Heru Rianto,
Tri Wahyu Adi
Institut
Teknologi PLN Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
kata kunci: PLTD, Hybrid Renewable Energy System (HRES), PLTS, PLTH2, Battery Energy
Storage System (BESS), LCOE, emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dedieselisasi. keywords: PLTD, Hybrid Renewable Energy System (HRES), PLTS,
PLTH2, Battery Energy Storage System (BESS), LCOE, Greenhouse Gas (GHG)
emissions, dedieselisasi.. |
|
ABSTRAK |
|
Pulau Sebesi di Provinsi
Lampung saat ini masih mengandalkan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) untuk kebutuhan energinya, dengan beban
rata-rata sebesar 100 kW dan biaya
pokok produksi (BPP) listrik mencapai Rp 5.539/kWh. Tingginya BPP serta target pemerintah untuk mencapai Net
Zero Emission pada tahun 2060 mendorong
perlunya konversi ke sistem pembangkit energi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keekonomian dan optimasi biaya dari sistem Hybrid Renewable
Energy System (HRES) di Pulau Sebesi yang menggabungkan
PLTD dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
Pembangkit Listrik Tenaga Hidrogen
(PLTH2), serta Battery Energy Storage System
(BESS). Tiga skema simulasi dilakukan: Skema 1
(Hybrid PLTD dan PLTS), Skema 2 (Hybrid PLTD dan PLTH2 150 kW), dan Skema 3
(Hybrid PLTD, PLTH2 150 kW, dan PLTS 300 kW). Simulasi
dilakukan menggunakan aplikasi Homer untuk menghitung
Levelized Cost of Energy (LCOE), biaya operasional, serta emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua skema
layak diimplementasikan, namun Skema 3 paling optimal dengan LCOE terendah sebesar $0.247/kWh, pengurangan emisi CO₂ hingga 99,1%, serta Return on
Investment (ROI) tertinggi sebesar
101,4%. Skema ini
terbukti paling efisien dan menguntungkan dari segi ekonomi dan lingkungan.
Penelitian ini memberikan referensi penting bagi PT PLN (Persero) dalam
pengembangan pembangkit energi baru terbarukan di wilayah Terdepan, Terluar,
dan Tertinggal (3T) untuk mendukung program dedieselisasi serta pemerataan
akses listrik di seluruh Indonesia. pemeliharaan PLTP maupun PLTU. Selain itu
import daya dari Sumbagsel perlu dilakukan filter pemilihan renewable energi
untuk mengurangi dampak emisi yang berlebih dalam menjaga keandalan sistem.. Sebesi Island in Lampung Province
currently relies on a Diesel Power Plant (PLTD) to meet its energy needs,
with an average load of 100 kW and a basic production cost (BPP) of
electricity reaching IDR 5,539/kWh. The high BPP, along with the government�s
target to achieve Net Zero Emissions by 2060, necessitates the conversion to
a renewable energy power system. This study aims to analyze the economic
feasibility and cost optimization of a Hybrid Renewable Energy System (HRES)
on Sebesi Island, combining PLTD with Solar Power Plants (PLTS), Hydrogen
Power Plants (PLTH2), and a Battery Energy Storage System (BESS). Three
simulation scenarios were conducted: Scenario 1 (Hybrid PLTD and PLTS),
Scenario 2 (Hybrid PLTD and PLTH2 150 kW), and Scenario 3 (Hybrid PLTD, PLTH2
150 kW, and PLTS 300 kW). The simulations were conducted using Homer software
to calculate the Levelized Cost of Energy (LCOE), operational costs, and
Greenhouse Gas (GHG) emissions. The results show that all scenarios are
feasible for implementation, but Scenario 3 is the most optimal, with the
lowest LCOE of $0.247/kWh, a reduction in CO₂ emissions by 99.1%, and
the highest Return on Investment (ROI) of 101.4%. This scenario is proven to
be the most efficient and economically advantageous while being
environmentally friendly. This study provides valuable references for PT PLN
(Persero) in developing renewable energy power plants in the Frontier,
Outermost, and Disadvantaged regions (3T) to support the dedieselisasi
program and the equitable distribution of electricity access across
Indonesia... |
|
Ini
adalah artikel akses terbuka
di bawah lisensi CC BY-SA . This
is an open access article under the CC BY-SA
license. |
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan karena memiliki banyak pulau yang tersebar dari Sabang hingga Marauke (Zamheri et al., 2021), kondisi
geografis tersebut membuat bangsa Indonesia mempunyai
kendala kurang meratanya pembangunan pada pulau-pulau tersebut sehingga pemerintah mencanangkan program
Pembangunan dari daerah pinggiran yang dalam hal ini
wilayah yang terdepan, terluar
dan tertinggal atau 3T (Tomo & Brunner, 2022). Dalam pelaksanaannya salah satu yang menjadi komitmen pemerintah dalam
melakukan pemerataan pembangunan adalah pada sektor ketenagalistrikan (Agustina, 2024). Listrik kini telah menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi di berbagai pulau perlu disertai dengan penyediaan pasokan
listrik yang memadai (Islam et al., 2020). Oleh karena itu, PT PLN (Persero) bersama pemerintah terus mempercepat
pembangunan dan pemerataan akses listrik di seluruh wilayah Terdepan,
Terpencil, dan Tertinggal (3T) (Amoussou et al., 2023).
Propinsi Lampung berada paling Selatan pada pulau Sumetera memiliki
beberapa pulau yang berada diwilayahnya, baik itu pulau berpenghuni maupun
tidak berpenghuni (Chamdareno & Hilal, 2018). Dengan luas wilayah sebesar 33.575,41 km2 dibagi menjadi 229
kecamatan yang tersebar di 2.654 desa dan kelurahan (Akbar et al., 2019). Berdasarkan data terbaru dari tahun 2022, jumlah penduduk di Provinsi
Lampung mencapai sekitar 9,18 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata
273,31 jiwa per km� (Susilo et al., 2014). Laju pertumbuhan penduduk di wilayah ini tercatat sebesar 1,1% pada tahun
2021 (Kunaifi, 2015). Di sektor pertanian, Lampung memiliki peran penting sebagai salah satu
lumbung padi di Indonesia. Pada tahun 2022, produksi padi di provinsi ini
mencapai 2,69 juta ton dari luas panen sebesar 518.256 hektar (Kananda, 2017). Data ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian masih menjadi pilar utama
perekonomian di Provinsi Lampung (Fathurrachman et al., 2022).
Pulau Sebesi merupakan pulau yang menjadi bagian dari Provinsi Lampung,
terletak di perairan Selat Sunda, tepatnya di bagian selatan wilayah perairan
Lampung (Putra et al., 2020). Secara geografis, Pulau Sebesi berada di selatan Pulau Sebuku, di timur
Pulau Serdang dan Pulau Legundi, serta di timur laut gugusan Kepulauan Krakatau
(Rachmawati et al., 2022). Pulau sebesi saat ini memiliki penduduk sekitar 2,911 jiwa dengan dengan
luas wilayah sebesar 2.620 ha dengan wilayah administrasi masuk pada kecamatan
Rajabasa, kabupaten lampung Selatan propinsi Lampung. Pulau Sebesi terdiri atas
satu desa yang meliputi empat dusun utama yaitu Dusun Bangunan, Dusun Segenom,
Dusun Inpres, dan Dusun Regahan Lada, serta beberapa dusun kecil yang dikelola
oleh masing-masing dusun tersebut. . Pulau ini memiliki jarak terdekat dengan
Gugusan Krakatau dan menyaksikan langsung dahsyatnya letusan Krakatau pada
tahun 1883. Dikenal dengan tanahnya yang subur sejak dulu, Pulau Sebesi kini
tidak hanya menjadi pusat perkebunan yang produktif, tetapi juga sedang
dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan di Lampung Selatan.
