Iwan Setyabudi, Caecilia Wahyu Estining Rahayu
Universitas Sanata Dharma,
Indonesia
Email : [email protected]
kata kunci: motivasi, kepuasan kerja, kinerja guru, dan employee
engagement. keywords: Motivation,
Job Satisfaction, Teacher Performance, and Employee Engagement. |
|
ABSTRAK |
|
Tujuan penelitian
ini agar mengetahui 1) Dampak
secara langsung� motivasi
pada kinerja guru; 2) Dampak
secara langsung kepuasan kerja pada kinerja guru; 3) Dampak motivasi pada kinerja guru serta dimediasi employee
engagement; 4) Dampak kepuasan
kerja pada kinerja guru
dengan dimediasi employee engagement. Adapun
pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan metode sensus.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner pada semua guru tidak tetap
Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan Blitar - Tulungagung. Keseluruhan responden dalam penelitian ini berjumlah 114
orang. Selanjutnya data dianalisis dengan PLS menggunakan aplikasi smart PLS.
Hasil yang didapatkan: 1) Motivasi
secara langsung tidak berpengaruh pada kinerja guru;
2) Kepuasan kerja secara langsung berpengaruh pada kinerja guru;
3) Motivasi memiliki pengaruh pada kinerja guru
dengan dimediasi penuh
(full mediation) oleh employee engagement; 4) Kepuasan
kerja memiliki pengaruh pada kinerja guru
dengan dimediasi sebagian
(partial mediation) oleh employee engagement. Implikasi
dari hasil penelitian ini
adalah bahwa ke depannya pihak pemangku kebijakan lebih memperhatikan
dan memperbaiki hal-hal
yang bersifat meningkatkan
motivasi, kepuasan kerja, dan employee engagement para guru agar kinerjanya juga semakin meningkat, dalam hal ini berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan bagi guru tidak
tetap dan memberikan jaminan
status kepegawaian kepada
mereka. The purpose
of this study was to determine 1) The direct impact of motivation on teacher
performance; 2) The direct impact of job satisfaction on teacher performance;
3) The impact of motivation on teacher performance and mediated employee
engagement; 4) The impact of job satisfaction on teacher performance mediated
employee engagement. The approach used is a quantitative approach with the
census method. Data collection techniques using questionnaires on all
non-permanent teachers of Yohannes Gabriel Foundation Representative of Blitar - Tulungagung. The total
number of respondents in this study was 114 people. Furthermore, the data
were analyzed with PLS using the smart PLS application. The results obtained:
1) Motivation directly has no effect on teacher performance; 2) Job
satisfaction directly affects teacher performance; 3) Motivation has an
influence on teacher performance with full mediation by employee engagement;
4) Job satisfaction has an influence on teacher performance with partial
mediation by employee engagement. The implication of the results of this
study is that in the future, policy makers pay more attention and improve
things that increase motivation, job satisfaction, and employee engagement of
teachers so that their performance will also increase, in this case related
to improving welfare for non-permanent teachers and providing employment
status guarantees to them.� |
|
Ini
adalah artikel akses terbuka
di bawah lisensi CC BY-SA . This
is an open access article under the CC BY-SA
license. |
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Manajemen ialah sebuah aktivitas
dalam mengorganisasikan sebuah
lembaga sehingga mampu mendapatkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif serta efisien.
Manajemen yang professional diperuntukkan sebagai usaha
untuk mencapai tujuan organisasi. Artinya tujuan takkan tercapai tanpa adanya
manajemen yang professional tersebt.
Menurut Terry (2005) (Maspeke et al., 2017), manajemen didefinisikan sebagai sebuah proses atau kerangka kerja yang
mencakup pengarahan atau pembimbingan sekelompok orang menuju tujuan organisasi
atau tujuan yang jelas. Sementara itu, Schein (2008) (Maspeke et al., 2017) menggambarkan manajemen sebagai suatu profesi. Ia menjelaskan bahwa
manajemen sebagai profesi dituntut untuk beroperasi secara profesional, dengan
ciri khas bahwa para profesional memiliki keputusan yang berdasar pada
prinsip-prinsip umum.
Menurut Terry
(2010) (Maspeke et al., 2017), manajemen mencakup beberapa elemen penting, yaitu manusia, uang, metode,
mesin, pasar, bahan, dan informasi. Manusia berperan sebagai sumber daya tenaga
kerja; uang adalah dana yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan; metode adalah
cara atau sistem yang diterapkan dalam mendapatkan hasil; mesin merupakan
peralatan produksi; bahan mencakup material yang diperlukan dalam aktivitas;
pasar adalah tempat untuk memasarkan hasil produksi; dan informasi merupakan
aspek yang membantu dalam pencapaian tujuan.
Sumber daya manusia adalah aspek krusial pada suatu organisasi ataupun
lembaga. Sumber daya ini mencakup potensi yang dimiliki individu yang dapat
digunakan dalam mendapatkan keberhasilan, baik dalam tujuan pribadi maupun
dalam tujuan organisasi itu sendiri. Sumber daya manusia berfungsi sebagai
penggerak utama dalam menentukan bagaimana organisasi atau lembaga mencapai
tujuannya dan meraih kesuksesan. Karena itu, peran sumber daya manusia sangat
diperlukan sebagai elemen utama dan pengendali dalam keberhasilan suatu
organisasi atau lembaga.
Menurut (Priharwantiningsih, 2019), manajemen sumber daya manusia adalah penerapan atau implementasi dari
fungsi manajemen umum untuk pembentukkan kegiatan dalam mengelola sumber daya
manusia, disini mencakup karyawan. Di sekolah, karyawan mencakup tenaga
pendidik serta tenaga kependidikan. Pada pengelolaan sumber daya manusia
meliputi berbagai aktivitas yang berfokus pada aktivitas mengelola sumber daya
manusia melalui praktik, kebijakan, serta fungsi-fungsi manajerial dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Kozlowski 1987 dalam
(Javed et al., 2017), human resource management is believed to be strongly embedded in the
business strategies to effectively support the innovations. Manajemen sumber daya manusia diyakini tertanam kuat dalam strategi bisnis yang secara efektif mendukung inovasi.
(Opatha, 2021)
menjelaskan bahwa This study aimed to examine: 1) the direct effect of
motivation on teacher performance; 2) the direct effect of job satisfaction on
teacher performance; 3) the effect of motivation on teacher performance with
employee engagement as a mediator; and 4) the effect of job satisfaction on
teacher performance with employee engagement as a mediator. The research used a
quantitative approach with a census method, collecting data via questionnaires
from all non-permanent teachers at the Yohannes Gabriel Foundation, Blitar-Tulungagung Representative. There were 114
respondents in total. Data analysis was conducted using Partial Least Squares
(PLS) with the Smart PLS software. The findings revealed that: 1) motivation
does not have a direct effect on teacher performance; 2) job satisfaction
directly impacts teacher performance; 3) motivation affects teacher performance
through full mediation by employee engagement; and 4) job satisfaction affects
teacher performance through partial mediation by employee engagement. The study
suggests that policymakers should focus on enhancing factors that boost teacher
motivation, job satisfaction, and employee engagement to improve teacher
performance, particularly by addressing non-permanent teachers' welfare and providing
employment security. Manajemen
sumber daya manusia berurusan dengan
pemanfaatan personel yang efektif dan efisien melalui serangkaian fungsi dan memang ini tentang mengelola karyawan suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Qurotiaini 2018 (Adillah & Zaky, 2022) juga menjelaskan bahwa Human resource management is a series of
processes involving the acquisition, development, motivation, and retention of
human resources. It serves as a system for managing and utilizing talent to
foster human capital, supporting the company's growth and success. Manajemen sumber daya manusia adalah urutan prosedur termasuk akuisisi, pertumbuhan, motivasi, dan
pemeliharaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, ini adalah prosedur
pengelolaan dan pemanfaatan untuk menghasilkan sumber daya manusia proses perkembangan
perusahaan.
