REPRESENTASI SUREALISME PADA �100 SONETA CINTA� KARYA PABLO NERUDA

 

 

Nevia Aufa Ramadiani, Intan Budiman, Rafi Syah Putra, Alifia Ishmah Fauziyyah, Nur Syafiqah, Buyung Firmansyah

Universitas Pendidikan Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

 

kata kunci:

representasi surealisme, representasi, pablo neruda

 

 

 

 

 

keywords:

Surrealism representation, representation, Pablo Neruda

 

ABSTRAK

 

100 Soneta Cinta adalah puisi karya Pablo Neruda yang diperuntukkan istri tercintanya, Matilde Urrutia. Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengungkap peran dan pengaruh sureaslisme dalam penyampaian pesan yang disampaikan oleh Pablo Neruda. Dengan meotode kualitatif, penelitian ini memaparkan data empiris yang diambil dari lima belas puisi, kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi unsur-unsur surealisme yang membangun struktur dan makna pusi tersebut. Tiga aspek surealisme yang menjadi fokus analisis, yaitu; (1) simbolisme; (2) automatic writing; (3) Penggabungan realitas dan fantasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang penggunaan surealisme dalam karya-karya Pablo Neruda, khususnya dalam 100 Soneta Cinta, dan memperlihatkan bagaimana unsur-unsur ini memperkaya makna dalam puisi tersebut.

 

100 Sonnets of Love is a poem by Pablo Neruda dedicated to his beloved wife, Matilde Urrutia. The purpose of this study is to reveal the role and influence of surrealism in conveying the message conveyed by Pablo Neruda. Using a qualitative method, this study presents empirical data taken from fifteen poems, then analyzed to identify the elements of surrealism that build the structure and meaning of the poems. Three aspects of surrealism are the focus of analysis, namely; (1) symbolism; (2) automatic writing; (3) merging reality and fantasy. The results of this study are expected to deepen the understanding of the use of surrealism in Pablo Neruda's works, especially in 100 Sonnets of Love, and show how these elements enrich the meaning of the poem.

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA .

This is an open access article under the CC BY-SA license.

 

 

PENDAHULUAN

Sastra menjadi suatu yang sudah dikenal oleh banyak orang bahkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Semua hal yang berhubungan dengan hobi atau kegiatan manusia pasti ada hubungannya dengan sastra, seperti membaca buku, menulis puisi, menonton film, atau melakukan monolog di atas panggung (Fitri, 2022). Sastra dapat didefinisikan sebagai banyak hal. Namun secara umum, sastra adalah setumpuk koleksi yang menciptakan istilah-istilah tertulis atau lisan (Fitri, 2022).

(Nurullayevna & Nuriddinovna, 2023) menjelaskan bahwa, soneta adalah jenis puisi yang tetap tidak berubah sepanjang waktu. Istilah, �soneta� berasal dari kata Italia �sonnetto� yang berarti �suara kecil� atau �lagu kecil�. Soneta tidak hanya menjadi karya sastra yang sering dinikmati, tetapi juga menjadi wadah bagi para penyair untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan mereka dalam konteks zaman yang terus berubah. Biasanya Soneta menggunakan bahasa kiasan seperti metafora dan personifikasi adalah suatu keharusan dalam soneta. Karena kata-kata pilihan itu memiliki kekuatan untuk mengomunikasikan sesuatu di dalamnya (Isnaini, 2022), soneta adalah puisi lirik yang ditulis dalam satu bentuk stanza (bait) yang keseluruhannya terdiri dari empat belas dengan pola iambic pentameter dan seluruh baris tersebut baris diikat oleh pola sajak yang variatif.

William Shakespeare, yang dikenal luas sebagai salah satu penulis drama terbesar sepanjang masa, juga merupakan seorang penyair yang luar biasa. Dalam soneta-sonetanya, Shakespeare mengekspresikan tema cinta, waktu, kecantikan, dan kematian dengan kedalaman emosi dan ketepatan bahasa yang memukau. Simonton (1989,1990) menyimpulkan bahwa popularitas soneta Shakespeare dapat dikaitkan dengan kombinasi kekhususan-kekhasan, kebaruan-kompleksitas, dan citra proses utama dari materi verbal, yang semuanya dapat dipandang dapat mempengaruhi potensi gairah dari sebuah puisi yang seharusnya mendorong estetika kesenangan.

Pada saat ini, penulis puisi dapat mencurahkan isi hatinya melalui tulisan puisi. Karena melalui puisi, penulis ingin dapat mengekspresikan dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar. Puisi tidak� hanya� dimaknai� sebagai� karya� seni keindahan� yang� menggunakan� medium� bahasa� sebagai� perantaranya untuk� memberikan keindahan� pada� masyarakat (Inderasari, 2017), namun� juga� digunakan� sebagai� sarana� untuk mengutarakan gagasan sesuai bentuk ungkapan perasaan penyair. Banyaknya kumpulan puisi di Indonesia maupun dunia terdapat beberapa puisi yang menimbulkan pertanyaan serta opini-opini dari pembaca khususnya bagi penikmat puisi, seperti puisi 100 Soneta Cinta karya Pablo Neruda yang menarik dan menimbulkan opini serta memiliki rasa penasaran akan makna yang sebenarnya.

(Waluyo, 1987) menjelaskan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi 100 Soneta Cinta karya Pablo Neruda mencuri perhatian penulis karena mampu membawakan olah imajinasi visual yang unik dan menarik melewati isi puisi yang dituliskan oleh tangan Pablo Neruda. Disisi lain, puisi 100 Cinta Soneta dianggap kontroversial karena dalam salah satu sonetanya yang ke-12 bait ke-3, Pablo Neruda menulis larik seperti �Ciuman demi ciuman aku menjelajahi keabadian kecilmu� menimbulkan persepsi dan opini terhadap soneta yang disajikan dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menafsirkan pesan yang terdapat dalam soneta� tersebut.

Surealisme merupakan aliran seni dan sastra yang muncul di Perancis pada tahun 1924, surealisme adalah aliran seni dan sastra sebagai perkembangan dari dadaisme, yang berusaha mengungkapkan pengaruh bawah sadar (Kurniadewi et al., 2020). Surealisme pada awalnya dikaitkan dengan wacana psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, mengenai hal-hal yang irrasional, absurd, dan tidak logis. Surealisme juga merupakan gambaran ide tentang suatu ilusi yang absurd dan mengandung halusinasi, sehingga disebut sebagai hallucinatory realism. Secara etimologi, istilah surealis bertolak dari kata �surreal� yang berarti ketidakbiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surealisme pada awalnya merupakan gerakan di wilayah sastra, suatu istilah yang digunakan oleh Apollinaire untuk dramanya di tahun 1917.