Pada penelitan sebelumnya yang relevan terkait dengan pengembangan sistem
kelistrikan di Pulau Sebesi dilakukan oleh Herlina pada tahun 2009 dimana pada
penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian bahan
bakar PLTD dan memperpanjang waktu penyediaan listrik menjadi 24 jam,
penelitian ini juga bertujuan menerapkan sistem pembangkit listrik hibrida yang
menggabungkan energi terbarukan dengan pembangkit listrik konvensional. Tujuan
dari penelitian ini meliputi perancangan model sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Hibrida (PLTH) berdasarkan potensi alam di Pulau Sebesi, melakukan simulasi dan
optimasi model PLTH, serta menganalisis kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dalam menghasilkan
energi sehingga didapat sistem operasi pembangkit yang optimal dipulau Sebesi.
Penelitian ini sudah lama dilakukan sehingga perlu dilakukan pembaruan lagi
sesuai dengan data pembangkit saat ini yang sudah beroperasi 24 jam, dan sesuai
dengan sumber data energi tenaga surya yang sudah diperbarui.� Penelitian tersebut juga belum mensimulasikan
sistem pembangkit hybrid dengan tambahan teknologi pembangkit listrik tenaga
hydrogen.
Penelitan yang relevan juga dilakukan oleh Dicky Hiwardi pada tahun 2023
dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang model dari beberpa
skema pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) antara PLTD dan PLTS
yang optimal secara teknis dan ekonomis, menguji efisiensi dari sistem
pembangkit serta mengukur peningkatan persentase energi terbarukan di Pulau
Sipora di Kepulauan Mentawai dengan simulasi aplikasi Homer, dalam penelitian
ini juga digunakan Battery Energy Storage System (BESS) untuk menutupi
kekurangan energi yang dihasilkan PLTS selama kondisi cuaca tidak mendukung.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini meliputi bagaimana
mengoptimalkan sistem Hybrid Renewable Energy System (HRES) antara PLTD dan
PLTS, dampaknya terhadap penurunan LCOE, serta seberapa besar persentase bauran
energi terbarukan yang dapat diterapkan di Pulau Sipora Kepulauan Mentawai
sehingga didapat model Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) antara PLTD dan
PLTS yang optimal secara teknis dan ekonomis.
Mengembangkan dari penelitian sebelumnya maka pada penelitian ini akan
dilakukan analisa keekonomian dan optimasi biaya pembangkitan untuk sistem
Hybrid Renewable Energy System pada Sistem Pembangkitan Pulau Sebesi Lampung
dari PLTD eksisting dengan pembangkit EBT tenaga Surya dan tenaga Hydrogen
serta tambahan Battery Energy Storage System (BESS) sehingga diperoleh nilai
keekonomian dari sistem HRES tersebut yang paling optimal.
Kondisi kelistrikan pulau sebesi saat ini masih menggunakan pembangkit
listrik tenaga Diesel (PLTD) yang beroperasi selasa 24 jam, dengan beban
rata-rata sebesar 100 kW� maka PLTD
Pulau. Pembangkit listrik tenaga diesel ini dibangkitkan dengan rata-rata biaya
pokok produksi (BPP) sebesar Rp 5.539/ kWh. Mahalnya BPP dalam memproduksi
listrik dipulau ini maka pulau Sebesi menjadi salah satu PLTD yang masuk
program dedieselisasi, program ini akan mengkonvesi pembangkit tenaga diesel
dengan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) guna untuk mengurangi
biaya operasi dan mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 dengan cara
menekan emisi gas rumah kaca (GRK).
Berdasarkan latar belakang permasalah dipulau sebesi dan dengan melihat
sumber daya alam dan posisi geografisnya maka dalam penelitian ini akan
dilakukan studi keekonomian yang paling optimal dalam pengembangan pembangkit
tenaga listik Hybrid tenaga diesel, tenaga surya dan tenaga hydrogen sehingga
akan dihasilkan bagaimana kombinasi besaran kapasitas daya berdasarkan besaran
investasi, energi yang dihasilkan dan energi terbarukan apa yang paling
optimal. Batasan masalah pada kajian ini hanya mengulas biaya keekonomian untuk
pembangkit yang beropersi hybrid dengan simulasi aplikasi Homer.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana kelayakan ekonomi dari sistem pembangkit hybrid di Pulau Sebesi
antara PLTD dengan Pembangkit EBT ( PLTS dan PLTH2) agar dapat
optimal?
b.
Apakah pengembangan sistem pembangkit hybrid bisa mengurangi Levelized Cost of Energy (LCOE) sistem pembangkitan?
c. Bagaimana perbandingan ekonomi dari setiap skema kapasitas Pembangkit
Hybrid?
d. Apakah pengoperasian Pembangkit Hybrid bisa mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
(GRK)?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah data-data yang akan disimulasikan maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk :
a.
Menghitung kelayakan
ekonomi dari beberapa skema pembangkit hybrid yang akan disimulasikan dengan
aplikasi Homer.
b.
Menghitung LCOE dari
masing-masing skema pembangkit Hybrid PLTD, PLTS dan PLTH2.
c.
Menganalisa
perbandingan ekonomi yang paling optimal.
d.
Menghitung dan
menganalisa emisi GRK dari masing-masing skema pembangkit hybrid.
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan akan mendapat manfaat terkait pentingnya
menghitung nilai keekonomian sistem pembangkit EBT yaiut untuk :
1.
Dapat mengoptimalkan
biaya investasi yang paling murah dengan biaya produksi yang paling efisien
tanpa harus mengurangi keandalan dari system pembangkit tersebut.
2.
Penelitian ini dapat
dijadikan referensi oleh PT PLN (Persero) pengembangan pembangkit EBT untuk
program dediselisasi dalam rangka mendukung program pemerintah dalam
meningkatkan perekonomian khususnya di daerah 3T.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini akan
mensimulasikan beberapa skemapembangkit tenaga hybrid, yaitu dengan 3 (tiga)
sumber pembangkit listrik yaitu pembangkit listrik tenaga diesel, pembangkit
listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga hydrogen dan pemasangan BESS
(Battery Energy Storage System). Berdasarkan data yang sudah diperoleh dari
sistem pembangkit tenaga diesel eksisting , perkembangan beban, data radiasi
matahari dan data-data teknis yang sudah ada pada aplikasi Homer digunakan
untuk menghitung nilai keekonomian dan optimasi biaya operasi yang agar didapat
besaran kapasitas dari pembangkit listrik hybrid yang paling efisien.
Desain Penelitian menggunakan
Aplikasi Homer untuk mendapatkan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
(PLTD-PTTS-PLTH2) dan kapasitas BESS yang paling optimal dengan
skema simulasi :
1.
Simulasi Pembangkit
Hybrid PLTD, PLTS dan PLTH2 dengan sistem Homer Optimizer, dimana
kapasitas PLTS dan BESS akan dihitung untuk mendapatkan Winning system atau
Lowest cost system
2.
Simulasi Pembangkit
Hybrid PLTD, PLTS dan PLTH2� dengan
kapasitas PLTS, PLTH2 dan BESS menggunakan kapaitas yang sudah ditentukan
a.
PLTS
150 kW, PLTH2 100 kW
b.
