |
<0,001 |
3 |
|
4 |
26,307 (11,078; 41,536) |
<0,001 |
Gambar 15. Hasil forest plot analisis
subkelompok suhu penyimpanan
Analisis subkelompok selanjutnya adalah menganalisis berdasarkan suhu
penyimpanan. Berdasarkan Tabel 13,
suhu penyimpanan lebih dari 26�C dapat berpengaruh terhadap jumlah migrasi BPA
pada botol air minum PC. Rentang suhu dari 1-25�C memberikan hasil bahwa jika
nilai Standardized Mean Difference
negatif, maka jumlah migrasi BPA pada botol PET lebih tinggi daripada PC.
Berbeda dengan variabel suhu penyimpanan diatas 26�C yang� menunjukkan nilai positif yang memiliki arti
bahwa jumlah migrasi BPA lebih banyak pada botol air kemasan PC daripada PET.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian oleh Baz et al., (2023) yang menyatakan bahwa semakin tiinggi suhu
penyimpanan pada botol air minum maka akan berdampak pada migrasi BPA yang
semakin tinggi pula.
Hasil analisis subkelompok pada variabel moderator lama penyimpanan
memberikan hasil yang diilustrasikan pada Tabel 16 dan Gambar 16.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil analisis subkelompok pada lama
penyimpanan 1-20 hari dan 41-60 hari menunjukkan nilai positif. Hal tersebut memiliki arti bahwa lama penyimpanan cenderung berpengaruh dominan terhadap migrasi BPA pada botol air minum PC. Subkelompok lama penyimpanan
21-45 hari menunjukkan nilai negatif dimana
merepresentasikan bahwa hal tersebut lebih
berpengaruh terhadap tingginya migrasi BPA pada botol air minum PET.
Tabel 14. Hasil analisis subkelompok lama penyimpanan dengan migrasi BPA
No |
Lama penyimpanan (hari) |
N |
Standardized Mean Difference (CI 95%) |
p-value |
1 |
1-20 |
16 |
18,266 (12,239; 24,212) |
<0,001 |
2 |
21-40 |
14 |
-5,308 (-11,618; 1,001) |
0,099 |
3 |
41-60 |
4 |
17,743 (7,440; 28,046) |
<0,001 |
Gambar 16. Hasil forest plot analisis
subkelompok lama penyimpanan
Hasil pengujian subkelompok paparan sinar UV memberikan hasil bahwa pada bagian Standardized
Mean Difference (SMD) memiliki nilai positif yang berarti bahwa kedua
interval memberikan pengaruh
terhadap migrasi BPA, baik pada botol air kemasan PC dan PET. Tabel
17 dan Gambar 17 menunjukkan perbedaannya dapat dilihat dari
nilai p-value.
Kelompok 81,76-124,1 termasuk
dalam signifikan, sedangkan 0,9-1,5 termasuk tidak signifikan. Baz et al., (2023) menambahkan
bahwa penyimpanan baik di indoor atau outdoor
akan berpengaruh terhadap migrasi BPA, tetapi botol yang disimpan pada area outdoor
memiliki tingkat migrasi BPA lebih tinggi daripada indoor.
Tabel 15. Hasil analisis seubkelompok paparan UV pada migrasi BPA
No |
Paparan UV (W/m) |
N |
Standardized Mean Difference (CI 95%) |
p-value |
1 |
81,76-124,1 |
4 |
30,265 |
<0,001 |
2 |
0,9-1,5 |
4 |
9,172 |
0,052 |
Gambar 17. Hasil forest plot subkelompok
paparan UV
Tabel 16. Hasil analisis subkelompok variabel instrumen penelitian terhadap migrasi BPA
No |
Jenis instrumen penelitian |
N |
Standardized Mean Difference (CI 95%) |
p-value |
1 |
GC-MS |
12 |
-13,913 (-19,112; -8,715) |
<0,001 |
2 |
UHPLC-FLD |
24 |
20,161 (15,276; 25,045) |
<0,001 |
Gambar 18. Forest plot analisis
subkelompok instrumen penelitian
Hasil analisis variabel instrumen penelitian menunjukkan bahwa pada nilai SMD pada Tabel 18 dan Gambar 18 bernilai negatif
memiliki arti bahwa sensitivitas deteksi BPA akan lebih besar
pada kemasan PET, begitupun
sebaliknya. Nilai p-value <0,001 menunjukkan bahwa data signifikan secara statistik.