Pernyataan ini diperkuat dengan teori menurut Baldick (2001), surealisme berusaha mendobrak batas antara rasionalitas dan irasionalitas, mengeksplorasi sumber daya dan energi revolusioner dari mimpi, halusinasi, dan hasrat seksual. Dalam penelitian, peneliti memilih soneta karya Pablo Neruda sebagai subjek penelitian. Hal ini terkait dengan bahasa puitis yang digunakan oleh Pablo Neruda dalam bukunya �100 Soneta Cinta� mengandung banyak unsur surealisme sebagai caranya menafsirkan rasa cinta pada Matilde, istrinya. Salah satu larik yang tercantum pada Soneta ke-25 yang tertuliskan �Segalanya memang hanya kekosongan, mati, bisu, yang hilang yang terbuang, yang lapuk yang busuk, hantu asing tanpa bayang-bayang, segalanya begitu�.

Representasi adalah penggunaan bahasa untuk menyampaikan sesuatu yang berarti kepada orang lain. Danesi (dalam Wibowo, 2011: 122) mendefinisikannya representasi merupakan proses merekam ide, pengetahuan atau pesan dalam beberapa cara fisik. Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi.

Penelitian ini memberikan kebaruan berupa pengetahuan baru mengenai unsur Surealisme yang ditemukan dalam 15 karya terpilih dari 100 Soneta Cinta, yang dibandingkan dengan karya-karya Surealisme lainnya. Penelitian ini berangkat dari karya yang telah selesai diciptakan, di mana penerapan Surealisme menjadi fokus utama. Dengan menggunakan data empiris yang dikumpulkan dari karya yang sudah jadi, penelitian ini memberikan wawasan yang lebih terukur dan relevan mengenai perkembangan Surealisme di Indonesia. Penelitian Empiris menurut (Sugiyono, 2013 : 3) adalah artinya cara-cara yang digunakan dapat di amati, dengan menggunakan data empiris yang mempunyai kriteria tertentu: valid, reliabel, dan objektif (Sugiyono, 2014)

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari peneliti ini antara lain: Penelitian Pertama dilakukan oleh Nur Farida, Eggy Fajar Andalas (2019) dengan judul �Representasi Kesenjangan Soisal-Ekonomi Masyarakat Pesisir Dengan Perkotaan Dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramodya Aanta Toer�. Penelitian kedua dilakukan oleh Nur Dwimas Setiawan dan Sri Wahyuningsih (2021) dengan judul �Representasi Surealisme Pada Video Klip Lagu Man Upon The Hill Karya Stars And Rabbit�. Penelitian ketiga dilakukan oleh Rr. Mega Iranti Kusumawardhani dan Muhammad Cahya Mulya Daulay (2021) dengan judul �Studi Literatur Surealisme Di Indonesia�.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah� untuk mendeskrpsikan representasi makna surealisme dalam buku 100 Soneta Cinta, sehingga terungkap apa tujuan dari penyampaian puisi tersebut yang sarat akan makna. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau pertimbangan untuk mengetahui representasi surealisme dalam karya sastra, khususnya dalam buku 100 Soneta Cinta. Analisis yang dilakukan terhadap unsur surealisme di dalam 15 karya terpilih 100 Sonea Cinta menggunakan tiga prinsip utama yang diutarakan oleh (Eriyanto, 2011) dalam menyusun kategori analisi, yaitu: mutually exclusive, exhaustive, dan reliable.

 

 

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode yang bertujuan untuk untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya yang di lapangan studi. (Arikunto, 2010 : 5) menyatakan bahwa, penelitian kualitatif membutuhkan kekuatan analisis yang lebih mendalam, terperinci namun meluas dan holistik, maka kekuatan akal adalah satu-satunya sumber kemampuan analisis dalam seluruh proses penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis teks dan refleksi kritis. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah diri sendiri yang berperan aktif dalam memahami, menafsirkan, dan menandai elemen-elemen penting dalam data yang berkaitan dengan tema penelitian. Dalam proses analisis, digunakan pedoman berupa tahapan membaca secara mendalam, menandai unsur-unsur surealisme, dan mencatat pola-pola simbolik yang relevan dalam teks. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 15 karya terpilih dalam Soneta 100 Cinta karya Pablo Neruda. (Yulianty & Jufri, 2020) dalam penelitian kualitatif analisis data harus dilakukan dengan teliti agar data-data yang sudah diperoleh mampu dinarasikan dengan baik, sehingga menjadi hasil penelitian yang layak.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu meliputi (1) memahami makna secara umum dari "100 Soneta Cinta" karya Pablo Neruda melalui pembacaan mendalam dan reflektif; (2) menandai elemen-elemen data yang menggambarkan surealisme seperti, gambaran yang mencerminkan alam bawah sadar. Validitas data menggunakan pola dari Miles dan Huberman (Moloeng, 2001 : 34) yaitu, setelah data yang berupa paparan penerapan representasi surealisme 15 karya Soneta 100 Cinta, selanjutnya dianalisis melalui tiga tahap, yaitu, (1) klasifikasi data, (2) deskripsi data, dan (3) interprestasi data.�

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Surealisme secara etimologis berasal dari bahasa Prancis, yaitu �di atas.� Istilah ini kemudian didefinisikan oleh Andr� Breton pada tahun 1924 sebagai �otomatism psikis murni,� yang merujuk pada proses penciptaan karya tanpa kendali kesadaran atau akal, langsung dari alam bawah sadar (Breton, 1924). Dalam perkembangannya, surealisme menjadi gerakan seni yang mengedepankan eksplorasi alam bawah sadar serta memperlihatkan pandangan unik terhadap realitas dan imajinasi manusia.

Soneta, layaknya sebuah cermin, memantulkan berbagai aspek kehidupan manusia. Melalui eksplorasi tema-tema abadi seperti cinta, keindahan, dan kematian, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang eksistensi diri. Sentuhan unsur surealis yang khas semakin memperkaya pengalaman membaca, memungkinkan pembaca untuk menemukan makna tersembunyi dan melakukan perjalanan intropeksi yang mendalam.

'100 Soneta Cinta' merupakan kumpulan puisi karya Pablo Neruda, seorang penyair, diplomat, dan politisi asal Chili yang dikenal sebagai salah satu penyair terbesar dalam bahasa Spanyol. Terkenal dengan puisi-puisinya yang romantis namun sederhana, menggambaran personifikasi dan Imajinasi yang berani dengan memanfaatkan alam sebagai simbol untuk melukiskan cinta, hasrat, atau perjuangan.

Pribadi seorang Pablo Neruda yang utuh disimbolkan, dengan satu nilai dasar yaitu Cinta, komitmen dan konsistensi mencintai sang istri yang sudah tiada. Dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, Pablo Neruda meneguhkan kembali nilai-nilai positif seperti cinta kasih, kepedulian, dan toleransi. Hal ini sejalan dengan pandangan Fathurrahman (2017:205) yang menyoroti pentingnya mengganti nilai-nilai negatif dengan nilai-nilai yang lebih konstruktif. Ada beberapa macam corak unsur surealisme yang dibahas dalam 100 Soneta Cinta karya Pablo Neruda yang dituangkan pada tabel berikut:

 

Tabel 1. Sumber hasil olahan data penelitian

 

 

 

SUREALISME

 

No.

