PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSIF DAN BERKEADILAN BERBASIS
SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Muhammad
Zainal Abidin
Universitas Bina Nusantara, Indonesia
Email : [email protected]
Kata kunci: berkeadilan ,pendidikan
inklusif, pendidikan Keywords: equitable education,
inclusive education, education |
|
ABSTRAK
|
|
Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragam. Perbedaan dalam adat istiadat, suku, agama, dan budaya telah menjadi bagian dari identitas
bangsa sejak awal terbentuknya melalui sejarah yang panjang. Metode
penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif, Hasil penelitian dijelaskan berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pembahasan dalam bab ini
diperoleh melalui pengumpulan data dari studi dokumentasi, observasi, serta wawancara dengan informan yang relevan, ditambah diskusi terfokus terkait masalah yang diteliti.
Kesimpulan dari penelitian
ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip pendidikan inklusif dan berkeadilan yang berbasis pada sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab," di Sekolah
Murid Merdeka berhasil meningkatkan
kesetaraan dan kualitas
Pendidikan. The Indonesian nation is a diverse nation. Differences in
customs, ethnicities, religions, and cultures have been part of the nation's
identity since its inception through a long history. The research method used
in this study is a qualitative descriptive research method, The results of
the study are explained based on interviews, observations, and documentation.
The discussion in this chapter is obtained through data collection from
documentation studies, observations, and interviews with relevant informants,
plus focused discussions related to the problem being researched. The
conclusion of this study shows that the application of inclusive and
equitable education principles based on the second precept of Pancasila,
"Fair and Civilized Humanity," in Independent Student Schools has
succeeded in improving equality and quality of education. |
|
Ini adalah
artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access
article under the CC BY-SA license. |
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragam. Perbedaan dalam adat istiadat, suku, agama, dan budaya telah menjadi bagian
dari identitas bangsa sejak awal
terbentuknya melalui sejarah yang Panjang (Adha et
al., 2021). Keragaman
ini memiliki potensi besar untuk
menjadi kekuatan dalam membangun negara, baik saat ini
maupun di masa depan (Rahim,
2016). Namun,
jika keragaman ini tidak dijaga
dan dikelola dengan baik secara berkelanjutan,
bukan kemajuan yang akan dicapai, melainkan
kehancuran
.
Pendidikan sebagai
wujud pembangunan manusia memiliki peran penting dalam
menciptakan masyarakat yang
berpengetahuan, berkarakter,
dan berdaya saing (Asrul
& Sitorus, 2016). Melalui
pendidikan, individu dapat mengembangkan potensi mereka, memperoleh keterampilan, dan memahami nilai-nilai sosial, budaya, dan moral yang diperlukan untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa (Sofha et
al., 2023). Pendidikan juga
menjadi sarana untuk mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kesetaraan,
dan memperkuat persatuan dalam keragaman (Kusnadi & Wulandari, 2024). Dengan demikian,
pendidikan bukan hanya sebagai proses transfer ilmu, tetapi juga sebagai wujud
pembangunan karakter bangsa dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pendidikan inklusif adalah sebuah
pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
yang setara bagi semua peserta didik, tanpa memandang perbedaan
fisik, mental, sosial, budaya, atau latar belakang lainnya (Nugroho & Mareza, 2016). Dalam pendidikan
inklusif, semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau
disabilitas, berpartisipasi dalam lingkungan belajar yang sama, dengan dukungan
dan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka dapat mencapai
potensi penuh mereka (Alfikri et al., 2022).
Dengan demikian,
dalam perspektif sila kedua dari Pancasila yaitu �Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab�, pendekatan dari
Pendidikan Inklusif menekankan keadilan, toleransi,
dan kesetaraan dalam akses pendidikan, serta
bertujuan untuk menghilangkan hambatan yang dapat menghalangi partisipasi aktif
setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut data (Bappenas, 2021) di dalam Laporan Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) menunjukkan bahwa
secara rata-rata, kualitas Pendidikan (SDGs 4) di Indonesia masih tertinggal
dari negara tetangga serta negara OECD lainnya. Pada tahun 2015, Indonesia
menempati posisi ke-62 dari 72 negara partisipan. Hasil pembelajaran yang
tidak sejalan dengan besar sumber daya yang diinvestasikan oleh pemerintah
Indonesia dalam bidang pendidikan menunjukkan masih adanya permasalahan lainnya
yang belum teratasi sehingga mempengaruhi kualitas Pendidikan di Indonesia (Nababan
& Panjaitan, 2022).