Analisis meta-regresi pada Gambar 19 menunjukkan
bahwa semakin turun nilai slope maka variabel X beprngaruh negatif terhadap variabel Y. Selain itu, Tabel 19 juga menunjukkan
hail bahwa adanya nilai slope
yang negatif, maka semakin besar volume air akan berpengaruh terhadap tingkat migrasi BPA yang semakin melemah.
Gambar 19. Hasil
plot meta-regresi variabel
volume air
Tabel 17. Hasil uji meta-regresi variabel volume air
Variabel |
Intercept |
Slope |
p-value |
Volume air |
53,441 |
-0,068 |
<0,001 |
Gambar 20. Hasil funnel plot migrasi
BPA pada botol air minum PC
dan PET
Hasil analisis bias publikasi dapat dilihat pada Gambar 20 yang menginterpretasikan
bahwa bentuk funnel plot
tersebut adalah simetris sehingga tidak terdapat bias publikasi tinggi dan data memiliki kepresisian yang tinggi.
KESIMPULAN
Data menunjukkan bahwa
pada pengujian migrasi BPA dan BPF pada minuman ringan kemasan kaleng memiliki
tingkat migrasi BPA yang lebih tinggi daripada BPF. Selain itu, data yang
didapat dari pengujian migrasi BPA pada tuna kaleng dengan medium minyak dan air
garam menunjukkan hasil bahwa migrasi BPA lebih tinggi pada tuna kaleng dengan
medium minyak. Berbeda dengan pengujian migrasi BPA pada botol air minum PC dan
PET yang memberikan hasil bahwa botol dengan bahan PC memiliki migrasi BPA
lebih tinggi daripada PET.
Al-Zahrani, F. S. A., Albaqshi, H. A. A., Alhelal, G. A. M., Mohamed, I.
A., Aga, O., & Abdel-Magid, I. M. (2017). Bottled water quality in KSA.
IJISET-International Journal of Innovative Science, Engineering &
Technology, 4, 2348�7968.
Almeida, T. F. A., Oliveira, S.
R., da Silva, J. M., de Oliveira, A. L. F., de Lourdes Cardeal, Z., Menezes, H.
C., Gomes, J. M., Campolina-Silva, G. H., Oliveira, C. A., & Macari, S.
(2021). Effects of high-dose bisphenol A on the mouse oral mucosa: A possible
link with oral cancers. Environmental Pollution, 286, 117296.
Arar, S., & Alawi, M. (2019).
A new solvent extraction method with gas chromatography�mass spectrometry for
bisphenol A determination in canned foods. Acta Chromatographica, 31(1), 71�78.
Bakhori, A. (2017). Tinjauan aspek
korosi pada makanan dalam kemasan kaleng. PISTON (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Fakultas Teknik UISU), 2(1), 30�38.
Baz, L., Alharbi, A., Al-Zahrani,
M., Alkhabbaz, S., Alsousou, R., & Aljawadri, H. (2023). The Effect of
Different Storage Conditions on the Levels of Bisphenol A in Bottled Drinking
Water in Jeddah City, Saudi Arabia. Advances in Public Health, 2023(1),
8278428.
Chailurkit, L., Srijaruskul, K.,
& Ongphiphadhanakul, B. (2017). Bisphenol A in canned carbonated drinks and
plastic-bottled water from supermarkets. Exposure and Health, 9(4), 243�248.
Choi, S. J., Yun, E. S., Shin, J.
M., Kim, Y. S., Lee, J. S., Lee, J. H., Kim, D. G., Oh, Y. H., Jung, K., &
Kim, G. H. (2018). Concentrations of bisphenols in canned foods and their risk
assessment in Korea. Journal of Food Protection, 81(6), 903�916.
Hwang, M., Park, S.-J., & Lee,
H.-J. (2023). Risk assessment of bisphenol a in the Korean general population.
Applied Sciences, 13(6), 3587.