Di era modern ini, pendidikan menjadi kebutuhan dasar bagi setiap individu.
Melalui pendidikan, seseorang menjalani proses pembelajaran untuk mengembangkan
sikap, pengetahuan, keterampilan, serta membentuk sumber daya manusia yang memiliki
kualitas. Keberhasilan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang unggul sepenuhnya
bergantung pada kualitas pendidikan yang didapatkan dari lembaga pendidikan pada
aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, sekolah berperan dalam peningkatan
kualitas pendidikan guna mendapatkan lulusan dengan kualitas yang tinggi.
Menurut Juliantoro (2017), (Dewi & Khotimah, 2020) mutu pendidikan merujuk pada kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya
pendidikan dalam peningkatan kemampuan belajar secara maksimal di lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, mutu pendidikan ialah sejauh mana pendidikan
(sekolah) mampu memaksimalkan sumber daya yang ada dalam peningkatan kemampuan
belajar siswa.
Danim (2007), (Dewi & Khotimah, 2020) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah, terdapat beberapa
faktor yang perlu dilibatkan, yaitu: 1) kepemimpinan seorang Kepala Sekolah; 2)
peserta didik sebagai fokus utama; 3) adanya peran dari guru; 4) kurikulum yang
fleksibel dan adaptif; 5) jaringan untuk bekerja sama.
Berdasarkan penelitian (Salahuddin et al., 2018), didapatkan jika guru berpengaruh yang signifikan pada mutu pendidikan.
Guru adalah faktor kunci dalam menentukan kualitas pendidikan, karena mereka
berperan sebagai seseorang yang diperlukan di sekolah karena langsung terlibat pada
proses belajar mengajar.
Menurut (Saifullah, 2020), guru adalah bagian krusial pada penyelenggaraan pendidikan serta berposisi
untuk membuat sumber daya manusia yang memiliki potensi pada bidang
pembangunan. Sebagai profesi, tugas guru menuntut mereka untuk terus meningkatkan
keprofesionalan diri mengikuti perkembangan berbagai keilmuan.
Lebih lanjut, satu dari banyak indikator yang mempu meningkatkan mutu dalam
pendidikan ialah kinerja guru. Pramono (2011) (Saifullah, 2020) menjelaskan jika kinerja ialah hasil dari keterampilan individu atau
kelompok ketika penyelesaian tugas yang telah menjadi keharusan dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Adapun, (Arifin et al., 2019) (Saifullah, 2020) mengartikan kinerja guru sebagai pengukuran dari keberhasilan guru sebagai
pelaksanaan dari tugas pendidikan yang berkaitan dengan wewenangnya, didasarkan
pada standar kinerja yang telah ada pada suatu periode dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Pada kebijakan mengenai guru serta dosen, guru merupakan pendidik yang
profesional yang bertugas memberikan evaluasi pada para siswa. Sehingga,
kinerja guru memberikan keterampilan serta hasil pada pelaksanaan tugas sebagai
guru dalam pencapaian pendidikan.
Sudarmanto (2009) (Resawati & Larashati, 2016) berpendapat bahwa organisasi yang sukses serta efektif adalah organisasi
yang terdiri dari individu-individu dengan kinerja yang baik. Keberhasilan atau
efektivitas organisasi didorong oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga,
terdapat hubungan pada keberhasilan organisasi terhadap kinerja sumber daya
manusia.
Kinerja yang dipengaruhi oleh semangat kerja yang tinggi, yang berarti
kinerja sangat terkait dengan motivasi. Motivasi kerja guru menjadi faktor yang
sangat krusial memberikan dampak pada kinerja guru dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Danim (2012) (Kurniawan et al., 2023) menyatakan jika motivasi ialah sebuah dorongan kuat yang mampu membuat
seseorang untuk dapat memperlihatkan sikap yang antusias, mempunyai target
kerja, serta memiliki orientasi yang jelas.
(Pianda, 2018) menjelaskan bahwa motivasi muncul dari sikap seorang guru dalam menghadapi
situasi kerjanya. Sehingga, para guru memiliki berbagai motivasi yang tidak
sama, yang pada gilirannya memengaruhi kinerja mereka. Perbedaan motivasi kerja
ini akan menghasilkan dampak yang berbeda terhadap kinerja guru. Kinerja yang
baik mampu membantu peningkatan kualitas pendidikan, adapaun kinerja yang tidak
baik juga memiliki pengaruh pada mutu pendidikan.
Selain motivasi, kepuasan kerja juga ialah indikator penting yang
memengaruhi kinerja. Menurut Luthans (2006) (Gumiwang & SOESATYO, 2016), kepuasan kerja adalah hasil yang didapatkan dari pandangan karyawan mengenai
pekerjaan mereka memenuhi hal-hal yang mereka nilai penting. Karyawan akan
merasa puas jika kinerja mereka sebanding dengan upah yang diterima sebagai hak
mereka selama bekerja. Mereka juga merasa puas jika perusahaan menghargai
eksistensi mereka.
Dengan menyadari pentingnya peran guru dalam suatu sekolah, perhatian pada
berbagai indikator yang memengaruhi kepuasan kerja guru juga sangat penting.
Luthans (2002) (Gumiwang & SOESATYO, 2016) menjelaskan bahwa beberapa indikator yang berdampak kepuasan kerja antara
lain: a) kerjaan sendiri, b) penghasilan, c) peningkatan kedudukan, d)
pengawasan, dan e) rekan kerja. Kepuasan kerja terkait erat dengan kinerja.
Kepuasan kerja yang baik harus tercipta untuk meningkatkan moral kerja,
dedikasi, dan disiplin karyawan. Kepuasan kerja mencerminkan sikap emosional
yang positif serta rasa cinta pada pekerjaan, yang tercermin dalam moral kerja,
rasa disiplin, serta prestasi kerja. Kepuasan ini mampu dirasakan secara
pribadi maupun dalam kehidupan di luar pekerjaan, ataupun gabungan keduanya.
Selain motivasi dan kepuasan kerja, keterikatan karyawan juga menjadi
faktor penting yang memengaruhi kinerja. Menurut Schiemann (2011:30), employee
engagement merujuk pada energi serta motivasi positif yang didapatkan karyawan
untuk upaya memberikan bantuan kepada perusahaan untuk sampai pada tujuan
mereka. Employee engagement menunjukkan keadaan di mana karyawan merasa
terikat dan bersedia mengerahkan potensi mereka untuk memberikan kinerja
terbaik demi tujuan organisasi. Karyawan yang terikat dengan pekerjaannya tidak
hanya termotivasi oleh gaji dan promosi, tetapi juga oleh tujuan organisasi.