Judul Puisi

Simbolis

Automatic Writing

Penggabungan Realitas dan Fantasi

1

Soneta VI

1.       Aku mematahkan dahan kegelapan

2.       Bangkit dari hutan mimpi itu, tangkai bunga merah

seolah tiba-tiba akar yang telah lama aku tinggalkan berseru padaku,  

�aromanya terbang melayang memanjat ke balik alam pikiran sadarku 

1.         Tersesat di hutan

2.         �tangkai bunga merah bersenandung

teriakan yang teredam oleh musim gugur megah

2

Soneta VII

1.    tidak ada serangkaian kembang atau tembang untukku

2.    keliaran perangkap sulur-sulur anggur

anyir darah dan bunga anyelir 

�-

bulan berdarah di mulutku dan tiada siapa yang melihat

3

�Soneta XI

sepasang lenganmu yang berwarna musim panen liar

1.       aku kelaparan akan tawamu yang halus dan renyah

2.       Diam dan kelaparan, aku berkeliaran di jalan-jalan.

hidung mu yang duduk anggun di wajahmu yang angkuh

 

1.       Aku ingin melumat pendaran sinar matahari di tubuhmu, 

aku mencari jejakmu yang mencair

4

Soneta XVII 

1.       Aku tak mencintaimu sebab kau mawar, cempaka, atau semak anyelir yang luput dilalap kelopak

2.       aku mencintaimu seperti tanaman tidak berbunga

 

Aku mencintaimu sebagai cinta yang tersembunyi, dalam rahasia, berdiam di antara kelam dan cahaya. 

�dan disebabkan buah cintamu, menyerbak aroma, dari jiwa bumi, tumbuh, menyerbak di tubuh ini. 

5

�Soneta XXXVI

bawang putih, dan tanah yang terbuka bagi tanganmu,  

 

1.       bahan-bahan biru yang berpendar di telapak tangamu� 

kau menggerakkan: tulisan tanganku, 

1.       � perpindahan dari alam mimpi ke lembar-lembar selada, seokor ular yang melingkar, di ladang, di parit-paritnya.

2.       kau dan sabitmu menyebarkan wewangian ke udara

menemukan suku kata yang raib demi mencari mulutmu

6

�Soneta XXXIX

1.       Tapi aku lupa tanganmu yang memberi makan akar-akar,;

2.       hingga sidik jarimu menjelma jadi kelopak-kelopak mekar� 

yang menyiram rimbun belukar bermacam-macam mawar

dengan begitu aku bagaikan sebongkah batu yang dahaga yang serta-merta bernyanyi saat kau mendekat� 

Bagaikan binatang piaraan, cangkul dan percikan jiwamu berjalan bersamamu, menggigit dan menjilat tubuh bumi.

7

Soneta  XLIII

persegi empat, indah, elok, kemenakan buah-buah ceri

 

Di antara segaka yang lain, aku memburu satu isyaratmu

di antara para perempuan yang bergegas bagai alir sungai 

8

�Soneta LVI

1.       Aku menatapmu, terbaring di bumi.;

� di atas mataku bagai dedaun surga

Iri hati menderita, mati, lagu-laguku memadamkannya satu per satu nahkoda-nahkodanya yang sedih sekarat. 

 Kulihat matahari mengecupkan buahnya di wajahmu

9

�Soneta LXIII

melintai gurun di mana batu bergaram mawar satu-satunya  



1.       sulur-sulur liana yang ciuman mematikannya terikat di hutan

nyanyian basah burung yang berusaha lepas dari kedinginan

gugusan gunung-gunung tinggipun merasakan langkahku

10

�Soneta LXVIII

1.       wajahnya mencerminkan kesedihan akar-akar 

ketika kelopak-kelopak hari layu

-

1.         Gadis kayu itu tidak tiba di sini berjalan kaki 

lewat sepasang matanya yang hancur

11

Soneta LXXIV 

lewat di tengah-tengah buah musim gugur 

1.       berkilauan bagaikan melintasi pusat bulan

kabut pulau-pulau berjuang melawan daratan 

lautan menghamparkan cahaya diatas Chili

12

Soneta LXXIX 

 

nyala bara api tidur yang hitam yang memotong benang anggur bumi itu

 

tepat waktu seperti kereta api yang terburu-buru tak henti  menghela bayangan dan bebatuan beku 

hingga mimpi kita menjawab seluruh pertanyaan yang berkilauan di langit seperti bintang-bintang

13

Soneta LXXXI 

-

�Sepasang matamu terpejam bagai dua sayap abu-abu

Malam menggelindingkan rodanya yang tak terlihat itu 

14

�Soneta LXXXV

di wajahmu mengalir limpahan anggur malam 

wanita gila melambaikan selamat tinggal pada sungai 

aku membungkuk diatas api tubuh malammu 

15

�Soneta XCIX

�diantara pohon-pohon melon, kau pergi dan kembali

-

1.       biola-biola akan meluapkan aroma bulan

kuda-kuda yang lepas di musim gugur � bicara dengan suaramu

 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam '100 soneta cinta' karya Pablo Neruda mengabstraksikan pengalaman cinta, komitmen dan konsisten dalam mencintai sang istri Matilde yang telah tiada, dengan ditemukannya corak surealisme yaitu simbolis, automatic writing dan penggabungan realitas dan fantasi (Baldick, 2001).

Representasi surealisme dalam kehidupan sehari-hari, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Simbolisme

100 Soneta Cinta dengan karya puisi yang beragam. Dalam bahasa Indonesia, simbolis sama hal nya dengan lambang. Bentuk simbol ini ditandai dengan tanaman, buah-buahan, dan hewan, hal tersebut tidak hanya berupa kata-kata melainkan memiliki makna tersendiri dan membawa pesan. Simbolis ini lahir, dikarenakan Pablo Neruda ingin menuangkan rasa kerinduan terhadap sang istri, Matilde tercinta yang sudah tiada. Simbolis berfungsi sebagai tanda yang menciptakan makna mendalam (Baldick 2001) . Dalam 15 karya yang terpilih dari 100 Soneta Cinta, simbolis tergambar seperti dalam kutipan berikut.

1. [�] aku mematahkan dahan kegelapan [�]

Bangkit dari hutan mimpi itu, tangkai bunga merah

seolah tiba-tiba akar yang telah lama aku tinggalkan

(Soneta VI)

Dalam simbolis yang diungkapkan �dahan kegelapan� memiliki makna menggambarkan kesedihan penulis atau bisa diartikan dengan patah hati. �tangkai bunga merah� memiliki makna bahwasannya kebangkitan perasaan cinta yang semula tersembunyi dalam ketidakpastian atau impian. �akar yang telah lama� memiliki makna elambangkan panggilan dari masa lalu, baik itu kenangan, perasaan, atau hubungan yang dulu penting. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memberikan ajaran moral bahwasannya proses melawan kesulitan dan perasaan negatif sering menimbulkan rindu atau penyesalan, membawa seseorang dari kebingungan menuju penemuan cinta yang kuat dan penuh gairah.