PLTS
300 kW dan PLTH2� 100
kW
Dengan data-data yang sudah
dikumpulkan maka desain penelitian akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut :
1.
Studi Literatur
a.
Bertujuan
mengumpulkan teori pendukung dan informasi terkait desain sistem hybrid yang
melibatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga
Hidrogen (PLTH2), dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), serta
meninjau kekurangan dari metode yang diterapkan pada penelitian sebelumnya.
b.
Meneliti desain dan
pengoperasian sistem hybrid yang menggabungkan PLTS, PLTH2, dan
PLTD, termasuk tinjauan terhadap hasil-hasil studi sebelumnya mengenai sistem
energi terbarukan dan energi cadangan.
c.
Menganalisis
kelemahan setiap sistem hybrid termasuk efisiensi energi, biaya operasional,
penyimpanan hidrogen, serta kendala teknis pada integrasi PLTS, PLTH2,
dan PLTD.
d.
Menyusun tinjauan
literatur yang mengidentifikasi peluang peningkatan efisiensi dan biaya sistem
hybrid ini.
2.
Pengumpulan Data
a.
Bertujuan
mengumpulkan data teknis dan lingkungan yang diperlukan untuk simulasi dan
optimasi desain sistem hybrid PLTS- PLTH2-PLTD.
b.
Data Kapasitas Unit
PLTD Sebesi dengan mengumpulkan informasi tentang kapasitas, konsumsi bahan
bakar, efisiensi, dan umur operasi PLTD di lokasi.
c.
Beban puncak untuk
mendapatkan data beban puncak listrik yang dilayani oleh PLTD, PLTS, dan PLTH2
baik untuk kondisi saat ini maupun prediksi ke depan.
d.
Data Rencana PLTS dan
Komponennya: Mengumpulkan data teknis mengenai kapasitas dan spesifikasi
rencana pemasangan PLTS, termasuk jenis panel surya, inverter, dan sistem
penyimpanan energi (baterai).
e.
Data Rencana PLTH2
dan Komponennya: Mengumpulkan data teknis mengenai kapasitas dan spesifikasi
rencana pemasangan PLTH2
f.
Data Biaya Komponen
dan Operasional dengan mengumpulkan informasi mengenai biaya investasi awal,
biaya operasional, serta biaya pemeliharaan dari masing-masing komponen (PLTS,
PLTH2, dan PLTD).
3.
Analisis dan Eksperimen
a.
Menggunakan aplikasi
Homer untuk melakukan simulasi dan optimasi sistem hybrid PLTS- PLTH2-PLTD
yang paling efisien dan optimal.
b.
Simulasi dengan
Aplikasi Homer dengan memasukkan semua data yang telah dikumpulkan (kapasitas
PLTS, PLTH2, PLTD, beban listrik, dan radiasi matahari) ke dalam
aplikasi Homer.
c.
Merancang beberapa skemayang
menggabungkan PLTS sebagai sumber utama energi terbarukan, PLTH2 untuk
base load sistem, serta PLTD sebagai sumber energi cadangan.
d.
Eksperimen dengan
berbagai Konfigurasi dengan menguji beberapa konfigurasi yang melibatkan
kombinasi berbeda dari kapasitas PLTS, PLTH2, dan PLTD. Misalnya,
variasi kapasitas penyimpanan hidrogen dan output PLTD saat beban puncak.
Mengoptimalkan hasil simulasi berdasarkan efisiensi energi, reliabilitas
pasokan listrik, serta biaya.
e.
Mengevaluasi kinerja
masing-masing konfigurasi berdasarkan indikator seperti efisiensi energi,
penghematan bahan bakar diesel, kontribusi energi terbarukan, serta biaya
operasional jangka panjang. Membandingkan hasil antara konfigurasi yang hanya
menggunakan PLTS-PLTD dengan konfigurasi yang menambahkan PLTH2 sebagai
alternatif untuk menggantikan 100% PLTD yang ada sebagai sumber cadangan
energi.
4.
Kesimpulan
a.
Bertujuan untuk
Menarik kesimpulan dari hasil simulasi untuk menentukan desain sistem hybrid
PLTS-PLTH2-PLTD yang paling efisien, efektif, dan ekonomis.
b.
Menyusun laporan
akhir yang mencakup hasil simulasi dan optimasi, seperti konfigurasi sistem
hybrid PLTS- PLTH2-PLTD yang optimal.
c.
Persentase kontribusi
energi terbarukan yang dihasilkan oleh PLTS dan PLTH2 terhadap
kebutuhan listrik total.
d.
Potensi penghematan
bahan bakar diesel, pengurangan emisi karbon, dan penghematan biaya
operasional. Biaya investasi,
biaya siklus hidup (lifecycle cost), dan analisis
payback period untuk konfigurasi sistem
hybrid yang dipilih.
e.
Memberikan
rekomendasi untuk penerapan lebih lanjut, termasuk peluang peningkatan
efisiensi melalui penggunaan teknologi hidrogen dan energi terbarukan.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini melibatkan
observasi dan sumber data primer dari PLN UID Lampung, serta data sekunder dari
berbagai sumber. Berikut adalah rincian data
yang dikumpulkan :
1.
Data Pembangkitan:
a. Informasi
terkait pengoperasian pembangkit, jumlah unit, daya terpasang, daya mampu, dan
beban puncak.
b. Data
produksi listrik dari unit pembangkit dalam kWh, konsumsi bahan bakar (BBM) dan
oli, specific fuel consumption (SFC), serta capacity factor (CF).
c. Detail
pembelian dan ongkos pengiriman BBM dan oli untuk tahun 2022.
d. Data
Operasional PLTD Pulau Sebesi berupa laporan harian pemantauan beban operasi
PLTD, yang mencakup beban per jam selama tahun 2023.
e. Data Biaya
Pokok Penyediaan (BPP) untuk pembangkitan listrik pada tahun 2023.
2. Data Potensi
Energi Surya, Data ini diperoleh dari aplikasi Homer, yang terintegrasi dengan
Global Solar Atlas. Data ini mencakup potensi energi surya yang dinyatakan
dalam Global Horizontal Irradiation (GHI) dengan satuan kWh/m�/hari atau
kWh/m�/tahun.
3. Data
Pendukung Energi Terbarukan, Mengacu pada laporan International Renewable
Energy Agency (IRENA), khususnya laporan terkait renewable power generation
costs tahun 2021. Data ini memuat informasi biaya penerapan dan operasional
energi terbarukan secara global, termasuk PLTS.
4. Data Energi
dari Aplikasi Homer:
a. Data Teknis:
Aplikasi Homer menyediakan data teknis terkait potensi energi, efisiensi
sistem, kapasitas pembangkitan, serta kebutuhan energi berdasarkan berbagai skemahybrid
yang diujicobakan.
b. Simulasi dan
Optimasi: Homer melakukan simulasi skemahybrid yang menggabungkan berbagai
sumber energi, seperti PLTS, PLTH2 dan PLTD, serta menyediakan
perhitungan efisiensi, penghematan energi, dan biaya berdasarkan data lokal
yang telah dimasukkan.
c. Analisis
Ekonomi: Homer juga memberikan analisis terkait biaya investasi, biaya siklus
hidup (lifecycle cost), penghematan bahan bakar, dan proyeksi payback period
untuk berbagai konfigurasi sistem hybrid.
Metode Analisis Data
Proses analisis dilakukan menggunakan
software Homer, yang berfungsi sebagai alat untuk merancang sistem pembangkit
energi terbarukan. Dalam penelitian ini, analisis meliputi evaluasi ekonomi
teknis serta optimasi dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) yang
menggabungkan PLTD, photovoltaic (PV), dan Pembangkit Tenaga Hidrogen (PLTH2).