Lehmler, H.-J., Liu, B., Gadogbe,
M., & Bao, W. (2018). Exposure to bisphenol A, bisphenol F, and bisphenol S
in US adults and children: the national health and nutrition examination survey
2013�2014. ACS Omega, 3(6), 6523�6532.
Lestido‐Cardama, A., Send�n,
R., Bustos, J., Nieto, M. T., Paseiro‐Losada, P., &
Rodr�guez‐Bernaldo de Quir�s, A. (2022). Food and beverage can coatings:
A review on chemical analysis, migration, and risk assessment. Comprehensive Reviews
in Food Science and Food Safety, 21(4), 3558�3611.
Manzoor, M. F., Tariq, T., Fatima,
B., Sahar, A., Tariq, F., Munir, S., Khan, S., Nawaz Ranjha, M. M. A., Sameen,
A., & Zeng, X.-A. (2022). An insight into bisphenol A, food exposure and
its adverse effects on health: A review. Frontiers in Nutrition, 9, 1047827.
Marque�o, A., P�rez-Albaladejo,
E., Flores, C., Moyano, E., & Porte, C. (2019). Toxic effects of bisphenol
A diglycidyl ether and derivatives in human placental cells. Environmental
Pollution, 244, 513�521.
Nugraheni, M. (2018). Kemasan
Pangan. Yogyakarta: Plantaxia.
Prayogo, A., & Mazda, C. N.
(2021). Inovasi Teknologi Plecing Kaleng Sebagai Pemulihan Ekonomi Pasca Gempa
Lombok. Jurnal Informatika Teknologi Dan Sains (Jinteks), 3(3), 376�383.
Russo, G., Varriale, F., Barbato,
F., & Grumetto, L. (2019). Are canned beverages industries progressively
switching to bisphenol AF? Journal of Food Science, 84(11), 3303�3311.
Rybczyńska-Tkaczyk, K.,
Sk�ra, B., & Szychowski, K. A. (2023). Toxicity of bisphenol A (BPA) and
its derivatives in divers biological models with the assessment of molecular
mechanisms of toxicity. Environmental Science and Pollution Research, 30(30),
75126�75140.
Seyhan, G., Ustundag, U. V., Unal,
I., Kalkan, P. S. A., Cansız, D., Alturfan, E. E., & Alturfan, A.
(2022). The effect of different storage conditions on the migration of
chemicals from polyethylene terephthalate and polycarbonate bottles to water.
Experimed, 12(2), 74�79.
Sucipta, I. N., Suriasih, K.,
& Kencana, P. K. D. (2017). Pengemasan pangan kajian pengemasan yang aman,
nyaman, efektif dan efisien. Udayana University Press, 1, 1�178.
Ullah, A., Pirzada, M., Afsar, T.,
Razak, S., Almajwal, A., & Jahan, S. (2019). Effect of bisphenol F, an
analog of bisphenol A, on the reproductive functions of male rats.
Environmental Health and Preventive Medicine, 24, 1�11.
Winkler, J., Liu, P., Phong, K.,
Hinrichs, J. H., Ataii, N., Williams, K., Hadler-Olsen, E., Samson, S.,
Gartner, Z. J., & Fisher, S. (2022). Bisphenol A replacement chemicals, BPF
and BPS, induce protumorigenic changes in human mammary gland organoid
morphology and proteome. Proceedings of the National Academy of Sciences,
119(11), e2115308119.
Yun, W. M., Ho, Y. Bin, Tan, E. S.
S., & How, V. (2018). Release of Bisphenol A from polycarbonate and
polyethylene terephthalate drinking water bottles under different storage
conditions and its associated health risk. Malaysian Journal of Medicine &
Health Sciences, 14.
Benhamada, M., Bouzid, D., Boyron, O., Taam,
M. (2016). The relationship between the aging of polycarbonate characterized by
SEC and the release of bisphenol A quantified by HPLC�UV. European Food
Research and Technology. 242(2): 227�232. doi:10.1007/s00217-015-2534-7
Bingol, M., Konar, N., Poyrazoğlu, E. S.,
Artik, N. (2018). Influence of storage conditions on bisphenol A in
polycarbonate carboys of water. European International Journal of Science and
Technology. 7(3): 107�123. https://doi.org/10.1002/fsn3.3398
Cao, X. L., Corriveau, J. (2008).