Dari penjabaran
tersebut, maka penulis berpandangan bahwa untuk menangani masalah
pendidikan secara efektif, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, guru, orang
tua, dan anak muda usia sekolah. Dalam konteks ini, penelitian ini berfokus
pada penerapan pendidikan inklusif dan berkeadilan di Sekolah Murid Merdeka,
Jakarta, sebagai studi kasus untuk mengeksplorasi sejauh mana prinsip-prinsip
tersebut diimplementasikan serta dampaknya terhadap kesetaraan dan kualitas
pendidikan.
Perumusan Masalah
Bangsa Indonesia yang beragam
membutuhkan pendekatan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan agar setiap
individu, tanpa memandang latar belakang, dapat berpartisipasi secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Sekolah Murid Merdeka merupakan salah satu
institusi yang mengusung prinsip pendidikan inklusif, berusaha menciptakan
lingkungan belajar yang ramah bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki
kebutuhan khusus. Meskipun ada komitmen yang kuat dari pihak sekolah untuk
menerapkan prinsip-prinsip tersebut, tantangan dalam implementasi pendidikan
inklusif tetap ada.
Salah satu tantangan utama yang
dihadapi adalah kurangnya pelatihan bagi guru. Tanpa pelatihan yang memadai,
guru mungkin tidak sepenuhnya memahami cara-cara efektif untuk mengelola kelas
yang heterogen, di mana siswa memiliki berbagai kebutuhan belajar yang berbeda.
Hal ini dapat berujung pada penerapan metode pengajaran yang kurang efektif,
yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa,
terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Selain itu, pemahaman yang
belum mendalam tentang pendidikan inklusif di kalangan guru dan staf sekolah
menjadi hambatan dalam menciptakan lingkungan belajar yang sepenuhnya
mendukung.
Di samping itu, dampak dari
penerapan pendidikan inklusif terhadap siswa dengan kebutuhan khusus di Sekolah
Murid Merdeka juga menjadi perhatian utama. Meskipun sekolah berusaha
menyediakan fasilitas dan dukungan yang diperlukan, masih terdapat ketidakjelasan
mengenai seberapa besar partisipasi siswa dengan kebutuhan khusus dalam
kegiatan belajar mengajar dan bagaimana pencapaian akademik mereka dibandingkan
dengan siswa lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam
mengenai efektivitas dukungan yang diberikan dan dampaknya terhadap
perkembangan mereka dalam konteks pendidikan inklusif.
Selain itu, peran keterlibatan
pemangku kepentingan seperti orang tua, masyarakat, dan pemerintah sangat
penting dalam mendukung pendidikan inklusif. Meskipun keberhasilan penerapan
pendidikan inklusif di Sekolah Murid Merdeka diharapkan dapat dicapai melalui
kolaborasi yang erat antara berbagai pihak, saat ini masih diperlukan
eksplorasi lebih lanjut mengenai bagaimana keterlibatan mereka dapat
dioptimalkan. Keterlibatan aktif dari orang tua dan masyarakat dapat memberikan
dukungan yang signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kontribusi pemangku
kepentingan dapat berperan dalam mengatasi tantangan yang ada dan memastikan
keberhasilan penerapan pendidikan inklusif di sekolah.
Dengan fokus pada tantangan dalam
implementasi pendidikan inklusif, dampak terhadap siswa dengan kebutuhan
khusus, serta peran keterlibatan pemangku kepentingan, penelitian ini bertujuan
untuk memberikan wawasan yang mendalam mengenai penerapan pendidikan inklusif
dan berkeadilan di Sekolah Murid Merdeka. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan rekomendasi yang berguna untuk pengembangan pendidikan inklusif di
Indonesia, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua,
�Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.�
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang
telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa tujuan penelitian
ini, sebagai berikut:
1. Mengindentifikasi tantangan
utama yang dihadapi dalam implementasi pendidikan inklusif di Sekolah Murid
Merdeka, dan bagaimana hambatan tersebut mempengaruhi kualitas Pendidikan.