Tujuannya adalah untuk menghasilkan sistem hybrid yang lebih efisien dan
ekonomis dengan memanfaatkan energi surya, penyimpanan hidrogen, dan cadangan
dari PLTD.
Pada analisis ekonomi, dilakukan
perbandingan biaya antara skemabase case dan sistem hybrid yang memiliki lowest
cost. Sistem pembangkit dengan lowest cost adalah sistem yang memiliki nilai net present cost (NPC), Operation & Maintenance
(O&M) cost, serta Levelized Cost of Energy (LCOE)
paling rendah. Homer akan
menganalisis dan menentukan sistem mana yang paling ekonomis jika dibandingkan
dengan skemabase case.
Selanjutnya, dilakukan analisis
optimasi untuk mencari konfigurasi sistem yang paling efektif. Fokus utama
optimasi ini adalah memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dari PLTS serta
penyimpanan hidrogen untuk bahan bakar PLTH2. Battery Energy Storage
System (BESS) digunakan untuk menyimpan kelebihan energi surya selama siang
hari, sementara cadangan daya akan dipikul oleh PLTH2 saat radiasi
matahari berkurang. Dengan menggunakan kedua sistem ini, operasi PLTD dapat
dikurangi secara signifikan, sehingga konsumsi bahan bakar fosil (BBM) bisa
ditekan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem
Ketenagalistrikan Eksisting
Sistem ketenagalistrikan pada Pulau Sebesi beroperasi independet karena
tidak terinterkoneksi dengan sistem besar di sistem Sumatera, dengan suplay
utamanya dari pembangkit listrik tenaga diesel yang melistriki 1 desa dan 4
dusun utama serta beberapa dusun kecil yang berada dibawah naungan dusun utama.
Empat dusun utama tersebut adalah Dusun Bangunan, Dusun Inpres, Dusun Segenom,
dan Dusun Regahan Lada.
Pendistribusian
tenaga listrik dari PLTD ke pelanggan melalui trafi step up 400 kVA kemudian
disalurkan ke penyulang 20 kV yang diberi nama Penyulang Krakatau, penyulang
ini memiliki 3 Trafo Distribusi yang menurunkan tegangan 20 kV ke 380 Volt
(Phasa-phasa) untuk disalurkan kepelanggan dan digunakan sesuai dengan
keperluannya.
Konsumsi listrik pelangan bervariasi setiap jamnya, pada tengah malam
hingga pagi hari, beban listrik berada pada kisaran 91 kW hingga 100 kW, dengan
puncak beban dini hari tercatat pada pukul 05:00 sebesar 100 kW. Setelah itu,
beban listrik mulai meningkat signifikan mulai pukul 06:00, mencapai 120 kW,
yang menandakan dimulainya aktivitas harian. Puncak penggunaan listrik terjadi
pada sore hingga malam hari, dengan beban tertinggi tercatat pada pukul 18:00
sebesar 134 kW.
Sesuai data pengusahaan tahun 2023 di PLTD Sebesi terdiri dari 3 unit
mesin diesel memiliki total daya mampu sebesar 300 kW, dengan setiap unit
memiliki kapasitas 100 kW. Secara keseluruhan, produksi listrik bruto mencapai
822.35 MWh, dengan rincian 357.42 MWh dari Unit 1, 176.70 MWh dari Unit 2, dan
288.23 MWh dari Unit 3. Rata-rata faktor kapasitas untuk ketiga unit tersebut
adalah 0.31%, di mana Unit 1 memiliki faktor kapasitas tertinggi sebesar 0.40%,
diikuti oleh Unit 3 dengan 0.33%, dan Unit 2 dengan 0.20%. Dari sisi
operasional, ketiga unit tersebut mencatatkan total jam kerja sebanyak 5,920
jam, di mana Unit 1 beroperasi paling lama, yakni 2,880 jam, sedangkan Unit 2
dan Unit 3 beroperasi selama 1,440 dan 1,600 jam.
Gambar 1.
Data Pengusahaan PLTD Sebesi
Biaya operasi PLTD Pulau Sebesi
dipengaruhi oleh pemakaian biaya bahan bakar
dan biaya pelumas serta biaya Overhoul
mesin jika sudah masuk jam jatuh tempo untuk pemeliharaan. Untuk
Net Produksi Listrik dan Pemakaian BBM untuk tiga unit pembangkit. Unit 1
mencatat total produksi listrik terbesar dengan 357,420 MWh, diikuti oleh Unit
3 sebesar 288,230 MWh, dan Unit 2 dengan 176,700 MWh. Unit 1 konsisten
menghasilkan listrik dengan puncak produksi di bulan Maret, sedangkan Unit 2
mengalami beberapa bulan tanpa produksi, seperti pada Maret dan April. Unit 3
juga menunjukkan variasi produksi, dengan puncak produksi di bulan Januari.
Secara total, ketiga unit menghasilkan 822,350 MWh selama tahun 2023. Pada
Tabel 4.3 berisi data Biaya Pelumas (Liter) untuk tiga unit (UNIT 1, UNIT 2,
dan UNIT 3) di Pulau Sebesi.
Tabel 1. Net Produktion perbulan PLTD Sebesi Tahun 2023
No |
Bulan |
UNIT1 |
UNIT2 |
UNIT3 |
1 |
Jan |
29,775 |
5,473 |
27,874 |
2 |
Feb |
29,209 |
23,836 |
|
3 |
Mar |
34,451 |
29,915 |
|
4 |
Apr |
35,115 |
33,089 |
|
5 |
Mei |
37,397 |
28,287 |
|
6 |
Jun |
27,375 |
16,716 |
25,785 |
7 |
Jul |
34,453 |
5,510 |
26,459 |
8 |
Ags |
32,044 |
39,309 |
4,602 |
9 |
Sep |
17,841 |
34,077 |
17,117 |
10 |
Okt |
28,849 |
20,827 |
25,267 |
11 |
Nop |
19,742 |
27,377 |
22,506 |
12 |
Des |
31,169 |
27,411 |
23,493 |
Total |
357,420 |
176,700 |
288,230 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Tabel 2. Pemakaian BBM PLTD Sebesi tahun 2023
No |
Bulan |
UNIT 1 |
UNIT 2 |
UNIT 3 |
TOTAL |
1 |
Jan |
9,722 |
1,793 |
9,748 |
21,262 |
2 |
Feb |
9,534 |
|
9,565 |
19,099 |
3 |
Mar |
11,282 |
|
11,374 |
22,655 |
4 |
Apr |
11,500 |
|
11,515 |
23,015 |
5 |
Mei |
12,237 |
11,886 |
|
24,123 |
6 |
Jun |
39,066 |
4,763 |
3,420 |
22,148 |
7 |
Jul |
11,080 |
1,148 |
9,982 |
22,210 |
8 |
Ags |
10,395 |
10,575 |
1,459 |
22,429 |
9 |
Sep |
5,767 |
10,077 |
5,459 |
21,303 |
10 |
Okt |
9,805 |
4,957 |
7,892 |
21,834 |
11 |
Nop |
6,033 |
7,100 |
3,583 |
21,716 |
12 |
Des |
6,216 |
652 |
7,174 |
21,911 |
|
Total |
113,716 |
46,934 |
103,056 |
263,706 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Tabel 3. Pemakaian Minyak Lumas PLTD Sebesi Tahun 2023
No |
Bulan |
UNIT 1 |
UNIT 2 |
UNIT 3 |
TOTAL |
1 |
Jan |
24 |
4 |
69 |
97 |
2 |
Feb |
45 |
45 |
|
90 |
3 |
Mar |
45 |
45 |
|
90 |
4 |
Apr |
45 |
45 |
|
113 |
5 |
Mei |
45 |
61 |
|
112 |
6 |
Jun |
44 |
44 |
23 |
111 |
7 |
Jul |
28 |
9 |
23 |
114 |
8 |
Ags |
28 |
8 |
45 |
135 |
9 |
Sep |
|
|
|
|
10 |
Okt |
45 |
46 |
23 |
114 |
11 |
Nop |
|
|
|
|
12 |
Des |
46 |
46 |
24 |
116 |
|
Total |
405 |
516 |
141 |
1,061 |
Sumber: Data Olahan (2024)
Biaya Pokok produksi
untuk PLTD Sebesi sesuai dengan laporan keuangan tahun 2023 di PT PLN
(Persero) adalah sebesar Rp
5.539,- per kWh.