2.    tidak ada serangkaian kembang atau tembang untukku

[�] keliaran perangkap sulur-sulur anggur

anyir darah dan bunga anyelir [�]

(Soneta VII)

Dalam simbolis yang diungkapkan �serangkaian kembang atau tembang untukku� memiliki makna menggambarkan perasaan bahwa tidak ada penghormatan atau perayaan untuk dirinya. �sulur-sulur anggur� memiliki makna perasaan atau situasi yang terperangkap namun penuh gairah. �bunga anyelir� memiliki makna melambangkan kecantikan, cinta, dan kesetiaan. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memberikan ajaran simbol merasakan diri diabaikan walaupun emosi mereka mendalam. Mereka berbicara tentang cinta yang intens tapi membuatnya terperangkap. Cinta ini penuh kontradiksi, menggabungkan keindahan dengan rasa sakit, sehingga melibatkan pengorbanan atau penderitaan.

3. sepasang lenganmu yang berwarna musim panen liar

(Soneta XI)

Dalam simbolis yang diungkapkan �bewarna musim panen liar� memiliki makna kedalaman dan keindahan yang datang dengan kekuatan alam. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memeberikan ajaran simbol memancarkan daya tarik dan kekuatan yang alami, bebas, dan penuh gairah, seolah datang dari keharmonisan dengan alam.

4. Aku tak mencintaimu sebab kau mawar, cempaka, atau semak anyelir yang luput dilalap kelopak

[�] aku mencintaimu seperti tanaman tidak berbunga

(Soneta XVII)

Dalam simbolis yang diungkapkan �mawar, cempaka, atau semak senyelir� memiliki makna bahwa cinta penyair tidak didasarkan pada penampilan atau keindahan fisik semata. �tanaman tidak berbunga� memiliki makna cinta yang tulus dan mendalam, tetapi tidak terlihat atau tidak diungkapkan secara terang-terangan. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memeberikan ajaran simbol bahwa cintanya lebih dari sekadar penampilan fisik. Mencintai sesuatu yang lebih dalam dan unik, bukan karena kesempurnaan. Cintanya tulus dan tidak mengharapkan imbalan, hanya karena keberadaan dan ketulusan.

5. bawang putih, dan tanah yang terbuka bagi tanganmu [�]

(Soneta XXXVI)

Dalam simbolis yang diungkakan �bawang putih, dan tanah yang terbuka� memiliki makna melambangkan kehidupan sehari-hari, kejujuran, atau sesuatu yang bersifat alami, dan mengindikasikan keterbukaan dan kesiapan untuk menerima, seiring dengan kehadiran tangan yang siap merawat atau mengolahnya. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memeberikan ajaran simbol cinta yang mendalam, penuh perhatian, dan siap tumbuh dalam kesederhanaan, dengan keterbukaan untuk saling memberi dan menerima.

6. [�] aku lupa tanganmu yang memberi makan akar-akar,

hingga sidik jarimu menjelma jadi kelopak-kelopak mekar[�]

yang menyiram rimbun belukar bermacam-macam mawar

(Soneta XXXIX)

Dalam simbolis yang diungkapkan �makan akar-akar� memiliki makna aspek dasar kehidupan atau perasaan yang diberi nutrisi oleh cinta dan perhatian tersebu. �kelopak-kelopak mekar� memiliki makna melambangkan transformasi cinta yang begitu mendalam sehingga tubuh dan sentuhan kekasihnya menjadi bagian dari keindahan alami. �rimbun belukar bermacam-macam mawar� memiliki makna tindakan memberi atau merawat cinta dengan penuh perhatian, yang menghasilkan keindahan dan keragaman perasaan, seperti mawar yang beraneka warna. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memeberikan ajaran simbol penyesalan karena tidak menghargai orang lain dalam hidup kita. Hubungan tersebut bisa menjadi indah, dan cinta yang dalam memerlukan usaha dan perhatian, seperti merawat tanaman.

7. [�]persegi empat, indah, elok, kemenakan buah-buah ceri�

(Soneta XLIII)

Dalam simbolis yang diungkapkan �kemenakan buah-buah ceri� memiliki makna apresiasi Neruda terhadap hal-hal kecil dan sederhana dalam hidup dapat menyimpan pesona yang luar biasa. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memberikan ajaran simbol cinta atau kenangan indah yang muncul dalam bentuk yang tak terduga namun tetap memikat hati dengan keindahan yang sederhana namun mendalam.

8. Aku menatapmu, terbaring di bumi

[�] di atas mataku bagai dedaun surga

(Soneta LVI)

Dalam simbolis yang diungkapkan �terbaring di bumi� memiliki makna menunjukkan keintiman dan kerendahan hati, seolah menunjukkan bahwa cinta itu sejati dan bersifat membumi. �dedaun surga� memiliki makna mengungkapkan keindah sosok yang dicintai sebagai sesuatu yang bukan hanya indah, tetapi juga hampir seperti surga. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memeberikan ajaran simbol bagaimana kekasih bagi sang penyair adalah sosok yang sangat berharga, seseorang yang hadir dalam dunia nyata namun juga memiliki pesona yang hampir seperti surga.�

9. [�] melintai gurun di mana batu bergeram mawar satu-satunya

(Soneta LXIII)

Dalam simbolis yang diungkapkan �batu bergeram mawar satu-satunya� memiliki makna bahwa meskipun hidup penuh cobaan, ada keindahan dan harapan yang tetap bisa ditemukan dan diperjuangkan.

10. wajahnya mencerminkan kesedihan akar-akar

ketika kelopak-kelopak hari layu [�]

(Soneta LXVIII)

Dalam simbolis yang diungkapkan �kesedihan akar-akar� memiliki makna seseorang yang membawa kesedihan mendalam yang tertanam kuat. �kelopak-kelopak hari layu� memiliki makna kesedihan dan kerinduan yang akan berlalu dan kesadaran bahwa setiap keindahan memiliki akhir, karena ketidakabadian waktu. Simbolis tersebut jika dikaitkan dengan keseluruhan memeberikan ajaran simbol tentang keindahan yang perlahan memudar dan beban kesedihan yang tertanam di jiwa seseorang.

11. [�] di tengah buah musim gugur

(Soneta LXXIV)

Dalam simbolis yang diungkapkan �buah musim gugur� memiliki makna sebuah perjalanan atau masa yang berada di puncak atau akhir dari siklus kehidupan dan ia kini berada di titik untuk memetik hasil atau memahami apa yang telah dicapainya sepanjang waktu.