2. Menganalisis dampak
dampak penerapan pendidikan inklusif terhadap partisipasi dan pencapaian
akademik siswa dengan kebutuhan khusus di Sekolah Murid Merdeka, serta
mengevaluasi dukungan yang mereka terima dalam proses belajar mengajar.
3. Meneliti dan mengeksplorasi
peran serta kontribusi pemangku kepentingan, termasuk orang tua, masyarakat,
dan pemerintah, dalam mendukung keberhasilan penerapan pendidikan inklusif di
Sekolah Murid Merdeka, serta mengidentifikasi strategi yang dapat meningkatkan
kolaborasi antara berbagai pihak tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif.
Jenis penelitian deskriptif
kualitatif merupakan metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan untuk menganalisis
kejadian, fenomena, atau keadaan secara sosial. Menurut (Sugiyono,
2019), metode penelitian
kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat pospositivisma, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Selain daripada
itu, diperlukan diskusi
kelompok terarah/Focus Group Discussion (FGD) yang
akan mengali lebih dalam terkait isu permasalahan yang ada dalam mewujudkan
pendidikan inklusif yang dan Berkeadilan Berbasis Sila Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab di Indonesia khususnya di kalangan anak usia sekolah dan
generasi muda.
Jadwal Penelitian
Jadwal
Penelitian
No |
Agenda |
Bulan I |
Bulan II |
|
|
||||||||||||
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
3 |
4 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1. |
�
Kajian Literatur �
Penyusunan Proposal Penelitian �
Pembuatan Pedoman Wawancara dan Panduan FGD �
Penyusunan kriteria pemilihan peserta |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
�
Pengumpulan data sekunder �
Wawancara �
FGD |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
�
Analisis data kualitatif �
Analisis hasil FGD �
Diskusi hasil dengan pembimbing |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
�
Penyusunan Laporan Penelitian �
Finalisasi Laporan �
Presentasi dan Publikasi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: diolah penulis (2024)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah menjelaskan latar
belakang penelitian, teori-teori pendukung, dan metode penelitian yang
digunakan, bab ini akan menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian
dijelaskan berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pembahasan dalam
bab ini diperoleh melalui pengumpulan data dari studi dokumentasi, observasi,
serta wawancara dengan informan yang relevan, ditambah diskusi terfokus terkait
masalah yang diteliti. Pada bab ini, hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Agustus
2024 di Sekolah Murid Merdeka akan diuraikan, dengan fokus pada bagaimana
pelaksanaan pendidikan inklusif yang berkeadilan di Sekolah Murid Merdeka.
Gambaran Objek Penelitian
Sekolah Murid
Merdeka (SMM) didirikan pada tahun 2019 untuk menjawab kegelisahan akan
terbatasnya akses sekolah yang berkualitas dan terjangkau oleh
murid. Sejak sebelum pandemi, tim Sekolah Murid Merdeka telah merancang
metode pembelajaran inovatif yang terintegrasi dengan teknologi. Dan pada Juli
2020 di saat masa pandemi, Sekolah Murid Merdeka menjadi salah satu sekolah
yang paling siap menjalankan pembelajaran jarak jauh.
Sekolah Murid Merdeka merupakan sekolah blended
learning pertama di Indonesia. Metode pembelajaran blended learning ini
mengintegrasikan pembelajaran
tatap muka dan daring membuat pembelajaran menjadi lebih efektif,
menyenangkan dan bermakna. Sekolah Murid Merdeka memiliki kurikulum berbasis kompetensi masa depan yang terintegrasi digital. Dengan profil pelajar yang merdeka belajar, merdeka berkolaborasi dan merdeka berkarya, murid dapat belajar secara
fleksibel dan aktif terlibat dalam mengembangkan kompetensi masa depan.
Saat ini, Sekolah
Murid Merdeka memiliki lebih dari 25 hub di berbagai kota.