Pemodelan Sistem Homer
Dalam menjalankan simulasi menggunakan aplikasi Homer, ada beberapa
tahapan pengisian data yang harus dilakukan, mulai dari memberi nama,
mendeskripsikan, menentukan lokasi proyek, menentukan tingkat diskonto, tingkat
inflasi, kekurangan kapasitas tahunan dan masa proyek.
Gambar 2. Tampilan Awal pada Homer
Kemudian tahap selanjutnya
mulai melakukan design untuk membuat model sistem pembangkitan sesuai dengan yang diinginkan mulai dari pemilihan mesin pembangkit, pengisian beban dan memasukan peralatan pendukung pada sistem tersebut.
Pada Gambar 4.1. untuk
proses menginput pembebanan
pada homer dapat dilakukan dengan mengisi profil beban yang dalam penelitian ini diisi dari
profil beban penyulang krakatau dengan memperhatiakan hal sebagai berikut :
a.
Profil
Musiman yang mengilustrasikan bagaimana beban berubah sepanjang tahun, dari
Januari hingga Desember.
b.
Profil
Tahunan menunjukkan variasi beban dari hari ke hari selama setahun penuh.
Setiap garis vertikal mewakili satu hari dalam setahun, dan spektrum warna dari
biru hingga merah menunjukkan tingkat beban yang berbeda (biru untuk beban
rendah, merah untuk beban tinggi).
c.
Metrik
dari rata-rata (kWh/hari) atau konsumsi energi harian rata-rata
d.
Permintaan
daya rata-rata selama setahun (kW)
e. Faktor beban sistem beroperasi
f.
Ukuran
Timestep (ukuran timestep 60 menit) yang berarti beban diambil sampelnya dan
dirata-ratakan setiap jam.
Gambar 3.� Electrc Load pada Homer
Gambar tersebut menampilkan profil beban listrik di Penyulang Krakatau
dengan rincian beban rata-rata harian sebesar 2.321 kWh/hari, baik pada
baseline maupun skala yang sama. Beban rata-rata harian adalah 96,71 kW,
sementara beban puncaknya mencapai 139,2 kW. Faktor beban berada pada angka
0,69, menunjukkan penggunaan listrik yang cukup stabil sepanjang hari dan
tahun.
Pemodelan Sistem PLTD
Pemodelan untuk sistem Pembangkit tenaga listrik tenaga diesel dengan
memilih pada menu �Component� lalu memilih genset pada menu �Generator�. Pada
aplikasi ini sudah tersedia berbagai merk dann tipe dari genset, untuk
pemilihannya tersedia pilihan dengan opsi sebagai berikut :
1.
Autosize
Genset� yaitu deskripsi Homer mencari
kapasitas paling optimal secara otomatis yang dapat memenuhi kebutuhan
sistem.�
2.
Generic
Fixed Capacity untuk medel yang sudah ada kapasitas gensetnya, kapasitas yang
tersedia mulai dari 10 kW sampai dengan 1 MW.�
3.
Generic
Genset (size your own) untuk digunakan ketika kita memiliki kandidat generator
dengan beberapa kandidat kapasitas yang dapat kita tentukan sekaligus dengan
cost curve yang harus kita isi untuk menentukan biayanya. Ada 3 referensi
kapasitas yaitu small (50 kW), medium (100 kW) dan large (2.000 kW).
Terlihat pada Gambar dibawah
terdapat menu untuk pemilihan unit mesin , pada penelitian ini penulis memilih
mesin diesel yang sesuai dengan data di PLTD Pulau sebesi yaitu mesin �Deutz
BF6M1013EC 100kW� lalu melengkapi data-data generator propertise, generator
cost, optimization dan site spesifik sesuai pada gambar 46 dibawah ini.
Gambar 4.
Pemilihan unit mesin diesel pada Homer
Gambar 5.� Pengisian data Generator pada Homer
Pada Gambar 5 terlihat yang harus menjadi perhatian dalam mengisi
data-data pada generator adalah sebagai berikut :
|
|
1. Properti Generator: 2. Biaya Generator 3. Optimisasi 4. Electrical Bus 5. Specific Site Conditions |
Nama,
Kapasitas generator dan Jenis bahan bakar yang digunakan adalah diesel Initial
Capital : Modal awal yang diperlukan Replacement
: Biaya penggantian generator O&M
($/op. hour) : Biaya Operasi & Pemeliharaan Fuel
Price ($/L): Harga bahan bakar Mensimulasikan
sistem dengan dan tanpa generator Menyertakan
generator ini di semua sistem. Pemilihan
sistem AC atau DC, Minimum
Load Ratio, Lifetime (Hours), Minimum Runtime (Minutes) |
Gambar 6.� Sistem PLTD Pulau Sebesi pada Homer
Setelah memasukan
semua data generator dan data load maka akan ditampilkan sistem PLTD Pulau
Sebesi sebesi seperti pada gambar 6.
Pemodelan Sistem PLTS
Pemodelan PV
Pemodelan PLTS pada
Homer juga sudah tersedia pada menu �Component� kemudian dapat dipilih jenis PV
yang akan digunakan untuk simulasi. Pada Gambar 4.6 terlihat beberapa jenis PV
dari berbagai merk dan model .
Gambar 7.� Pemilihan model PV pada Homer
Pada penelitian ini PV
yang dipilih adalah �Generic flat plate PV� sesuai pada gambar 4.7 yang
merupakan sistem fotovoltaik (PV) generik dengan kapasitas terpasang untuk
panel surya ini adalah 1 kW, dengan jenis panel Flat Plate. Sistem ini
menggunakan konfigurasi biaya dengan modal awal (capital) sebesar $2.500
perkWnya dan biaya penggantian yang sama ($2.500 /kW). Biaya operasi dan
pemeliharaan (O&M) ditetapkan sebesar $10 per tahun. Umur sistem PV ini
diperkirakan selama 25 tahun. Faktor derating (penurunan kinerja) untuk sistem
ini adalah 80%, yang berarti sistem diperkirakan hanya beroperasi pada 80% dari
kapasitas maksimumnya karena faktor-faktor seperti suhu, degradasi modul, atau
efisiensi konversi.
Gambar 8.� pada Homer
Pemodelan Converter
Dalam melakukan pemodelan
converter harus dipastikan untuk memilih kapasitas inverter yang tepat untuk
memaksimalkan efisiensi sistem. Kapasitas inverter (dinyatakan dalam kW atau kVA) harus cukup untuk
menangani beban puncak dan daya yang dihasilkan oleh panel surya. Kapasitas ini
harus dipilih sesuai dengan output daya maksimum dari array PV dan beban
sistem. Pada simulai Homer untuk memilih Converter bisa diklik pada menu
Component lalu pilih Converter.