12. [�] nyala bara api tidur yang hitam yang memotong benang anggur [�]

(Soneta LXXIX)

Dalam simbolis yang diungkapkan �memotong benang anggur� memiliki makna konflik, kehilangan, atau peristiwa yang menghancurkan hal-hal berharga, keindahan, kedamaian, cinta dan kehidupan.

13. Tidak ada simbolis yang merujuk kepada tanaman, buah-buahan, dan hewan.

(Soneta LXXIX)

Tidak adanya penggunaan simbolis dikarnakan maksud dari puisi sudah tersampaikan secara langsung.

14. di wajahmu mengalir limpahan anggur malam

(Soneta LXXXV)

Dalam simbolis yang diungkapkan �limpahan anggur malam� memiliki makna menyiratkan emosi yang mengalir dari seseorang yang dicintai tercermin di wajahnya, melambangkan limpahan perasaan yang dalam.

15. diantara pohon-pohon melon, kau pergi dan kembali

(Soneta XCIX)

Dalam simbolis yang diungkapkan �pohon-pohoon melon� memiliki makna masa-masa kebahagiaan atau kehidupan yang penuh dengan harapan dan keberlimpahan juga menyiratkan perjalanan emosional yang penuh dengan ketidaktetapan�kehadiran dan kepergian yang terus-menerus.

Automatic Writing

Atutomatic writing merupakan sebuah metode komposisi yang mencoba untuk membuang kontrol sadar atau sensor mental, dengan segera menyalin bisikan pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar Pablo Neruda sering tulis dalam bentuk rasa sedih, duka dan pilu atas kematian istrinya, Matilde. Automatic writing berfungsi memberikan kebebasan kreativitas, yang melampaui batasan logika dan rasionalitas dengan ketidaksadaran (Baldick, 2001). Dalam 15 karya yang terpilih dari 100 Soneta Cinta, automatic writing tergambar seperti dalam penggalan berikut.

1. [�] aromanya terbang melayang memanjat ke balik alam pikiran sadarku

(Soneta VI)

Kalimat "Aromanya terbang melayang memanjat ke balik alam pikiran sadarku" menggambarkan perasaan atau kenangan yang kuat, diibaratkan sebagai aroma yang halus namun memengaruhi pikiran penyair. "Terbang melayang" menunjukkan perasaan yang bebas, tidak terikat, sementara "memanjat ke balik alam pikiran sadarku" menggambarkan bagaimana perasaan itu perlahan-lahan masuk dan menguasai kesadarannya, mempengaruhi pikirannya dengan cara yang halus tapi mendalam. Ini adalah metafora untuk bagaimana cinta atau kenangan menguasai pikiran tanpa bisa dikendalikan.

2. Tidak ada automatic writing dalam sonata ini.

(Soneta VII)

Pada puisi ini Pablo Neruda lebih menekankan pada penciptaan imaji dan metafora untuk menggambarkan dunia bawah sadar dan ketidaklogisan dengan menggali simbol-simbol, ironi, dan imajinasi dalam bentuk terstruktur, dan tetap mempertahankan bentuk tertentu dalam mengolah dan menyusun kata-kata dengan penuh perasaan dan pemikiran mendalam.

3. Aku kelaparan akan tawamu yang halus dan renyah

Diam dan kelaparan, aku berkeliaran di jalan-jalan.

hidung mu yang duduk anggun di wajahmu yang angkuh

(Soneta XI)

Kalimat "Kelaparan akan tawamu yang halus dan renyah" menunjukkan kebutuhan akan tawa yang murni dan menyenangkan, sementara "diam dan kelaparan aku berkeliaran di jalan-jalan" mencerminkan perasaan kesepian dan kebingungan. Kalimat terakhir, "hidungmu yang duduk anggun di wajahmu yang angkuh," menggambarkan kekaguman terhadap kecantikan fisik seseorang yang juga terlihat memiliki sikap angkuh atau sulit dijangkau. Secara keseluruhan, puisi ini berbicara tentang kerinduan yang dalam, tetapi juga kesulitan dalam mencapai atau meraih kebahagiaan tersebut.

4. Aku mencintaimu sebagai cinta yang tersembunyi,

dalam rahasia, berdiam di antara kelam dan cahaya.

(Soneta XVII)

Kalimat "Aku mencintaimu sebagai cinta yang tersembunyi dalam rahasia terdiam di antara kelam dan cahaya" menyiratkan kedalaman cinta yang bersifat misterius, intens, dan mungkin sedikit tak terucapkan. Di sini, Neruda menggambarkan cinta yang tidak terungkap secara terang-terangan, tetapi tersembunyi dan terlindungi dalam rahasia. Cinta ini bukan sesuatu yang terang benderang atau sederhana; ia berada "di antara kelam dan cahaya," seolah menggambarkan sesuatu yang berada di ambang batas antara terang dan gelap, antara keberadaan dan ketidakhadiran, antara perasaan yang disadari dan yang tak terkatakan.

5. bahan-bahan biru yang berpendar di telapak tangamu

Kau menggerakkan: tulisan tanganku [�]

(Soneta XXXVI)

Kalimat "bahan-bahan biru yang berpendar di telapak tanganmu" melambangkan perasaan atau kenangan indah yang bersinar dari tangan orang yang terkasih. Warna biru bisa merujuk pada kedamaian dan keabadian cinta. Sementara "kau menggerakkan tulisan tanganku" menunjukkan bagaimana sentuhan atau kehadiran orang tersebut memberi inspirasi langsung pada penyair untuk mencipta, menggerakkan proses penulisan. Secara keseluruhan, puisi ini menunjukkan bagaimana cinta bisa mengarahkan dan mengilhami ekspresi kreatif seseorang.

6. dengan begitu aku bagaikan sebongkah batu yang dahaga

yang serta-merta bernyanyi saat kau mendekat [�]

(Soneta XXXIX)

Kalimat "Dengan begitu bagaikan sebongkah batu yang dahaga yang serta merta bernyanyi saat kau mendekat" menggambarkan keajaiban cinta yang mengubah sesuatu yang tampak tidak bernyawa menjadi hidup dan penuh makna. Kalimat ini menggambarkan kekuatan cinta yang mendalam, yang bisa mengubah bahkan hati yang keras dan kosong menjadi sesuatu yang hidup, bergetar, dan siap menyambut keindahan cinta.

7. Di antara segala yang lain, aku memburu satu isyaratmu

(Soneta XLIII)

Kalimat "Di antara segala yang lain, aku memburu satu isyaratmu" menggambarkan intensitas cinta yang begitu dalam, di mana penyair sangat fokus pada satu hal yang paling penting dalam hidupnya, yaitu perhatian atau tanda dari orang yang dicintainya. Cinta ini begitu kuat sehingga segala hal lain di dunia menjadi kurang berarti dibandingkan dengan satu "isyarat" yang diberikan oleh orang yang dicintainya. Ini adalah gambaran dari bagaimana cinta bisa begitu menguasai pikiran dan perasaan seseorang, di mana segala sesuatu yang lain terasa sekunder atau tidak penting.