Sehingga, kebutuhan murid yang beragam dapat terfasilitasi, baik untuk belajar
secara daring maupun tatap muka. Sekolah Murid Merdeka telah membuktikan diri
menjadi sekolah yang siap menghadapi berbagai macam tantangan di masa kini maupun
di masa depan.
Sekolah Murid
Merdeka menjadi solusi pendidikan terbaik untuk murid melalui pengalaman
belajar yang seru dan menarik. Desain pembelajaran yang mengkombinasikan bahan
ajar digital (seperti video pembelajaran dan games interaktif), juga learning
kit non digital yang siap digunakan anak secara langsung, serta proyek akhir
yang inovatif menambah pemahaman dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Adapun Visi dari Sekolah Murid Merdeka
yaitu Menjadi sekolah inovatif yang memberikan layanan pendidikan secara merata
di Indonesia melalui metode serta praktik pembelajaran yang berfokus pada
penyesuaian kebutuhan minat dan bakat setiap anak untuk mencapai kompetensi,
prestasi, dan cita-cita di masa depan. Sedangkan, misi dari Sekolah Murid
Merdeka adalah Mewujudkan tercapainya pemerataan kualitas pendidikan di
Indonesia, dengan mengembangkan kompetensi masa depan pada setiap murid Sekolah
Murid Merdeka, yaitu Merdeka Belajar, Merdeka Berkolaborasi, dan Merdeka
Berkarya.
Peneliti melakukan wawancara
mendalam (in-depth interview) yang bertujuan untuk memperjelas dan
memperkuat data yang diperoleh di lapangan. Informan dari penelitian ini adalah
Bpk Bobby Hernandez, SE selaku Staff Pengajar di Sekolah Murid Merdeka.
Analisa Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
menginvestigasi penerapan prinsip-prinsip pendidikan inklusif dan berkeadilan
yang berbasis pada sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab," di Sekolah Murid Merdeka. Lima hipotesis utama diajukan untuk
mengeksplorasi dampak dari implementasi prinsip-prinsip tersebut terhadap
sistem pendidikan di objek penelitian.
Hipotesis 1
Hipotesis pertama (H1) menyatakan
bahwa penerapan prinsip-prinsip pendidikan inklusif dan berkeadilan dapat
meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam sistem pendidikan. Menurut Pak
Bobby, Sekolah Murid Merdeka menerapkan prinsip inklusivitas dengan mengintegrasikan
siswa inklusif bersama siswa tipikal dalam satu kelas, meskipun tujuan
pembelajaran disesuaikan untuk masing-masing. Ini menunjukkan penerapan prinsip
inklusi untuk mendukung kesetaraan dalam pendidikan.
�Jadi memang untuk
sekolah saya sekolah murid merdeka. Dia ada 2 memang untuk pembelajarannya
untuk. Murid yang istilah di kita tuh tipikal dan juga yang kedua itu yang
inklusi ya. Dan untuk pembelajarannya sendiri memang sebetulnya istilahnya. Di
kita tuh ada pull in di mana gabungan untuk anak yang inklusi itu dia gabung
satu kelas bersama dengan anak anak yang tipikal jadi pembelajarannya itu.
Memang mereka melihat ada ada penggabungan sebetulnya�.
Pak Bobby menjelaskan bahwa
dengan adanya kebijakan inklusif, siswa dari berbagai latar belakang memiliki
akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Hal ini sejalan dengan nilai
Pancasila yang menekankan penghormatan terhadap martabat manusia dan
keberagaman. Dengan demikian, Sekolah Murid Merdeka berhasil menciptakan
lingkungan yang adil bagi semua siswa, di mana setiap individu dihargai dan
diberikan kesempatan untuk berkembang.
Hasil yang diperoleh menunjukkan
adanya hubungan positif antara penerapan prinsip inklusif dengan peningkatan
kesetaraan, kualitas pendidikan, dan partisipasi siswa, termasuk mereka yang
memiliki kebutuhan khusus.