Gambar 9.
Converter pada Homer
Pemodelan BESS
Pemodelan BESS (Battery Energy Storage System) digunakan untuk sistem
penyimpanan energi berbasis baterai dalam suatu sistem energi. Berikut adalah komponen utama dalam pemodelan BESS:
a. Kapasitas Penyimpanan (kWh)
b. Daya Maksimum (kW)
c. Depth of Discharge (DoD): Persentase
dari kapasitas baterai yang dapat digunakan sebelum perlu diisi ulang.
d.
State
of Charge (SoC): Tingkat pengisian baterai pada saat tertentu, dinyatakan
sebagai persentase dari kapasitas penuh.
e. Round-trip Efficiency: Efisiensi
dari seluruh siklus pengisian dan pengosongan baterai.
f. Lifetime (Cycles atau
Years): Jumlah siklus pengisian dan pengosongan yang dapat dilakukan sebelum baterai mulai mengalami degradasi signifikan.
g.
Biaya
Sistem BESS: Pemodelan juga harus memperhitungkan biaya awal (capital cost),
biaya penggantian baterai, serta biaya operasi dan pemeliharaan (O&M).
Pada penelitian ini baterai yang digunakan adalah Litium Ion dengan
tegangan 6 V percellnya dan kemampuannya 167 Ah. Beban rata-rata harian di
Pulau Sebesi sebesar 14.529 kWh sehingga untuk dapat memjaga waktu otonom
selama 2 hari diperlukan kapasitas baterai 40 kW, utnuk simulasi ini penelitian
membuat skema untuk BESS 40 kW dan 80 kW.
Gambar 10.
�Pemodelan PLTS
pada Homer
Terlihat pemodelan untuk PLTS pada Homer dimana
Panel PV dan BESS� terhubung ke busbar DC kemdian di konversikan ke AC untuk selanjutnya
disalurkan ke beban .
Pemodelan Sistem PLTH2�
Pemodelan Sistem PLTH2
(Pembangkit Listrik Tenaga Hidrogen) di HOMER melibatkan perancangan sistem
pembangkit listrik berbasis hidrogen yang dapat menggabungkan beberapa komponen
seperti produksi hidrogen, penyimpanan, penggunaan hidrogen untuk pembangkit
energi, serta sumber energi terbarukan untuk produksi hidrogen. HOMER (Hybrid
Optimization Model for Electric Renewables) memungkinkan simulasi sistem tenaga
hibrid yang mencakup komponen hidrogen untuk mengoptimalkan efisiensi, biaya,
dan kinerja sistem.
Pada penelitian ini
pembangkit tenaga listrik hidrogen yang disimulasikan adalah jenis Genset yang
bahan bakarnya menggunakan Hydrogen sebagai pengganti dari bahan bakar jenis
solar. Dalam aplikasi homer diperlukan komponen-komponen pendukung pada sistem
PLTH2 antara lain�
Elektroliser sebagai alat untuk menghasilkan Hydrogen dan penyimpanan
Hidrogen (Hydrogen Storage),Reformer dapat digunakan untuk menghasilkan
hidrogen dari bahan bakar seperti gas alam, Converter untuk mengkonversi daya
DC dari sistem energi terbarukan menjadi daya AC untuk beban atau untuk
digunakan oleh elektroliser, hydrogen tank unuk menyimpan Hydrogen.
Pada penelitian ini
untuk pembangkit listrik tenaga Hydrogen yang akan dibangun adalah jenis
Hydrogen Engine, dimana Hydrogen akan dijadikan bahan bakar untuk menggantikan
Bahan bakar minyak atau gas dari energi non terbarukan. Pembangkit listrik
hydrogen Engine ini pada dasarnya adalah mesin diesel yang disempurnakan
desainnya sehingga dapat menggunakan bahan bakar Hydrogen yang di bakar
langsung untuk menggerakkan piston pada mesin tersebut, Sumber Hydrogen yang
akan digunakan diPulau Sebesi berasal dari penghasil hydrogen di Suralaya,
sehingga di Pulau sebesi hanya dibangun storage Hygrogen saja.
Gambar 11.� Pemodelan PLTH2
pada Homer
Pemodelan Sistem Hybrid
Pembangkit listrik
tenaga listrik hybrid pada Homer dapat disimulasikan dengan menggabungkan
pemodelan PLTD, PLTS dan PLTH2 . Sesuai dengan data yang sudah
dikumpulkan pada penelitian ini mulai dari dari beban, data pembangkit dan
data-data energi terbarukan maka pada gambar 4.11 didapat model untuk
pembangkit sistem hybrid sebagai berikut :
Gambar 12.� Pemodelan Pembangkit Sistem Hybrid pada Homer
Untuk mesin-mesin PLTD eksisting (Diesel#1,
Diesel#2, dan Diesel #3) terkoneksi pada busbar AC untuk disalurkan ke beban
Penyulang krakatau, Pembangkit Hydrogen Engine (H2 Engine) juga di koneksikan
ke busbar AC sedangkan PLTS dan BESS dikoneksikan ke busbar DC yang kemudian
akan di konversikan ke AC oleh Converter.
Simulasi Pemodelan Homer
Pada
penelitian ini akan menghitung kelayakan ekonomi dari
beberapa skema pembangkit hybrid yang akan disimulasikan dengan aplikasi Homer:
1.
Skema
1 Sistem Hybrid PLTD dan� PLTS Sizing
Optimize
2.
Skema
2 Sistem Hybrid PLTD dan PLTH2 150 kW
3.
Skelma
3 Sistem Hybrid PLTD, PLTH2 (150kW) dan PLTS (300kW)
Pemodelan Skema 1 Sistem
Hybrid PLTD dan PLTS Sizing Optimize
Pemodelan Homer dengan Skema 1 yaitu PLTD (3x100 kW) dan PLTS dimana Solar Panel, BESS dan Inverter
disetting pada sizing optimizer untuk mendapatkan berapa kapasitas yang paling
optimal dalam nilai keekonomiannya.
Gambar 13.� Hasil Kalkulasi simulasi Hybrid PLTD dan PLTS
Pada simulasi skema 1
didapat 31.064 simulasi feasible dan 6.907 yang tidak feasible, dimana dari
hasil simulasi ini didapat kapasitas PLTS yang paling optimal pada kapasitas
291 kW dan Converter pada 95.9� kW serta
penggunaan BESS sebanyak 28 stings (143 kW). Untuk kajian kelayakannya antara
base sistem dibanding dengan proposed sistem terlihat.
Gambar 14.� Perbandingan ekonomi antara baseline PLTD
dengan Hybrid PLTD PLTS
Simulasi sistem energi
menunjukkan nilai sekarang sebesar $717,113 dengan pendapatan tahunan $61,009.
Pengembalian investasi (ROI) mencapai 20.5% dan tingkat pengembalian internal
(IRR) 25.5%, menunjukkan sistem ini memberikan pengembalian tinggi. Waktu
pengembalian sederhana adalah 3.72 tahun, sementara waktu pengembalian diskonto
4.47 tahun, menunjukkan investasi dapat kembali dalam waktu singkat. Secara
keseluruhan, sistem ini efisien dan berpotensi memberikan pengembalian yang
cepat.