Determination of bisphenol A in water by isotope dilution headspace solid
microextraction and gas chromatography mass spectrometry without derivation.
Journal of AoAc International. 91(3):622- 629
Cacho, J. I., Campillo, N., Vinas, P.,
Hernandez-Cordoba, M. (2012). Stir bar sorptive extraction coupled to gas
chromatography�mass spectrometry for the determination of bisphenols in canned
beverages and filling liquids of 30 canned vegetables. Journal of
Chromatography A. 1247(2012): 146- 153. doi:10.1016/j.chroma.2012.05.064
Do, M. T., Chang, V. C., Mendez, M. A., Groh,
M. D. (2017). Urinary bisphenol A and obesity adults: result from the canadian
health measurement survey. Health Promotion and Chronic Disease Prevention in
Canada. 37(12):403-413. https://doi.org/10.24095/hpcdp.37.12.02
Fasano, E., Bono-Blay, F., Cirillo, T.,
Montuori, P., Lacorte, S. (2012). Migration of phthalates, alkylphenols,
bisphenol A and di (2-ethylhexyl) adipate from food packaging. Food control.
27(1): 132-138. doi: https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2012.03.005
Guart, A., Bono-Blay, F., Borrell, A.,
Lacorte, S. (2011). Migration of plasticizers phthalates, bisphenol A and
alkylphenols from plastic containers and evaluation of risk. Food Additives
& Contaminants. 28(5):1-10.
Guart, A., Bono-Blay, F., Borrell, A.,
Lacorte, S. (2014). Effect of bottling and storage on the migration of plastic
constituents in Spanish bottled waters. Food Chemistry. 156: 73�80.
doi:10.1016/j.foodchem.2014.01.075.
Higgins, J. P., Thompson, S. G., Deeks, J. J.,
Altman, D. G. (2003). Measuring inconsistency in meta-analyses. Bmj. 327(7414):
557-560.
Khan, N. G., Correia, J., Adiga, D., Rai, P.
S., Dsouza, H. S., Chakcarabarty, S., Kabekkodu, S. P. (2021). A comprehensive
review on the carcinogenic potential of bisphenol A: clues and evidence.
Environmental Science and Pollution Research. 28:19643-19663.
https://doi.org/10.1007/s11356-021-13071-w
Kovačiča, A., Gysc, C., Gulina, M.
R., Kosjeka, T., Heatha, D., Covacic, A., Heatha, E. (2020). The migration of
bisphenols from beverage cans and reusable sports bottles. Food Chemistry.
331(2020): 127326.
Kramarczyk, G. D., Zembrzuska, J.,
Kruszelnicka, I., Zajac-Woznialis, A., Cislak, M. (2022). Influence of
temperature on the quality of bisphenol A in bottled drinking water.
International Journal of Environmental Research and Public Health. 19(9):1-10. https://doi.org/10.3390/ijerph19095710
Mart�nez, M. �., Blanco, J., Rovira, J.,
Kumar, V., Domingo, J. L., Schuhmacher, M. (2020). Bisphenol A analogues (BPS
and BPF) present a greater obesogenic capacity in 3T3-L1 cell line. Food Chem
Toxicol. 140:111298. doi:10.1016/j.fct.2020.111298.
Sadrabad, E. K., Hashemi, S. A., Nadjarzadeh,
A., Askari, E., Mohajeri, A. F., Ramroudi, F. (2023). Bisphenol A release from
food and beverage containers�A review. Food Science & Nutrition. 11(7):
3718-3728. doi: https://doi.org/10.1002/fsn3.3398
Shindy, Aidid, M. K., Nusrang, M. (2021).
Analisis meta regresi untuk menjelaskan heterogenitas hasil penelitian pada
kejadian demam berdarah dengue. Journal of Statistics and Its Application on
Teaching and Research. 3(1): 1- 9. doi:10.35580/variansiunm14643
Tazkeen, A., Hameed, R., Naeem, I. (2012).
Sources of bisphenol A contamination in drinking water in Pakistan and
determination of migration rates. Biomedical and Pharmacology Journal.
5(2):235-240