Hipotesis 2
Selanjutnya, hipotesis kedua (H2)
mengindikasikan bahwa keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan, seperti
pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat, berkontribusi pada perbaikan
kualitas pendidikan dan pengurangan kesenjangan sosial. Dalam hal keterlibatan
pemangku kepentingan, Pak Bobby menyebutkan adanya pelatihan bagi guru untuk
mendukung penerapan pendidikan inklusif. Guru diberikan pelatihan untuk
memahami dan merespon kebutuhan beragam siswa, termasuk dalam mendukung
interaksi sosial dan menghargai latar belakang yang berbeda.
�Di sini kawan guru
memang dipersiapkan pak, kami dipersiapkan untuk mengajar di dalam kelas.
Tentunya dibekali dengan pelatihan-pelatihan yang menunjang pembelajaran di
dalam kelas seperti contoh misalnya guru nih memberikan waktu kepada kawan
murid untuk bercerita dalam kegiatan yang sudah dilakukan di luar sekolah. Kita
namakannya itu circle time. Jadi sebelum kawan murid masuk di kelas itu,
biasanya saya pantik dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka untuk
bicara gitu�.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kolaborasi antara semua pihak ini menciptakan dukungan yang kuat untuk
implementasi pendidikan inklusif. Program pelatihan bagi pendidik dan seminar
untuk orang tua berhasil meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan
inklusif, sehingga mendorong partisipasi mereka dalam proses belajar mengajar.
Hipotesis 3
Hipotesis ketiga (H3) berfokus
pada dampak implementasi prinsip pendidikan inklusif terhadap siswa dengan
kebutuhan khusus. Pak Bobby menjelaskan bahwa Sekolah Murid Merdeka menyediakan
akses yang setara untuk siswa dengan kebutuhan khusus dalam berbagai fasilitas,
seperti perpustakaan dan kegiatan olahraga, serta menerapkan pembelajaran
berbasis kebutuhan khusus. Hal ini mencerminkan upaya sekolah dalam mengurangi
hambatan bagi siswa dengan kebutuhan khusus dan meningkatkan partisipasi
mereka.
�Ini kan pertanyaan bahwa
semua murid termasuk mereka yang memiliki disabilitas dapat fasilitas fisik di
sekolah dengan mudah. Tentunya memang untuk di sekolah kami sekolah murid
merdeka sendiri itu menerima mohon maaf murid yang berkebutuhan khusus. Kalau
untuk fasilitas sekolah sendiri memang kami menyediakan jadi sarana untuk kami
menyebutnya kawan murid. Jadi untuk kawan murid yang inklusif pun mereka tetap
mendapatkan akses fasilitas yang sama dengan kawan murid yang tipikal jadi
seperti saat mereka olahraga.�
Hasil wawancara menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan inklusif telah berhasil mengurangi hambatan bagi siswa
tersebut dan meningkatkan partisipasi mereka dalam lingkungan pendidikan yang
sama. Program dukungan tambahan, seperti bimbingan individu dan penyesuaian
kurikulum, membantu siswa dengan kebutuhan khusus untuk merasa lebih diterima
dan berkontribusi dalam proses pembelajaran, sejalan dengan semangat Pancasila
yang menghargai setiap individu.
Secara keseluruhan, hasil
penelitian ini mengkonfirmasi bahwa penerapan prinsip-prinsip pendidikan
inklusif berbasis pada sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dapat
meningkatkan kesetaraan, kualitas, dan partisipasi dalam pendidikan di Sekolah
Murid Merdeka. Keterlibatan aktif pemangku kepentingan, pemahaman nilai-nilai
Pancasila, serta ketersediaan sumber daya dan pelatihan yang memadai merupakan
faktor-faktor kunci yang mendukung keberhasilan penerapan pendidikan inklusif.