Gambar 15. Hasil simulasi PLTD PLTS Homer
Untuk hasil perhitungan
LCOE untuk base case dimana
sistem masing menggunakan
full PLTD membutuhkan biaya
perkWh sebesar $0.355 /kWh
dan dengan system Hybrid PLTD PLTS biaya per kWh dapat diturunkan menjadi $0.283 per
kWh, sehingga ada penurunan sebesar $0.072 per kWh atau sebesar Rp1.080 per kWh.
Pemodelan Skema 2 Sistem
Hybrid PLTD dan PLTH2
Pemodelan Hybrid skema kedua adalah antara
PLTD dan PLTH2, dimana pada sistem pulau sebesi akan disimulasikan dengan
membangun Hydrogen Engine untuk menambah Pembangkit EBT dan juga bisa dipakai
pembangkit baseload sebagai pengganti mesin diesel. Kapasitas pembangkit
Hydrogn engine pada penelitian ini sebsar 150kW mendekati angka pada beban
maksimal dari penyulang krakatau sesuai Tabel �. Data Langgam Beban
PLTD Sebesi sebesar 134 kW.
Gambar 16.� Hydrogen Engine 150 KW pada Homer
Pada simulasi ini input data untuk harga
generator mesin dengan bahan bakar hydrogen sebesar $78.600 dan dilakukan
penggantian selama 15.000 jam operasi. Biaya Operasi dan Maintenance perjamnya
sebesar $ 2,00 dengan harga bahan bakar Hydrogen $2,30 per kg ditambah ongkot
angkut $0,33 per kg .� Untuk data
simulasi tank hydrogen sebesar $9.900 dan penambahan baterai untuk pemakaian
sendiri dalam pengelolaan bahan bakar Hydrogen.�
Gambar 17.
Pemodelan Pembangkit Hybrid PLTD dan PLTH2 pada Homer
Pemodelan Hybrid PLTD dan PLTH2 terlihat pada gambar � dimana Hydrogen
Engine dan mesin diesel konvensional 3x100 kW masuk pada busbar AC, untuk
tegangan DC perlu adanya baterai untuk pemakaian sendiri pengelolaan sistem
bahan bakar hydrogen. Dengan beban penyulang krakatau didapat hasil dari
simulasi pada gamabr dibawah ini :
Gambar 18.� Hasil Simulasi
Homer sstem pembangkit
Hybrid PLTD-PLTH2
Dari simulasi tiga mesin diesel (Diesel 1,
Diesel 2, dan Diesel 3) masing-masing dengan kapasitas 100 kW, sebuah mesin H2 berkapasitas 150 kW, dan
sebuah tangki hidrogen dengan kapasitas 250 kg. Total biaya sekarang bersih (Net Present Cost
- NPC) dari keseluruhan sistem adalah $2,366,710 dengan biaya energi
yang diratakan (Levelized Cost of Energy - LCOE) sebesar $0.2747 per kWh dan biaya
operasional tahunan mencapai $224,886.40.
Hasil simulasi menunjukkan menunjukkan peningkatan efisiensi yang signifikan dari sistem hybrid PLTH2
dengan Total Net Present Cost (NPC) sebesar $2.58 juta, lebih rendah daripada
sistem PLTD eksisting yang mencapai $3.34 juta. Meskipun biaya modal awal dari sistem yang diusulkan sebesar $87,306
karena investasi awal akan tetapi penghematan jangka panjang jelas terlihat.
Levelized Cost of Energy (COE) untuk sistem Hybrid adalah $0.2747 per kWh lebih
murah dari PLTD eksisting $355 per kWh, yang menunjukkan biaya energi yang
lebih ekonomis dalam jangka panjang.
Pemodelan Skema 3 Sistem
Hybrid PLTD, PLTH2 (150kW) dan PLTS (300kW)
Pemodelan yang ketiga
adalah penggabungan dari skema ke 1 dan skema ke 2 dimana PLTD , PLTS dan PLTH2
akan disimulasikan dalam satu sistem hybrid. Dengan menggunakan data PLTS
pada skema 1 dan PLTH2 pada skema 2 sebagai berikut :
a.
PV
dengan kapasitas daya 291 kW
b.
BESS
sebanyak 28 stings (143 kW)
c.
Hydrogen
Engine 150 kW
d.
Hydrogen
tank 250 kg
maka dibuat simulasi sistem pembangkit hybrid
seperti pada gambar .. dibawah ini :
Gambar 19.� Pemodelan Pembangkit Hybrid PLTD PLTH2 dan
PLTS
Pemodelan pada sistem
hybrid menemukan 3.138 solusi dimana 2.886 solusi memungkinkan dan 252 tidak
memungkinkan.
Hasil simulasi ini menggambarkan bagaimana sistem energi yang terdiri
dari panel surya, mesin diesel, mesin hidrogen, baterai, dan konverter dapat
memberikan solusi energi yang efisien. Total Net Present Cost (NPC) untuk
sistem ini adalah $2,325,326.70 dan Levelized Cost of Energy (LCOE) berada pada
$0.2473 per kWh, menunjukkan bahwa sistem ini mampu menyediakan energi dengan
biaya yang cukup ekonomis dalam jangka panjang.
Evaluasi
Hasil Simulasi
Analisa Kelayakan LCOE
Berdasarkan hasil
simulasi Skema 1 Sistem Hybrid PLTD dan�
PLTS Sizing Optimize, Skema 2 Sistem Hybrid PLTD PLTH2 dan
Skelma 3 Sistem Hybrid PLTD, PLTH2 PLTS dapat dilihat pada tabel � berikut :
Tabel 4.� Perbandingan LCOE setiap skema
penelitian
Sumber: Data Olahan (2024)
BPP PLN 2023 ini adalah realisasi
biaya pokok penyediaan energi listrik aktual untuk tahun 2023 di Pulau Sebesi
yang selama ini beroperasi penuh menggunakan PLTD, Perbandingan
BPP PLN 2023 dan LCOE PLTD (Homer) adalah ($0.369 -
$0.355) = $0.014 perkWh atau
sekitar 3,8%. Penggabungan
antara PLTD dan PLTS berhasil menurunkan biaya energi sebesar 22.8%
dibandingkan BPP PLN 2023 ($0.369) dan 20.3% dibandingkan LCOE PLTD saja
($0.355). Ini menunjukkan bahwa PLTS memberikan kontribusi efisiensi yang
signifikan ketika digunakan bersama dengan PLTD.
Penggunaan PLTD
bersama PLTH2 menghasilkan biaya yang lebih rendah lagi. Ada penurunan sekitar
25.7% dari BPP PLN 2023 dan 22.8% dibandingkan dengan LCOE PLTD. Ini
menunjukkan bahwa PLTH2 memberikan kontribusi lebih besar dalam mengurangi
biaya dibandingkan PLTS ketika dibandingkan secara langsung. Kombinasi dari
PLTD, PLTS, dan PLTH2 menghasilkan biaya energi terendah. LCOE pada skemaini 33.1%
lebih rendah dibandingkan BPP PLN 2023 dan 30.4% lebih rendah dibandingkan LCOE
PLTD.
Kombinasi ketiga
sumber energi (PLTD, PLTS, dan PLTH2) memberikan penghematan terbesar. Ini
menunjukkan bahwa pemanfaatan lebih dari satu sumber energi terbarukan tidak
hanya menurunkan biaya tetapi juga memberikan efisiensi maksimal dalam
penyediaan listrik. LCOE di setiap skema selalu lebih rendah dari BPP PLN 2023,
menunjukkan bahwa opsi hybrid apapun akan lebih efisien dibandingkan biaya
penyediaan listrik saat ini.