8. Iri hati menderita, mati, lagu-laguku memadamkannya

satu per satu nahkoda-nahkodanya yang sedih sekarat.

(Soneta LVI)

Kalimat 'iri hati menderita, mati, lagu laguku memadamkannya satu per satu nahkoda-nahkodanya yang sedih sekarat'. Ini menggambarkan perjuangan emosional seseorang yang merasa iri dan menderita karena perasaan tersebut. Meskipun lagu-lagunya membantu meredakan rasa sakit yang dirasakannya, dia tetap merasakan kesedihan yang mendalam. "Nahkoda" dalam hidupnya, yang bisa diartikan sebagai dirinya sendiri atau pemimpin dalam hidupnya, berada dalam keadaan sangat sedih dan hampir putus asa. Ini mencerminkan betapa sulitnya keadaan mental dan emosional yang sedang dialaminya.

9. sulur-sulur liana yang ciuman mematikannya terikat di hutan

nyanyian basah burung yang berusaha lepas dari kedinginan

(Soneta LXIII)

Kedua kalimat menggambarkan kompleksitas hubungan manusia dan perjuangan hidup. Kalimat pertama, tentang liana, mencerminkan cinta yang kuat namun berisiko, di mana hubungan bisa mengikat dan merusak. Kalimat kedua, tentang burung basah, menunjukkan kerentanan dan harapan dalam kesulitan, menggambarkan usaha untuk menemukan kehangatan meski dalam keadaan sulit. Keduanya menyoroti tantangan emosional dalam cinta dan kehidupan.

10. Tidak ada automatic writing dalam sonata ini.

(Soneta LXVIII)

Pada puisi ini Pablo Neruda lebih menekankan pada penciptaan imaji dan metafora untuk menggambarkan dunia bawah sadar dan ketidaklogisan dengan menggali simbol-simbol, ironi, dan imajinasi dalam bentuk terstruktur, dan tetap mempertahankan bentuk tertentu dalam mengolah dan menyusun kata-kata dengan penuh perasaan dan pemikiran mendalam.

11. berkilauan bagaikan melintasi pusat bulan

kabut pulau-pulau berjuang melawan daratan

(Soneta LXXVI)

Kalimat "berkilauan bagaikan melintasi pusat bulan" menggambarkan keindahan yang luar biasa, melambangkan keajaiban dan pengalaman yang mempesona, seperti saat melewati bagian tengah bulan. Sementara itu, "kabut pulau-pulau berjuang melawan daratan" menciptakan gambaran perjuangan antara pulau-pulau kecil yang terisolasi dan kekuatan dominan daratan, menunjukkan ketegangan dan konflik dalam hubungan antara keduanya. Ini menyoroti kesulitan bagi yang kecil untuk bertahan di tengah kekuatan yang lebih besar.

12. tepat waktu seperti kereta api yang terburu-buru

tak henti� menghela bayangan dan bebatuan beku

(Sonet LXXIX)

Kalimat 'tepat waktu seperti kereta api yang terburu buru takhenti menghela bayangan dan bebatuan beku' dapat di artikan� sebagai Ketepatan waktu itu yang bergerak cepat dan terburu-buru. Tetapi juga menciptakan bayangan saat bergerak. Di sepanjang perjalanan, ia melewati bebatuan yang tidak berubah, menggambarkan betapa hidup kita terus maju meskipun ada tantangan dan hal-hal yang tetap di sekitar kita. Ini mengingatkan kita untuk tetap fokus dan bergerak maju meskipun ada rintangan.

13. Sepasang matamu terpejam bagai dua sayap abu-abu

(LXXXI)

Kalimat 'sepasang matamu terpejam bagai dua sayap abu-abu' Keadaan ini menciptakan kesan tenang dan damai, seolah-olah sedang berada dalam mimpi yang indah. Sayap abu-abu itu menggambarkan kelembutan dan keanggunan, memberikan perasaan saat tertidur, dunia di sekitar menjadi hening dan penuh ketenangan.

14. wanita gila melambaikan selamat tinggal pada sungai

(LXXXV)

Kalimat 'wanita gila melambaikan selamat tinggal pada sungai' menggambarkan seorang wanita yang mungkin merasa berbeda dari orang lain, yang mengucapkan selamat tinggal kepada sungai, ini bisa diartikan sebagai perpisahan dengan masa lalu, kenangan, atau bagian dari hidupnya yang telah berlalu. Ada nuansa kesedihan dan kebebasan dalam tindakan ini, di mana wanita tersebut tampaknya melepaskan sesuatu yang penting baginya meskipun dia dianggap "gila" oleh orang lain.

15. Tidak ada automatic writing dalam soneta ini.

(Soneta XCIX)

Pada puisi ini Pablo Neruda lebih menekankan pada penciptaan imaji dan metafora untuk menggambarkan dunia bawah sadar dan ketidaklogisan dengan menggali simbol-simbol, ironi, dan imajinasi dalam bentuk terstruktur, dan tetap mempertahankan bentuk tertentu dalam mengolah dan menyusun kata-kata dengan penuh perasaan dan pemikiran mendalam.

Penggabungan antara Realitas dan Fantasi

Penggabungan antaara dua hal ini berdampak besar pada visual imaji yang digambarkan Pablo Neruda dalam cara ia mendeskripsikan puisinya. Dengan ini ia mampu menciptakan dunia yang seolah-olah nyata namun juga mengandung elemen-elemen fantasi yang tidak mungkin terjadi dalam kenyataan. Penggabungan ini dapat menciptakan pengalaman yang mendalam, di mana batas antara apa yang batas antara dunia nyata dan dunia imajinasi (Baldick, 2001). Dalam 15 karya yang terpilih dari 100 Soneta Cinta, Penggabungan antara Realitas dan Fantasi tergambar seperti dalam kutipan berikut.

1. Tersesat di hutan

[�] tangkai bunga merah bersenandung

Teriakan yang teredam oleh musim gugur megah

(Soneta VI)

Kalimat �Tersesat di hutan� menggambarkan keadaan bingung atau hilang, baik secara fisik maupun emosional. Sementara itu, "Tangkai bunga merah bersenandung" menunjukkan keindahan yang hampir hidup atau magis. "Terikan yang teredam oleh musim gugur megah" menggambarkan tentang transisi waktu dan perasaan yang hilang atau tertutup oleh kedamaian dan kemegahan musim gugur. Gabungan ini menciptakan suasana yang melampaui realitas, menciptakan kedalaman emosi dan visual yang kaya.