Dengan demikian, model pendidikan ini tidak hanya berkontribusi pada
peningkatan kualitas pendidikan, tetapi juga mengarah pada terciptanya
masyarakat yang lebih adil dan beradab.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip pendidikan inklusif dan berkeadilan yang berbasis pada sila kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,"
di Sekolah Murid Merdeka berhasil
meningkatkan kesetaraan dan
kualitas pendidikan. Hasil analisis terhadap tiga hipotesis menunjukkan bahwa integrasi siswa inklusif dengan siswa tipikal menciptakan
lingkungan yang adil dan menghargai keberagaman, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Kedua, keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan, termasuk guru, orang
tua, dan masyarakat, sangat
berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan sosial di Sekolah Murid Merdeka. Pelatihan bagi guru untuk memahami kebutuhan siswa yang beragam, serta seminar untuk orang tua, telah meningkatkan
partisipasi dan kesadaran akan pentingnya pendidikan inklusif. Ketiga, akses yang setara bagi siswa
dengan kebutuhan khusus di Sekolah Murid Merdeka, baik dalam fasilitas
maupun dalam pendekatan pembelajaran, terbukti efektif dalam mengurangi hambatan dan meningkatkan partisipasi kawan murid (siswa belajar) dalam proses pendidikan. Program dukungan tambahan dan penyesuaian kurikulum membantu siswa dengan kebutuhan khusus merasa lebih
diterima dan mampu berkontribusi. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa penerapan pendidikan inklusif tidak hanya berdampak
positif pada kualitas pendidikan, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih adil dan beradab. Keberhasilan model pendidikan ini bergantung pada pemahaman dan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila serta dukungan sumber daya yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Adha, M. M., Perdana, D. R., & Supriyono, S. (2021).
Nilai Pluralistik: Eksistensi Jatidiri Bangsa Indonesia Dilandasi Aktualisasi
Penguatan Identitas Nasional. Jurnal Civic Hukum, 6(1), 10�20.
Alfikri, F., Khodijah, N., & Suryana, E. (2022).
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSI. Journal Of
Syntax Literate, 7(6).
Asrul,
A., & Sitorus, A. S. (2016). Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Membina Sumber Daya Manusia Berkarakter.
Bappenas, K. (2021). Peta Jalan Sdgs Indonesia Menuju
2030. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan �.
Kusnadi, K., & Wulandari, N. A. T. (2024). Pendidikan
Damai: Memperkuat Pemahaman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Sosial. Jurnal
Basicedu, 8(1), 539�551.
Nababan,
A. K., & Panjaitan, B. (2022). Problemtik Pendidikan Indonesia Masa Kini.
AREOPAGUS Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen, 20(2022), 85�100.
Nugroho,
A., & Mareza, L. (2016). Model Dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa,
2(2), 145�156.
Rahim,
A. (2016). Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan
Untuk Semua. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 3(1).
Sofha,
G. F., Nabila, I., Yusriyyah, M. Z., & Annisa, N. (2023). Peran Pendidikan
Kewarganegaraan Terhadap Pembangunan Karakter Bangsa. Advances In Social
Humanities Research, 1(4), 408�420.
Sugiyono,
P. D. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (M. Dr. Ir.
Sutopo. S. Pd. ALFABETA, Cv.
Ainscow, M., Booth, T., Dyson, A. (2006). Inclusion
And The Standards Agenda: Negotiating Policy Pressures
In England. Int J Incl Educ. 10(4�5):295�308
Forlin, C. (2013). Changing Paradigms And Future Directions For Implementing Inclusive Education
In Developing Countries. Asian J Incl Educ 1(2):19�31
Herawati.
2021. Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Kusus. Jurnal Eduhumaniora. 2(1). Available
At: Https://Ejournal.Upi.Edu/Index.Php/Eduhumaniora/Article/View/2755.
Accessed: 03 November 2024
Munte, Rita Sahara., Mukhar., Anwar, Kasful.,,
MY, Mahmud., Siregar, Isropil. (2024). Isu-Isu Global Pendidikan Multikultural
Dan Inklusif World Class Education (WCE). Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran,
Vol 7 No. 4
Saing, Siti Aminah., Habiba Maruapey., Gunawan Santoso. (2023). Eksplorasi
Peran Keadilan Sosial Dan Budaya Dalam Menciptakan Lingkungan Pendidikan Yang Inklusif.
Jurnal Pendidikan Transformatif
(JPT). Vo. 02 No. 03: Agustus 2023
Sihombing, R. A., & Lukitoyo,
P. S. (2021). Peranan Penting
Pancasila Dan Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter Di
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Pendidikan �. Https://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/Index.Php/JJPP/Article/View/31426