(Ali, 2022) menjelaskan bahwa employee engagement merupakan sebuah kesepakatan
emosional karyawan pada perusahaan serta tujuannya. Karyawan yang terlibat
merasa peduli dengan pekerjaan dan tanggung jawab mereka, serta berkontribusi
dengan sumber daya yang mereka miliki untuk membantu organisasi mencapai
tujuannya.
Dalam dunia pendidikan, employee engagement seorang
guru sangat penting. Sekolah atau lembaga pendidikan perlu memastikan bahwa guru merasa terikat
dengan pekerjaan mereka dan lembaga tempat mereka bekerja. Guru yang memiliki
hubungan baik dan terlibat dengan lembaga mereka akan berkontribusi besar
terhadap keberhasilan sekolah. Apalagi jika sekolah mampu mengelola employee
engagement guru secara konsisten.
Employee engagement guru juga dapat
diartikan kesepekatan serta keterikatan guru pada lembaga serta berbagai nilai yang
diimplementasikan di dalamnya. Guru yang merasa terikat dengan lembaga tempat
mereka bekerja akan menunjukkan semangat tinggi terhadap pekerjaan dan sekolah
mereka.
Penelitian ini memiliki kebaruan pada subjeknya, yakni guru-guru di Yayasan
Yohannes Gabriel Perwakilan Blitar-Tulungagung, yang belum pernah menjadi fokus
dalam penelitian serupa di yayasan ini, bahkan di seluruh Keuskupan Surabaya.
Peneliti menilai hal ini sebagai kajian yang baru dan menarik, yang dapat
memberikan wawasan dalam pengelolaan sumber daya manusia, khususnya bagi guru
tidak tetap, untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pendampingan dan
pelayanan terbaik.
Guru dipilih sebagai subjek penelitian ini karena peneliti menyadari betapa
pentingnya peran guru dalam pendidikan. Keberhasilan sistem pembelajaran dan
pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kinerja guru. Ketika
kinerja guru tidak optimal, kemungkinan besar akan berdampak pada kegagalan
pencapaian tujuan pendidikan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti,
yang selama hampir sepuluh tahun terakhir menjabat sebagai Pengelola Yayasan
Perwakilan Blora dan Cepu (2013-2018) dan Pengelola Yayasan Perwakilan
Blitar-Tulungagung (2018 hingga sekarang), peneliti merasa bahwa guru adalah
subjek yang tepat untuk penelitian ini.
Di Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan Blitar-Tulungagung, terdapat 279
pegawai, yang terdiri dari 114 guru dengan status Guru Tidak Tetap (GTT). GTT
adalah guru yang mengajar paruh waktu sesuai dengan jam mengajar yang telah
disepakati dalam kontrak kerja tahunan. GTT tidak mendapatkan jaminan pensiun
dari Yayasan karena kontrak mereka bersifat tahunan, yang dapat diperpanjang
atau dihentikan berdasarkan kebutuhan dan kesepakatan kedua belah pihak.
Penelitian ini fokus pada tiga faktor utama yang dianggap dapat memengaruhi
kinerja karyawan, yaitu motivasi, kepuasan kerja, dan employee engagement.
Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana guru memberikan kinerja
terbaik mereka di lembaga pendidikan. Semakin tinggi motivasi, kepuasan kerja, sertatingkat
keterikatan (employee engagement) guru terhadap lembaga, semakin besar
kemungkinan kualitas kinerja mereka meningkat dalam mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan latar belakang, peneliti melakukan penelitian dengan judul
�Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru dengan Employee
Engagement Sebagai Variabel Mediasi: Studi pada Guru Tidak Tetap Yayasan
Yohannes Gabriel Perwakilan Blitar-Tulungagung.�
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah motivasi secara langsung berpengaruh pada kinerja guru?
2. Apakah kepuasan kerja secara langsung berdampak pada kinerja guru?
3. Apakah motivasi
berdampak pada kinerja guru
dengan dimediasi employee
engagement?
4.
Apakah
kepuasan kerja memiliki pengaruh pada kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement?
Tujuan Penelitian
Berikut tujuan
penelitian ini:
1. Memiliki dampak secara langsung
motivasi pada kinerja guru.
2. Memiliki dampak langsung kepuasan kerja pada kinerja guru.
3. Memiliki dampak motivasi
pada kinerja guru dengan dimediasi
employee engagement.
4. Memiliki dampak kepuasan
kerja pada kinerja guru
dengan dimediasi employee
engagement.
METODE PENELITIAN
Desain
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian
kausal, dengan tujuan agar mampu menganalisis kaitan antara sebab dan akibat
antar variabel. Menurut Hardani, dkk. (2020:258), penelitian kausal
adalah jenis penelitian dengan tujuan menganalisis keterkaitan antara variabel
yang diteliti. Metode pada penelitian ini ialah survei, yaitu menggunakan
kuesioner kepada Guru Tidak Tetap di Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan
Kabupaten dan Kota Blitar - Tulungagung, dalam menganalisis dampak dari
motivasi serta kepuasan kerja pada employee engagement serta kinerja karyawan.
Tempat dan
Waktu Penelitian
Tempat
penelitian:
Kantor Yayasan Perwakilan Blitar - Tulungagung dan sekolah-sekolah mulai
jenjang PG-TK sampai dengan SMKK yang berada di bawah pengelolaan Perwakilan
Blitar - Tulungagung.
Waktu penelitian: Bulan Mei 2023.
Identifikasi
Variabel Penelitian
pada setiap penelitian, ada variabel-variabel yang saling terkait, yang
digunakan dalam pengukuran serta pengujian objek yang diteliti. Sugiyono
(2010:38) menjelaskan bahwa variabel penelitian ialah segala hal yang disetujui
oleh peneliti agar dapat dipelajari, yang selanjutnya menghasilkan informasi
yang mendukung untuk menarik kesimpulan. Pada penelitian ini, beberapa variabel
yang terlibat adalah:
Variabel Independen
Sugiyono (2010:39) mengungkapkan bahwa variabel independen ialah sebuah
variabel yang memengaruhi ataupun akar penyebab perubahan pada variabel
dependen. Disini, variabel independen yang dimaksud ialah: Motivasi (X1) dan
Kepuasan Kerja (X2).
Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2010:39), variabel dependen, atau variabel terikat, ialah� sebuah variabel yang diakibatkan oleh
variabel independen. Disini, variabel dependen yang diteliti adalah: Kinerja
Guru (Y).
Variabel Mediasi
Sugiyono (2016:39) menyatakan bahwa variabel mediasi ialah sebuah variabel
yang memberikan dampak keterkaitan variabel independen serta dependen secara
tidak langsung, serta tidak dapat diukur atau diamati secara langsung. Variabel
mediasi ini bertindak sebagai penghubung antara variabel independen serta
dependen, pada akhirnya variabel independen tidak langsung memberikan dampak
pada variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel mediasi ialah: Employee
Engagement (M).