2. Bulan berdarah di mulutku dan tiada siapa yang melihat

(Soneta VII)

Kalimat �Bulan berdarah di mulutku dan tiada siapa yang melihat� menggambarkan penderitaan emosional yang mendalam, di mana bulan yang biasanya menjadi simbol keindahan justru tampak berdarah, menunjukkan rasa sakit dan kehilangan. �Tiada siapa yang melihat� menyoroti kesendirian dan keterasingan, di mana penderitaan tersebut tidak dipahami atau diperhatikan oleh orang lain. Neruda menciptakan kontras antara perasaan batin yang intens dengan ketidakpedulian dunia luar.

3. Aku ingin melumat pendaran sinar matahari di tubuhmu,

aku mencari jejakmu yang mencair

(Soneta XI)

Kalimat �Aku ingin melumat pendaran sinar matahari di tubuhmu,� menunjukkan keinginan untuk meresapi keindahan dan kehangatan yang datang dari orang yang terkasih, dengan sinar matahari sebagai simbol energi dan kehidupan. Sedangkan "Aku mencari jejakmu yang mencair" menggambarkan jejak yang menghilang atau berubah, cinta yang sulit digenggam dan terus mengalir. Neruda menggabungkan keduanya untuk mengekspresikan cinta yang indah, misterius, dan melampaui kenyataan.

4. [�] dan disebabkan buah cintamu, menyerbak aroma, dari jiwa bumi, tumbuh, menyerbak di tubuh ini.

(Soneta XVII)

Kalimat �Buah cintamu� melambangkan hasil dari cinta yang memberi pengaruh besar, sementara �aroma dari jiwa bumi� menunjukkan bagaimana cinta menyatu dengan alam semesta. �Tumbuh, menyerbak di tubuh ini� menggambarkan bagaimana cinta meresap ke dalam tubuh penyair, memberi kehidupan dan energi baru. Secara keseluruhan, puisi ini menunjukkan bagaimana cinta dapat menghidupkan dan mengubah dunia.

5. perpindahan dari alam mimpi ke lembar-lembar selada,

seokor ular yang melingkar, di ladang, di parit-paritnya.

Kau dan sabitmu menyebarkan wewangian ke udara,

menemukan suku kata yang raib demi mencari mulutmu.

(Soneta XXXVI)

Kalimat �perpindahan dari alam mimpi ke lembar-lembar selada, seokor ular yang melingkar, di ladang, di parit-paritnya.� menggambarkan perjalanan dari imajinasi ke kenyataan, di mana �lembar-lembar selada� dan �seekor ular yang melingkar� menciptakan suasana misterius dan dinamis. Selain itu, �kau dan sabitmu menyebarkan wewangian ke udara� melambangkan hasil kerja keras yang membawa keindahan. Terakhir, usaha untuk �menemukan suku kata yang raib demi mencari mulutmu� mencerminkan keinginan untuk terhubung dan berkomunikasi dengan lebih baik. Secara keseluruhan, ini menggambarkan hubungan antara imajinasi, kerja keras, dan komunikasi yang bermakna.

6. Bagaikan binatang piaraan, cangkul dan percikan jiwamu

berjalan bersamamu, menggigit dan menjilat tubuh bumi.

(Soneta XXXIX)

Kalimat �Bagaikan binatang piaraan, cangkul dan percikan jiwamu berjalan bersamamu, menggigit dan menjilat tubuh bumi� menggambarkan hubungan erat antara seseorang dengan alat pertanian (cangkul) dan semangatnya. Cangkul dan semangat ini dianggap sebagai teman setia yang membantu dalam mengolah tanah. Secara keseluruhan, kalimat ini mencerminkan interaksi antara manusia, alat, dan alam dalam usaha menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

7. di antara para perempuan yang bergegas bagai alir Sungai

(Soneta XLIII)

Kalimat 'Diantara para perempuan yang bergegas bagai alir sungai' frasa ini mengungkapkan gambaran tentang perjuangan perempuan yang bergerak dengan tujuan dan tekad, penuh dengan semangat yang kuat, seperti aliran sungai yang tidak bisa dihentikan.

8. Kulihat matahari mengecup buahnya di wajahmu;

(Soneta LVI)

Kalimat 'Kulihat matahari mengecupkan buahnya di wajahmu' frasa ini menggambarkan tentang bagaimana energi atau kasih sayang (diibaratkan dengan matahari) menyentuh seseorang yang dicintai (wajahmu), memberikan kehangatan dan kebahagiaan yang menyegarkan.

9. gugusan gunung-gunung tinggipun merasakan langkahku

(Soneta LXIII)

Kalimat �Gugusan gunung-gunung tinggipun merasakan langkahku' menggambarkan seseorang yang memiliki kekuatan atau pengaruh besar, sehingga setiap langkah atau tindakannya bisa memengaruhi hal-hal yang tampaknya kokoh dan tak tergoyahkan, seperti gunung-gunung.

10. Gadis kayu itu tidak tiba di sini berjalan kaki;

lewat sepasang matanya yang hancur

(Soneta LXVIII)

Kalimat 'Gadis kayu itu tidak tiba di sini berjalan kaki' diartikan sosok yang kaku, terasing, atau tanpa kehidupan emosional hingga tidak mampu mencapai perjalanan menuju kedamaian. Sementara itu, 'Lewat sepasang matanya yang hancur' menggambarkan penderitaan yang mendalam, kehilangan, atau kekecewaan yang begitu besar sehingga mempengaruhi cara pandang dunia. Pada puisi ini menggambarkan sosok yang terjebak dalam penderitaan emosional, dimana mata yang hancur menciptakan gambaran tentang rasa sakit yang tidak terungkapkan dan keterasingan yang menghancurkan.

11. lautan menghamparkan cahaya diatas Chili

(Soneta LXXIV)

Kalimat 'Lautan menghamparkan cahaya di atas chili' gambaran tentang bagaimana pencerahan atau kedamaian (cahaya) datang untuk menyentuh atau memberikan harapan pada sesuatu yang penuh gairah atau intensitas (Chili).

12.� hingga mimpi kita menjawab seluruh pertanyaan yang berkilauan di langit seperti bintang-bintang[�]

(Soneta LXXIX)

Kalimat �hingga mimpi kita menjawab seluruh pertanyaan yang berkilauan di langit seperti bintang-bintang� menggambarkan harapan untuk menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan hidup. �Mimpi kita� mencerminkan cita-cita, sementara �pertanyaan yang berkilauan� melambangkan tantangan yang indah dan kompleks. Secara keseluruhan, kalimat ini menunjukkan perjalanan menuju pengetahuan dan pencerahan melalui impian dan harapan.

13. Malam menggelindingkan rodanya yang tak terlihat itu

(Soneta LXXXI)

Kalimat �malam menggelindingkan rodanya yang tak terlihat itu� artinya malam terus berlalu tanpa kita sadari. Roda yang tak terlihat melambangkan waktu yang bergerak secara diam-diam.