Pengukuran
Variabel�
Untuk mengukur variabel digunakan skala Likert dalam upaya pengukuran
tanggapan responden pada pernyataan yang diberikan. Skala Likert dipakai untuk
menilai sikap, pandangan, dan persepsi seseorang atau kelompok terhadap kondisi
sosial tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti sebagai variabel dalam
penelitian. Sekaran dan Bougie (2016:207) menjelaskan bahwa skala Likert
digunakan dalam pengukuran tingkat persetujuan responden pada suatu pernyataan
pada lima tingkat skala yang terdiri dari: skor 5 untuk sangat setuju (SS),
skor 4 untuk setuju (S), skor 3 untuk netral (N), skor 2 untuk tidak setuju
(TS), serta skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS).
Tabel 1. Skor Alternatif Tanggapan Responden
No. |
Tanggapan |
Skor |
1 |
Sangat Setuju (SS) |
5 |
2 |
Setuju (S) |
4 |
3 |
Ragu-Ragu (RR) |
3 |
4 |
Tidak Setuju (TS) |
2 |
5 |
Sangat Tidak Setuju (STS) |
1 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Skor alternatif tanggapan tersebut setelah direrata untuk setiap variabel dapat dimaknai seperti nampak dalam tabel berikut:
Tabel 2. Intepretasi
Variabel Penelitian
Kelas Interval |
Motivasi |
Kepuasan Kerja |
Employee Engagement |
Kinerja Guru |
1,00-1,80 |
Sangat rendah |
Sangat rendah |
Sangat rendah |
Sangat buruk |
1,81-2,60 |
Rendah |
Rendah |
Rendah |
Buruk |
2,61-3,40 |
Cukup tinggi |
Cukup tinggi |
Cukup tinggi |
Cukup baik |
3,41-4,20 |
Tinggi |
Tinggi |
Tinggi |
Baik |
4,21-5,00 |
Sangat tinggi |
Sangat tinggi |
Sangat tinggi |
Sangat baik |
Sumber: Data Olahan (2024)
Populasi dan Sampel
Sugiyono (2010:80) mendefinisikan populasi
sebagai kelompok objek atau subjek yang memiliki ciri khas
dan kualitas yang bisa digunakan dalam usaha mendukung hasil analisis dalam penelitian.
Sementara itu, menurut Sugiyono
(2010:81), sampel merupakan
kelompok populasi yang dipilih
berdasarkan karakteristik
yang dianggap mewakili keseluruhan populasi. Senada
dengan itu, Wasisto (2014) menjelaskan
bahwa sampel ialah bagian dari
populasi yang secara khusus
dipilih untuk dapat mewakili
karakteristik populasi yang
ingin diteliti.�
Pada penelitian ini, populasi yang diteliti ialah semua Guru Tidak Tetap di Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan Blitar � Tulungagung, yang berjumlah 114 orang. Sampel ini terdiri dari seluruh Guru Tidak Tetap di yayasan tersebut, sebanyak 114 orang, dan diambil
dengan teknik sampling jenuh.
Berdasarkan Sugiyono
(2010:85), teknik sampling jenuh
ialah metode pengambilan sampel yang menggunakan semua populasi sebagai sampel.
Jenis dan Sumber
Data
Penelitian ini ialah penelitian
kuantitatif, di mana data yang dikumpulkan
berupa angka yang didapatkan dengan melalui pertanyaan yang telah terstruktur (Sekaran dan Bougie, 2016:2). Sumber data ialah data-data
primer, yakni data yang didapatkan
secara langsung oleh peneliti dari sumber
pertama (Kurniawan dan Puspitaningtyas, 2016:78).
Metode Pengumpulan Data
Sugiyono (2010:224) mengungkapkan bahwa
pengumpulan data adalah tahapan
yang sangat penting pada penelitian,
penelitian ini bertujuan
untuk mengumpulkan data. Pada penelitian
ini, data dikumpulkan dengan cara
membagikan angket (kuesioner). Kuesioner adalah instrumen yang digunakan dalam mendapatkan
data, di mana responden diminta
untuk mengisikan jawaban dari soal yang diberikan oleh peneliti. Penggunaan kuesioner bertujuan dalam mendapatkan data yang berkaitan
dengan pemikiran, perasaan,
sikap, keyakinan, nilai, persepsi, kepribadian, serta perilaku responden (Ratnasari & Mahmud, 2020).
Teknik Analisis
Data
Dalam proses analisis
data, penelitian ini menggunakan
Structural Equation Modeling (SEM). Ghozali
(2008:3) dalam Haryono dan Wardoyo (2012:7) menyatakan
bahwa SEM adalah teknik dalam
menganalisis secara multivariat generasi kedua yang membuat peneliti dalam pengujian keterkaitan antar variabel yang kompleks dalam mendapatkan hasil keseluruhan tentang model tersebut. Analisis penelitian dengan menggunakan Partial
Least Square (PLS). Setiaman (2020:1) menjelaskan bahwa PLS adalah
salah satu langkah dari SEM yang cocok digunakan ketika variabel sangat kompleks, data tidak terdistribusi
normal, dan ukuran sampel kecil (kurang dari 100). Devi
(2015) menyebutkan bahwa
PLS memiliki dua jenis pengujian, yakni model pengukuran (Outer Model) serta
model struktural (Inner Model).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Peneliti melakukan
pra survei dengan pembagian kuesioner pada 34 responden dalam pengujian
validitas serta reliabilitas. Responden diharapkan mampu menjawab berbagai
penyataan yang diajukan secara jujur. Pada satu pertanyaan diberikan pilihan yakni
(SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (N) Netral, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat
Tidak Setuju. Kriteria responden yang bisa memberikan jawaban kuesioner ialah guru
dengan status GTT yang ada di Yayasan Yohannes Garbriel perwakilan Cepu - Blora
� Rembang. Ketika kuesioner diujikan kepada 34 responden, ditemukan beberapa
item pernyataan yang tidak valid. Item pernyataan yang tidak valid tersebut
lalu direduksi atau tidak dianggap serta tidak dipakai ketika kuesioner
penelitian riil dilakukan. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas bisa
dilihat pada sub bab di bawah ini.
Hasil Uji Instrumen Penelitian
Kuesioner yang disebarkan untuk
alat mendapatkan data, dilakukan pengujian validitas serta realibilitasnya
terlebih dahulu. Pada uji ini bertujuan dalam usaha pengukuran tingkat
kelayakan pada kuesioner yang dijadikan alat dalam mengumpulkan data. Hasil pengujian
didapatkan seperti berikut:
Uji Validitas Instrumen
Perhitungan menggunakan uji
validitas konvergen. Validitas konvergen diperoleh dengan adanya nilai loading factor
serta Average Variance Extracted (AVE). Instrumen dianggap sesuai dengan validitas konvergen jika ada nilai loading factor
dan AVE di atas 0,5. Hasil uji validitas konvergen didapatkan
sebagai berikut:
Variabel
Motivasi (X1)
Gambar 1. Hasil
Uji Instrumen Motivasi (X1)
Tabel 3. Hasil Pengujian Validitas Konvergen
Motivasi (X1)
Variabel |
Indikator |
Item |
Loading Faktor |
AVE |
Motivasi (X1) |
Kebutuhan Mempertahankan Hidup (fisiologis) (X1.1) |
X1.1.1 |
0.923 |
0.848 |
|
|
X1.1.2 |
0.919 |
|
|
Kebutuhan Rasa Aman
(X1.2) |
X1.2.1 |
0.858 |
0.729 |
|
|
X1.2.2 |
0.891 |
|
|
|
X1.2.3 |
0.811 |
|
|
Kebutuhan Sosial (X1.3) |
X1.3.1 |
0.914 |
0.806 |
|
|
X1.3.2 |
0.881 |
|
|
Kebutuhan Penghargaan (X1.4) |
X1.4.1 |
1.000 |
1.000 |
|
Kebutuhan Aktualisasi Diri (X1.5) |
X1.5.1 |
0.916 |
0.826 |
|
Kebutuhan Mempertahankan Hidup (fisiologis) (X1.1) |
X1.1.1 |
0.923 |
0.848 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Berdasarkan tabel 5.1 di atas,
seluruh indikator telah memiliki nilai loading factor lebih dari 0,7, sertasetiap
variabel memiliki nilai Average Variance Extracted (AVE) yang lebih dari
0,5. Sehingga uji validitas konvergen, seluruh indikator valid sesuai
pengukuran variabel.
Kepuasan Kerja (X2)
Gambar 2. Hasil
Uji Instrumen Kepuasan Kerja (X2)
Tabel 4. Hasil Pengujian
validitas Konvergen Kepuasan Kerja (X2)
Variabel |
Indikator |
Item |
Loading
Faktor |
AVE |
Kepuasan Kerja (X2) |
Work
Itself / Pekerjaan Itu Sendiri (X2.1) |
X2.1.1 |
0.300 |
0.580 |
|
|
X2.1.2 |
0.903 |
|
|
|
X2.1.3 |
0.914 |
|
|
Pay
/ Gaji (X2.2) |
X2.2.1 |
0.859 |
0.722 |
|
|
X2.2.2 |
0.900 |
|
|
|
X2.2.3 |
0.885 |
|
|
|
X2.2.4 |
0.747 |
|
|
Supervision
/ Pengawasan (X2.3) |
X2.3.1 |
0.881 |
0.767 |
|
|
X2.3.2 |
0.930 |
|
|
|
X2.3.3 |
0.813 |
|
|
Promotion
/ Peluang Promosi (X2.4) |
X2.4.1 |
0.852 |
0.769 |
|
|
X2.4.2 |
0.904 |
|
|
|
X2.4.3 |
0.874 |
|
|
Co-worker
/ Rekan Kerja (X2.5) |
X2.5.1 |
0.878 |
0.761 |
|
Work
Itself / Pekerjaan Itu Sendiri (X2.1) |
X2.5.2 |
0.927 |
0.580 |
|
|
X2.5.3 |
0.807 |
|
Sumber: Data Olahan (2024)
Pada tabel 5.2 di atas didapatkan
jika item 1 pada indikator Work Itself/Pekerjaan Itu Sendiri (X2.1.1) didapatkan
nilai loading factor sebesar kurang dari
0.5. Sehingga dengan dasar keputusan validitas konvergen, item 1 pada indikator
Work
Itself/Pekerjaan Itu Sendiri (X2.1.1) tersebut didapatkan tidak valid dalam pengukuran variabelnya, sehingga
dilakukan reduksi pada item tersebut.
Gambar 3. Hasil
Uji Instrumen Kepuasan Kerja (X2) Setelah Reduksi
Berdasarkan tabel 5.3, semua indikator
menunjukkan nilai loading factor yang lebih dari 0,7, serta setiap variabel memiliki nilai Average
Variance Extracted (AVE) yang melebihi 0,5. Sehingga validitas konvergen, seluruh indikator tersebut valid dalam pengukuran variabel.
Tabel
5. Hasil Pengujian Validitas Konvergen Kepuasan Kerja
(X2) Setelah Reduksi
Variabel |
Indikator |
Item |
Loading Faktor |
AVE |
Kepuasan Kerja (X2) |
Work Itself / Pekerjaan
Itu Sendiri (X2.1) |
X2.1.2 |
0.904 |
0.826 |
|
|
X2.1.3 |
0.914 |
|
|
|
X2.2.1 |
0.859 |
|
|
Pay / Gaji (X2.2) |
X2.2.2 |
0.900 |
0.722 |
|
|
X2.2.3 |
0.885 |
|
|
|
X2.2.4 |
0.747 |
|
|
Supervision / Pengawasan (X2.3) |
X2.3.1 |
0.881 |
0.767 |
|
|
X2.3.2 |
0.930 |
|
|
|
X2.3.3 |
0.813 |
|
|
Promotion / Peluang Promosi (X2.4) |
X2.4.1 |
0.852 |
0.769 |
|
|
X2.4.2 |
0.904 |
|
|
|
X2.4.3 |
0.874 |
|
|
Co-worker / Rekan Kerja (X2.5) |
X2.5.1 |
0.878 |
|
|
|
X2.5.2 |
0.927 |
|
|
|
X2.5.3 |
0.807 |
|
Sumber: Data Olahan (2024)
Employee Engagement (M)
Gambar 4. Hasil
Uji Instrumen Employee
Engagement (M)
Tabel 6. Hasil Pengujian Validitas Konvergen Employee
Engagement
(M)
Variabel |
Indikator |
Item |
Loading Faktor |
AVE |
Employee
Engagement (M) |
Vigor (M.1) |
M.1.1 |
0.632 |
0.620 |
M.1.2 |
0.833 |
|||
M.1.3 |
0.811 |
|||
M.1.3 |
0.854 |
|||
Dedication (X3.2) |
M.2.1 |
0.834 |
0.699 |
|
M.2.2 |
0.841 |
|||
M.2.3 |
0.833 |
|||
Absorption (X3.3) |
M.3.1 |
0.848 |
0.724 |
|
M.3.2 |
0.882 |
|||
M.3.3 |
0.822 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan jika seluruh indikator didapatkan nilai
loading factor sebesar lebih dari 0.7.� Untuk keseluruhan variabel juga didapatkan nilai Average Variance Extracted (AVE) lebih dari 0.5. Sehingga didasarkan pada validitas konvergen keseluruhan indikator dinyatakan valid untuk mengukur variabelnya.
Pengujian Hipotesis
Uji signifikansi dilakukan dalam pengujian pengaruh dari variabel eksogen pada variabel endogen.
Kriteria pada uji ini dinyatakan jika nilai T-statistics ≥
T-tabel (1,96) atau nilai P- Value <
significant alpha 5% atau 0,05, maka
dinyatakan adadampak yang signifikan variabel eksogen terhadap variabel
endogen. Hasil uji ini signifikansi serta model bisa didapatkan dengan gambar dan tabel
berikut.
Gambar 5. Konstruk PLS Sebelum Effect Mediasi
Tabel 7. Hasil
Pengujian Hipotesis Sebelum
Effect Mediasi
Pengaruh |
Koefisien |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Motivasi -> Kinerja Guru |
0.253 |
2.334 |
0.020 |
Kepuasan Kerja -> Kinerja
Guru |
0.409 |
3.999 |
0.000 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Gambar 6. Konstruk PLS
Setelah Effect
Mediasi
Tabel 8. Pengujian Hipotesis Setelah Effect Mediasi
Pengaruh |
Koefisien |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Motivasi -> kinerja guru |
0.042 |
0.404 |
0.687 |
Kepuasan kerja -> kinerja guru |
0.210 |
2.332 |
0.020 |
Motivasi -> employee
engagement -> kinerja guru |
0.209 |
3.269 |
0.001 |
Kepuasan Kerja -> employee engagement -> kinerja guru |
0.195 |
2.630 |
0.009 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Pengujian Hipotesis:
1. Pengaruh secara langsung motivasi terhadap kinerja guru
Hipotesis
H01 = motivasi tidak berdampak langsung pada kinerja guru
Ha1 =� motivasi berdampak langsung pada kinerja guru
Dasar
Penolakan serta Penerimaan Ho1
H01 diterima, dan Ha1 ditolak jika �p-value� >�
0,05.