14. aku membungkuk diatas api tubuh malammu

(Soneta LXXXV)

Kalimat �aku membukuk di atas api tubuh malammu� menggambarkan kedekatan dan keintiman antara dua orang di malam hari. �Membukuk� berarti bersandar atau berbaring, sementara �api tubuh malammu� melambangkan kehangatan dan emosi yang mendalam. Secara keseluruhan, kalimat ini menciptakan suasana intim dan penuh perasaan.

15. biola-biola akan meluapkan aroma bulan

[�] kuda-kuda yang lepas di musim gugur

bicara dengan suaramu

(Soneta XCIX)

Kalimat-kalimat ini menggambarkan keindahan dan kebebasan dalam konteks musik dan alam. �Biola-biola akan meluapkan aroma bulan� menciptakan suasana magis yang menyampaikan keanggunan malam, sementara "kuda-kuda yang lepas di musim gugur - bicara dengan suarmu" melambangkan semangat dan perubahan, serta hubungan mendalam antara seseorang dengan alam. Secara keseluruhan, keduanya menciptakan citra momen indah di mana keindahan, kebebasan, dan hubungan saling berinteraksi.

Penelitian ini mengangkat representasi surealisme dalam 100 Soneta Cinta karya Pablo Neruda dengan menyoroti kebaruan dari unsur surealis yang ditampilkan dalam sonetanya. Berbeda dari penelitian terdahulu, penelitian ini memberikan perspektif baru dengan mengeksplorasi unsur surealisme diterapkan oleh Neruda, yang dikenal sebagai penyair dengan gaya dan imajinasi yang khas. Dalam karya-karyanya, Neruda menyuguhkan elemen surealis yang menciptakan realitas berbeda melalui bahasa puitis yang menyimbolkan makna mendalam, memperkaya interpretasi dan membuka dimensi baru dalam puisi modern.

Untuk memberikan landasan komparatif, penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu. Penelitian pertama oleh Nur Farida dan Eggy Fajar Andalas (2019) berjudul �Representasi Kesenjangan Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir dengan Perkotaan dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer� yang berfokus pada representasi kesenjangan sosial-ekonomi, tidak hanya pada unsur gaya dan struktur teks, namun juga pada refleksi sosial-ekonomi dalam novel.

Penelitian kedua oleh Nur Dwimas Setiawan dan Sri Wahyuningsih (2021) berjudul �Representasi Surealisme pada Video Klip Lagu Man Upon The Hill Karya Stars and Rabbit� mengkaji bagaimana elemen surealisme diterapkan dalam media visual musik. Berbeda dari karya sastra, penelitian ini mengidentifikasi unsur surealis dalam bentuk audio-visual, yang memperkaya pendekatan interdisipliner terhadap surealisme.

Penelitian ketiga, �Studi Literatur Surealisme di Indonesia� oleh Rr. Mega Iranti Kusumawardhani dan Muhammad Cahya Mulya Daulay (2021), meneliti perkembangan dan penerapan surealisme dalam konteks literatur Indonesia, berfokus pada bagaimana surealisme diadaptasi dan diterima dalam karya-karya lokal.

Dalam konteks ini, penelitian terhadap representasi surealisme Pablo Neruda menawarkan kontribusi baru yang lebih spesifik dalam kajian sastra, khususnya dalam mengeksplorasi bagaimana elemen-elemen surealis berfungsi dalam membentuk makna dalam puisi, memberikan interpretasi yang kaya terhadap unsur surealis yang belum banyak diteliti dalam karya-karya Neruda.

 

 

KESIMPULAN

Penelitian ini mengungkap bahwa unsur-unsur surealisme memainkan peran penting dalam penyampaian pesan cinta yang dituangkan Pablo Neruda dalam 100 Soneta Cinta. Analisis menunjukkan bahwa Neruda menggunakan: Simbolisme, untuk mengekspresikan emosi dan gagasan yang mendalam melalui lambang-lambang yang kaya makna. Automatic writing, sebagai teknik penulisan spontan yang mencerminkan pikiran bawah sadar, menciptakan nuansa keintiman dan kejujuran emosional. Penggabungan realitas dan fantasi, yang mengaburkan batas antara dunia nyata dan imajinasi untuk memperkaya pengalaman estetis pembaca. Ketiga elemen ini bekerja secara harmonis untuk membangun puisi yang tidak hanya menjadi ungkapan cinta, tetapi juga menciptakan dunia puitis yang intens dan mendalam. Dengan demikian, penelitian ini mempertegas pengaruh surealisme dalam memperkaya estetika dan makna dalam karya Neruda, khususnya dalam 100 Soneta Cinta, sekaligus memberikan pemahaman baru tentang kekuatan ekspresi surealis dalam sastra.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, E. (2022). Pablo Neruda�s Poems Xvii: One Hundred Love And Ode To Broken Things, As The Guidance Of Keeping Good Relationship And The Way Of Dealing With Hardships In The Analysis Of Figurative Language And Symbols Of Semiotics. Jurnal Langue, 16(1 Juni).

Inderasari, E. (2017). Experiential Learning Dalam Kemampuan Apresiasi Puisi Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Fitk Iain Surakarta. Kembara: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 3(1), 23�32.

Isnaini, H. (2022). Semiotik-Hermeneutik Pada Puisi �Perjalanan Ke Langit� Karya Kuntowijoyo. Aksentuasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(1), 20�30.

Nurullayevna, S. N., & Nuriddinovna, M. Z. (2023). The History Of Sonnet And Its Types. Scientific Aspects And Trends In The Field Of Scientific Research, 269.

 

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Baldick, C. (2001). The Concise Oxford Dictionary Of Literary Terms. New York: Oxford University Press.

Eriyanto. (2011). Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.

Prenadamediagroup.

Pengajarannya, 3(1), 23�32.

Kurniadewi, T. F., Fitriana, R., & Haryati, T. (2020). Analisis Unsur Surealisme Dalam Novel Umibe No Kafuka Karya Murakami Haruki. 2(1).

Moloeng, L. J. (2001). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Pt Remaja Rosdakarya.

Pablo Neruda. (2019). 100 Soneta Cinta (M. A. Mansyur, Ed.). Pt Gramedia Pustaka Utama.

Simonto, D. K. (1989). Shakespeare�s Sonnets: A Case Of And For Single�Case Historiometry. Journal Of Personality, 57(3), 695�721. Https://Doi.Org/10.1111/J.1467-6494.1989.Tb00568.X

Simonton, D. K. (1990). Lexical Choices And Aesthetic Success: A Computer Content Analysis Of 154 Shakespeare Sonnets. Computers And The Humanities, 24, 251�264.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta.

Waluyo, H. J. (1987). Teori Dan Apresiasi Puisi. Erlangga.

Wibowo, I. S. W. (2011). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis

Bagi� Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Mitra Wacana Media.

Yulianty, P. D., & Jufri, A. (2020). Perdebatan Empiris : Prinsip Metode Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Penelitian Sosial Ekonomi. Value: Jurnal Manajemen Dan Akuntansi, 15(2).