H01 ditolak�
dan Ha1 diterima jika �p-value� ≤�
0,05.
Keputusan
Pada
perhitungan pada tabel 5.19, dampak langsung motivasi pada kinerja guru diperlihatkan
dengan koefisien jalur sebesar 0,042 (bernilai positif) dengan p-value sebesar
0,0687 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, karena p-value lebih besar
dari 0,05, maka H01 diterima dan Ha1 ditolak, yang
berarti motivasi langsung berdampak pa kinerja guru. Artinya, apakah guru yang
mempunyai motivasi tinggi atau rendah, hal itu tidak memengaruhi kinerja guru. Sehingga,
hipotesis 1 ditolak.
2. Pengaruh secara langsung kepuasan kerja terhadap kinerja guru
Hipotesis
H02 = kepuasan kerja tidak berdampak langsung pada kinerja guru
Ha2 = kepuasan kerja berdampak langsung pada kinerja guru
Dasar
Penolakan serta Penerimaan H02
H02 diterima, dan Ha2 ditolak jika �p-value� >�
0,05.
H02 ditolak�
dan Ha2 diterima jika �p-value� ≤�
0,05.
Keputusan
Didasarkan pada tabel 5.19, dampak langsung kepuasan kerja pada kinerja
guru terlihat dari koefisien jalur sebesar 0,210 (positif) dengan p-value
sebesar 0,020 yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga, H02 ditolak dan
Ha2 diterima, yang berarti kepuasan kerja berdampak positif langsung
pada kinerja guru. Hasil ini menunjukkan jika semakin tinggi kepuasan kerja,
semakin baik kinerja guru, serta sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja,
semakin buruk kinerja guru. Sehingga, hipotesis 2 diterima.
3. Pengaruh motivasi
terhadap kinerja guru dengan dimediasi oleh employee
engagement
Hipotesis
H03 = motivasi tidak berdampak langsung pada kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement
Ha3 =� motivasi berdampak langsung pada kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement
Dasar
Penolakan dan Penerimaan H03
H03 diterima, dan Ha3 ditolak bila �p-value� >�
0,05.
H03 ditolak�
dan Ha3 diterima bila �p-value� ≤�
0,05.
Keputusan
Hasil perhitungan pada Tabel 5.19, dampak motivasi pada employee engagement
serta pengaruh employee engagement pada kinerja guru ditunjukkan dengan
koefisien jalur sebesar 0,209 (positif) yang signifikan (p-value 0,001 <
0,05). Sementara itu, dampak langsung motivasi pada kinerja guru sebelum adanya
mediasi memiliki koefisien jalur 0,042 dan tidak signifikan (p-value 0,678 >
0,05). Sehingga, H03 ditolak dan Ha3 diterima, yang
berarti motivasi mempengaruhi kinerja guru secara positif melalui mediasi penuh
(full mediation) oleh employee engagement. Dalam penelitian ini, pengaruh
motivasi terhadap kinerja guru sepenuhnya dimediasi oleh employee engagement. Dengan
demikian, hipotesis 3 diterima.
4. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru
dengan dimediasi oleh employee engagement
Hipotesis
H04 = kepuasan kerja tidak berdampak pada kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement
Ha4 =� kepuasan kerja berdampak
pada kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement
Dasar
Penolakan dan Penerimaan H04
H04 diterima, dan Ha4 ditolak bila �p-value�
>� 0,05.
H04 ditolak�
dan Ha4 diterima bila �p-value� ≤�
0,05.
Keputusan
Dengan hasil pada Tabel 5.19, dampak kepuasan kerja pada employee
engagement serta dampak employee engagement pada kinerja guru diperlihatkan
dengan koefisien jalur sebesar 0,195 (positif) dengan p-value 0,009 yang lebih
kecil dari 0,05. Sementara itu, dampak langsung kepuasan kerja pada kinerja
guru sebelum mediasi memiliki koefisien jalur 0,210 dan tetap signifikan
(p-value 0,020 < 0,05). Sehingga, H04 ditolak dan Ha4
diterima, yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja guru dengan mediasi sebagian (partial mediation) oleh employee
engagement. Hal ini berarti semakin tinggi kepuasan kerja, semakin tinggi
employee engagement, dan semakin baik kinerja guru. Sebaliknya, semakin rendah
kepuasan kerja, semakin rendah employee engagement, dan semakin buruk kinerja
guru. Dengan demikian, hipotesis 4 diterima.
Pembahasan
Pengaruh secara langsung motivasi terhadap kinerja guru
Menurut (Ybnu & Nasirin, 2021), motivasi ialah aktivitas yang berdampak pada individu yang berasal dari
luar dengan harapan dapat melakukan sesuai yang telah ditentukan. Dorongan inilah yang menggerakkan seseorang untuk melakukan dan
menghasilkan sesuatu. Diandaikan, apabila dorongan ini
muncul dan kuat maka kinerjanya pun juga akan maksimal. Bagi Zalwango,
motivasi adalah kemauan seorang karyawan untuk menyumbangkan upaya tingkat
tinggi terhadap pekerjaannya, untuk memuaskan kebutuhan serta lingkungan
pribadinya. Seorang karyawan yang termotivasi rela berusaha keras untuk
menyumbangkan kinerja terbaiknya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selanjutnya,
Zalwango juga menegaskan bahwa agar organisasi dapat memastikan bahwa tujuan
dan nilai tempat kerja karyawan selaras dengan misi dan visi organisasi, mereka
harus menciptakan dan mempertahankan motivasi tingkat tinggi yang mengarah ke
kinerja tinggi. Motivasi guru menjadi hal penting yang berkaitan dengan
tanggung jawab dalam usaha memberikan wawasan serta kemampuan kepada para siswa.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan jika responden mayoritas
memberikan pendapat jika mereka mempunyai motivasi yang tinggi. Indikator yang dipersepsikan
paling tinggi ialah pada pernyataan �Saya lebih suka bekerja dalam tim untuk
menyelesaikan pekerjaan yang sulit� dalam dimensi Kebutuhan Sosial. Adapun
Indikator yang
dianggap paling rendah ialah pada pernyataan �Gaji yang saya terima
setiap bulan mencukupi kebutuhan dasar rumah tangga�
dalam dimensi kebutuhan
mempertahankan hidup (fisiologis). Ini menunjukkan
bahwa motivasi guru dominan pada kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan dengan rasa saling mempunyai serta dipunyai sehingga bisa
diterima oleh orang-orang disekitarnya. Kebutuhan dengan dasar kepentingan manusia berkaitan dengan antar satu dengan yang lainnya. Sedangkan yang masih dianggap lemah oleh guru dalam memotivasi
mereka ialah kebutuhan mempertahankan hidup
(fisiologis).
Hasil
analisis Partial Least Square diperoleh jika semua indikator pada variabel motivasi valid serta reliabel untuk pengukuran variabel motivasi. Pada hasil pengujian hipotesis dalam menganalisis dampak langsung motivasi pada kinerja guru, ternyata motivasi secara langsung tidak berdampak pada kinerja guru. Dengan demikian,
hasil penelitian ini diartikan
jika motivasi secara langsung tidak berdampak pada kinerja guru. Artinya, baik guru mempunyai motivasi yang tinggi atau rendah hal itu tidak memengaruhi tinggi rendahnya kinerja guru. Hal ini selaras dengan (Sumiati & Purbasari, 2019) yang menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak berdampak pada kinerja karyawan. Juga, hasil penelitian ini selaras dengan
hasil penelitian Hidayat (2021) jika
motivasi tidak memiliki pengaruh pada kinerja karyawan PT. Surya Yoda Indonesia.
Pengaruh secara langsung kepuasan kerja terhadap kinerja guru
Greenbeg dan Baron (dalam Wibowo,
2016:415) menjelaskan jika kepuasan kerja dijadikan sebagai positif ataupun
negatif yang dilaksanakan secara sendiri pada pekerjaan yang dilakukan mereka.
Colquitt, Lepine, and Wesson (dalam Arif, Syamsul, Zainudin, Abdul Hamid K.,
2019) menjelaskan bahwa Kepuasan kerja ialah kondisi emosional yang mampu
menghasilkan dari nilai pekerjaan seseorang. Kepuasan kerja akan berdampak pada
rasa yang mendorong karyawan yang menghubungkan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja karyawan ialah hal penting untuk diperhatikan. Karyawan akan merasakan
kepuasaan jika tidak ada perbedaan antara ekspetasi dengan realita. Jika ada kesamaan ataupun lebih besar dari harapan maka karyawan akan merasa puas (ada kepuasan kerja). Sedangkan, apabila realita
yang didapatkan oleh karyawan itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
terlebih hingga di bawah standar minimum, maka yang terjadi adalah
ketidakpuasan karyawan. Semakin besar kesenjarangan ekspetasi dan realita,
semakin besar pula ketidakpuasan karyawan padaz pekerjaan yang dilakukannya.
Berdasarkan analisis deskriptif, terungkap bahwa guru
sebagai responden umumnya merasa memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Indikator
dengan persepsi tertinggi adalah pernyataan �Saya merasa ada sikap saling
membantu ketika rekan kerja mengalami kesulitan dalam bekerja� dalam dimensi
hubungan dengan rekan kerja. Sebaliknya, indikator dengan persepsi terendah
adalah pernyataan �Gaji yang diberikan sekolah kepada saya sesuai dengan Upah
Minimum Regional (UMR)� dalam dimensi gaji. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan
kerja para guru lebih dominan pada aspek sosial, yang mencakup interaksi dengan
sesama karyawan, atasan, dan anggota keluarga. Aspek yang paling tidak
memuaskan adalah aspek finansial, meliputi kesejahteraan karyawan seperti gaji,
jaminan sosial, promosi, dan fasilitas. Beberapa guru menerima gaji yang belum
sesuai dengan UMR.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Partial Least
Square, seluruh indikator pada variabel kepuasan kerja valid untuk mengukur
variabel tersebut. Hasil uji hipotesis didapatkan jika kepuasan kerja memiliki
pengaruh yang signifikan pada kinerja guru, dengan koefisien positif yang
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja, semakin baik pula kinerja
guru. Pegawai yang memiliki cinta terhadap pekerjaannya cenderung memberikan
performa terbaik bagi organisasi. Kinerja sendiri adalah sebuah bayangan mengenai hasil
dari program dalam mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Temuan
ini konsisten dengan penelitian (Yuen et al., 2018), (Berliana et al., 2018), dan (Malau et al., 2018), yang menyimpulkan jika kepuasan kerja berdampak positif
pada kinerja karyawan. Penelitian oleh Aryani et al. (2021) juga menunjukkan
hubungan signifikan antara kepuasan kerja serta kinerja pegawai di Biro
Akademik, Kerjasama, Perencanaan, dan Kemahasiswaan Undiksha.
Pengaruh motivasi terhadap kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement
Employee engagement ialah kesepakatan
emosional karyawan terhadap perusahaan atau organisasi dan tujuan-tujuannya,
yang mencerminkan kepedulian karyawan terhadap pekerjaan serta tanggung
jawabnya terhadap perusahaan (Ali, 2022). Selain itu,
keterikatan ini dianggap sebagai energi dan motivasi positif yang dimiliki
karyawan, yang mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya (Schiemann, 2011). Menurut
Parker dan Griffin, keterlibatan karyawan menghasilkan kinerja yang lebih
tinggi melalui munculnya emosi positif dan peningkatan motivasi untuk
melaksanakan tugas serta tanggung jawab pekerjaan. Schaufeli dan rekan-rekannya
mendefinisikan employee engagement sebagai keterikatan psikologis karyawan
terhadap pekerjaannya, dengan tiga indikator utama yaitu vigor, dedication, dan
absorption. Vigor ditunjukkan oleh kekuatan mental dan ketahanan kerja,
dedication mencerminkan perasaan bermakna, antusiasme, inspirasi, kebanggaan,
dan kesiapan menghadapi tantangan, sedangkan absorption ditandai dengan fokus
mendalam dan ketertarikan terhadap pekerjaan.
Dari hasil analisis deskriptif,
terungkap bahwa para guru cenderung merasa memiliki tingkat employee engagement
yang tinggi. Pernyataan yang mendapat persepsi tertinggi adalah �Saya tidak
pernah melalaikan pekerjaan dan selalu berkonsentrasi pada pekerjaan� dalam
dimensi Absorption. Namun, persepsi terendah tercatat pada pernyataan �Saya
bersedia bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan� dalam dimensi Vigor.
Ini menunjukkan bahwa banyak guru yang mampu menjaga konsentrasi dan menikmati
pekerjaannya, sehingga waktu kerja terasa berjalan cepat, meskipun mereka
mungkin menghadapi masalah. Namun, ketangguhan mental dan komitmen untuk
memberikan usaha lebih saat menghadapi kesulitan masih belum optimal, terutama
dalam hal kesediaan untuk bekerja di luar jam yang ditentukan. Hal ini wajar
mengingat sebagian besar responden adalah perempuan yang memiliki tanggung
jawab besar di rumah.
Berdasarkan analisis dengan metode
Partial Least Square, ditemukan bahwa motivasi mempunyai dampak signifikan pada kinerja guru melalui employee
engagement. Dengan kata lain, employee engagement sepenuhnya memediasi dampak
motivasi pada kinerja guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi
yang tinggi, didukung oleh tingkat employee engagement yang baik, mampu membantu
peningkatan kinerja guru. Hasil ini konsisten dengan temuan penelitian (Wiedemann, 2016), yang
menunjukkan bahwa motivasi kerja membentuk kondisi psikologis engagement pada
karyawan. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa employee engagement mampu
meningkatkan kinerja individu (Rich et al., 2010).
Pengaruh kepuasan
kerja terhadap kinerja guru dengan dimediasi oleh employee engagement
Menurut Mathis dan Jackson dalam (Efendi et al., 2020), kinerja adalah hasil yang dicapai individu ketika melakukan tugasnya, sesuai
kemampuan serta waktu yang tersedia. Supardi dalam (Nugraha, 2020) mendeskripsikan kinerja guru sebagai keterampilan guru dalam pelaksanaan
tugas mengajar dan mengelola siswa untuk mendorong peningkatan prestasi
belajar. (Thalib & Sabidullah, 2017) menambahkan jika kepuasan kerja menjadi satu dari banyak factor yang
berdampak kualitas kinerja, baik dari segi hasil maupun perilaku.
Pada tingkat kebijakan nasional,
pemerintah menetapkan empat kompetensi utama bagi guru sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yakni
kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional.
Berdasarkan analisis deskriptif,
para guru umumnya menilai kinerja mereka sudah baik. Pernyataan yang paling
positif dipersepsikan adalah �Saya memberikan pujian kepada siswa yang menjawab
dengan benar,� yang termasuk dalam dimensi kompetensi kepribadian. Sebaliknya,
persepsi terendah adalah pada pernyataan �Saya melakukan penelitian sederhana
terkait proses belajar mengajar,� dalam dimensi kompetensi profesional. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas guru berusaha memberikan teladan baik, seperti
menunjukkan tanggung jawab dan keterbukaan untuk belajar. Namun, mereka masih
mengalami kesulitan dalam meningkatkan kompetensi profesional, khususnya dalam
penguasaan mendalam atas materi pembelajaran, termasuk penelitian sederhana
terkait dengan proses pembelajaran.
Analisis menggunakan metode
Partial Least Square didapatkan jika kepuasan kerja secara signifikan mengakibatkan
dampak kinerja guru melalui keterlibatan kerja (employee engagement). Dengan
kata lain, keterlibatan kerja memediasi sepenuhnya pengaruh kepuasan kerja
terhadap kinerja guru. Hasil ini memperlihatkan jika kepuasan kerja yang
tinggi, didukung oleh keterlibatan yang kuat, mampu membantu peningkatan
kinerja guru. Temuan ini sejalan dengan penelitian Zainal Arifin, Nazief
Nirwanto, dan Abdul Manan (2019), yang juga menemukan jika kepuasan kerja
berdampak signifikan pada kinerja melalui keterlibatan karyawan.
KESIMPULAN
kinerja
guru sangat dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan employee engagement. Motivasi
kerja, meskipun tidak memiliki dampak langsung pada kinerja guru, menunjukkan
pengaruh signifikan ketika dimediasi sepenuhnya oleh keterlibatan kerja.
Sebaliknya, kepuasan kerja berpengaruh langsung pada kinerja guru dan juga
melalui mediasi sebagian oleh employee engagement. Hasil ini menegaskan
pentingnya perhatian terhadap kesejahteraan guru tidak tetap, terutama dalam
hal kepuasan kerja, dukungan sosial, dan jaminan kepegawaian, guna meningkatkan
kualitas pendidikan. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam
pengelolaan sumber daya manusia di sektor pendidikan, khususnya dalam konteks
guru tidak tetap di Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan Blitar-Tulungagung.
DAFTAR PUSTAKA
Adillah, W. A., & Zaky, M. (2022). Human Resource
Management: Application of Theory and Practice in Internal Organizations. Komitmen:
Jurnal Ilmiah Manajemen, 3(1), 21�28.
Ali, T. A. (2022). Leadership Strategies to Improve Employee
Engagement in Health Care. Northcentral University.
Arifin, Z., Nirwanto, N., & Manan, A. (2019). Improving
the effect of work satisfaction on job performance through employee engagement.
International Journal of Multi-Discipline Science (IJ-MDS), 2(1), 1�9.
Berliana, M., Siregar, N., & Gustian, H. D. (2018). The
model of job satisfaction and employee performance. International Review of
Management and Marketing, 8(6), 41.
Dewi, R., & Khotimah, S. H. (2020). Pengaruh
Profesionalisme Dan Disiplin Kerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Di
Sekolah Dasar. ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 8(2), 279.
Efendi, E., Butarbutar, M., & Nababan, M. (2020).
Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt Toledo
Tuktuk Samosir. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(5), 959�966.
Gumiwang, A. S., & SOESATYO, Y. (2016). Pengaruh Budaya
Organisasi terhadap Kepuasan Kerja melalui Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Mediasi pada Shared Services Departement Head Di PT. Angkasa Pura I (Persero)
Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen
(JIM), 4(2).
Javed, A., Anas, M., Abbas, M., & Khan, A. I. (2017).
Flexible Human Resource Management And Firm Innovativeness: The Mediating Role
Of Innovative Work Behavior. Journal of HRM, 20(1).
Kurniawan, F., Ahiruddin, A., & Hudalil, A. (2023).
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru Di SMAN 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi
Dan Bisnis, 3(1), 117�125.
Malau, A. G., Barasa, L., & Tua, H. (2018). Determinant
of lecturers work satisfaction and implication on lecturers performance at
maritime higher education in DKI Jakarta.
Maspeke, R. R., Pioh, N., & Undap, G. (2017). Manajemen
Dana Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan Di Desa Doloduo Kecamatan Dumoga Barat
Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Eksekutif, 2(2).
Nugraha, A. P. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja dan
Kompetensi Terhadap Kinerja Guru. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(2),
221.
Opatha, H. (2021). A simplified study of definitions of human
resource management.
Pianda, D. (2018). Kinerja guru: kompetensi guru, motivasi
kerja dan kepemimpinan kepala sekolah. CV Jejak (Jejak Publisher).
Priharwantiningsih, A. (2019). Analisis manajemen sumber daya
manusia, kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan etos kerja pada
sekolah menengah. Media Manajemen Pendidikan, 1(3), 84�93.
Resawati, R., & Larashati, I. (2016). Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi Guru dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Guru. Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship (e-Journal), 10(2), 132�148.
Saifullah, S. (2020). Determinasi Motivasi dan Kinerja Guru
Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru (Studi
Kasus di SMAN Negeri 1 Kota Bima) Literature Review Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(2), 600�621.
Salahuddin, S., Akos, M., & Hermawan, A. (2018).
Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Sumber Daya Manusia Dan Sarana Prasarana
Di MTsN Banjar Selatan 2 Kota Banjarmasin. Administraus, 2(1), 1�14.
Schiemann, W. A. (2011). Alignment, capability, engagement. Jakarta:
PPM Manajemen.
Sumiati, M., & Purbasari, R. R. N. (2019). Pengaruh
Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal
Bisnis Dan Akuntansi, 21(1a-2), 211�220.
Thalib, T., & Sabidullah, I. (2017). Kualitas Pelayanan
Pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Aloei Saboe. Publik:
Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Dan Pelayanan Publik, 4(2),
94�100.
Wiedemann, C. S. (2016). Investigating Employee Engagement
through a Self-Determination Theory Framework.
Ybnu, M., & Nasirin, C. (2021). Effect of Career
Development and Compensation on Work Commitment and Its Impact on Employee
Performance. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi Dan Pelayanan
Publik, Vol. 9 (2)(ISSN: 1215-9671).
Yuen, K. F., Loh, H. S., Zhou, Q., & Wong, Y. D. (2018).
Determinants of job satisfaction and performance of seafarers. Transportation
Research Part A: Policy and Practice, 110, 1�12.