Analisa Kelayakan Ekomomi
Berdasarkan hasil simulasi skema 1, skema 2
dan skema 3 dapat terlihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 5.� Hasil simulasi nilai keekonomian Homer
Sumber: Data Olahan (2024)
Analisa kelayakan ekonomi dari hasil simulasi
dapat dilihat pada tabel � dibawah ini :
�������
Sumber: Data Olahan (2024)
Net Present Cost
(NPC) pada skema 3 memiliki
NPC terendah ($2,325,326.00), menunjukkan
bahwa skema ini adalah yang paling ekonomis dalam jangka panjang sedangkan untuk Skema 2 memiliki NPC yang lebih rendah ($2,574,195.00) dibandingkan
Skema 1 ($2,814,564.00), tetapi tetap
lebih tinggi daripada Skema 3. Levelized Cost of Energy (COE) yang dihasilkan dari Skema 3 memiliki Levelized COE terendah
($0.2473/kWh), menjadikannya skema
paling efisien dalam hal biaya energi
sedangkan LCOE Skema 2 ($0.2738/kWh) lebih rendah dari
pada Skema 1 ($0.2831/kWh), menunjukkan efisiensi yang lebih baik dibandingkan Skema 1.
Return on Investment (ROI) dan Internal Rate of
Return (IRR) pada Skema 3 memiliki ROI tertinggi (101.4%) dan IRR tertinggi
(105.5%), menunjukkan potensi
pengembalian investasi terbaik sedangkan untuk Skema 2 memiliki ROI 95.1%
dan IRR 101.1%, yang juga menunjukkan hasil investasi yang sangat baik dibandingkan Skema 1 (ROI
20.3% dan IRR 25.5%). Simple Payback dan Discounted Payback Period pada Skema 2
memiliki periode pengembalian investasi tercepat, yaitu 0.79 tahun (Simple Payback) dan 0.85 tahun
(Discounted Payback). Untuk Skema 3 juga memiliki periode pengembalian yang cepat, yaitu 0.90 tahun (Simple Payback)
dan 0.96 tahun (Discounted Payback), masih lebih baik
dibandingkan Skema 1 (3.72 dan 4.47 tahun).
Skema 3 adalah yang paling
unggul secara keseluruhan, karena memiliki Total NPC, Levelized COE, dan biaya
operasional yang paling rendah,
serta ROI dan IRR yang tertinggi.
Meskipun Simple Payback dan Discounted Payback
sedikit lebih lama daripada Skema 2, investasi ini tetap sangat cepat kembali.
Skema 2 adalah pilihan kedua yang terbaik, dengan periode pengembalian
investasi tercepat dan IRR yang sangat tinggi, tetapi memiliki biaya
operasional yang lebih tinggi daripada Skema 3. Skema 1 adalah yang paling
tidak efisien dalam hal biaya dan pengembalian investasi, dengan NPC dan COE
tertinggi serta ROI dan IRR yang terendah.
Evaluasi
Biaya Operasi
Operating Cost pada Skema 3 memiliki biaya operasional terendah
($166,651.40), yang berarti lebih hemat dibandingkan dengan Skema 1 dan 2.
Skema 1 memiliki biaya operasional lebih rendah ($205,924.90) dibandingkan
Skema 2 ($224,622.00). Sistem Hybrid PLTD -PLTS pada skema 1 dapat dipilih jika
menginginkan sistem yang lebih murah dan efisien.
Evaluasi
Emisi
Perhitungan emisi gas carbon dioxide pada pembangkit tenaga diesel
eksisting sesuai pemakaian bahan bakar minyak PLTD Sebesi tahun 2023 sebesar
263.706 liter maka dapat dihitung denganmenggunakan faktor emisi standar.
Menurut U.S. Environmental Protection Agency (EPA), setiap liter bahan bakar
diesel menghasilkan sekitar 2,68 kg CO₂ ketika dibakar, maka emisi gas
carbon dioxide yang dihasilakan PLTD Sebesi pada tahun 2023 adalah 263,706liter
� 2.68kg CO₂/liter = 706,732� kgCO₂.
Dari hasil penelitian pada simulasi setiap skema didapat data untuk
emsisi masing -masing skema pada tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 6.� Analisa Homer untuk Emisi gas
Carbon Dioxide skema 1, skema 2 dan skema 3
Sumber: Data Olahan (2024)
Dengan mengetahi komsunsi bahan bakar dari masing-masing skema kita dapat
menghitung emisi gas buangnya dengan menggunakan rumus Menghitung emisi CO₂ (karbon dioksida) dari mesin diesel :
a. E₍CO₂₎: Emisi CO₂ (ton atau kg)
b. FC: Konsumsi bahan bakar (liter atau ton)
c. EF₍CO₂₎: Faktor emisi CO₂ (biasanya dalam gram atau
kg CO₂ per liter bahan bakar)
d. Diesel: Sekitar 2,68 kg CO₂ per liter diesel yang dibakar
Tabel 7.� Perhitungan Emisi gas Carbon
Dioxide skema 1, skema 2 dan skema 3 menurut U.S. Environmental Protection
Agency (EPA)
Sumber: Data Olahan (2024)
Berdasarkan hasil
penelitian untuk skema 1 berhasil menurunkan konsumsi bahan bakar menjadi
205.182 liter, sehingga emisi CO₂ berkurang 22,2% dibandingkan dengan
skema eksisting. Ini menunjukkan bahwa Skema 1 lebih efisien dalam hal
penggunaan bahan bakar dan berdampak positif pada pengurangan emisi gas rumah
kaca. Selanjutnya, Skema 2 menunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan hanya
menggunakan 559 liter bahan bakar, emisi CO₂ turun drastis menjadi hanya
1.498 kg atau mengalami penurunan emisi sebesar 99,8%. Ini menunjukkan bahwa
hampir seluruh kebutuhan energi pada Skema 2 terpenuhi oleh sumber-sumber
energi terbarukan, sehingga hampir tidak ada emisi CO₂ yang dihasilkan.
Demikian pula untuk Skema 3 juga menunjukkan penurunan emisi yang sangat besar.
Dengan penggunaan bahan bakar solar sebesar 2.341 liter, emisi CO₂ turun
menjadi 6.274 kg, dengan penurunan sebesar 99,1%. Meskipun sedikit lebih tinggi
dibandingkan Skema 2, Skema 3 tetap memberikan hasil yang sangat signifikan
dalam mengurangi emisi CO₂.
KESIMPULAN
Kelayakan ekonomi dari sistem pembangkit hybrid pada
Skema 1, Skema 2, dan Skema 3 semuanya menunjukkan bahwa ketiganya layak untuk
diimplementasikan. Namun, hasil yang paling optimal terdapat pada Skema 3,
yaitu sistem pembangkit hybrid PLTD, PLTS, dan PLTH2. Skema 3 unggul
dengan NPC terendah, LCOE terendah, biaya operasional terendah, serta Present
Worth tertinggi, menjadikannya pilihan yang paling efisien dan menguntungkan
dari segi ekonomi. Pengembangan sistem pembangkit hybrid pada Skema 1, Skema 2,
dan Skema 3 berhasil menurunkan LCOE dari sistem pembangkit diesel yang ada
($0.369/kWh). Pada Skema 1, LCOE turun sebesar 23,3% menjadi $0.283/kWh,
sementara pada Skema 2, penurunan mencapai 25,7% menjadi $0.274/kWh. Penurunan
terbesar terjadi pada Skema 3, di mana LCOE berkurang hingga 33,1%, menjadi
$0.247/kWh. Perbandingan ekonomi dari setiap skema hasil penelitian menunjukkan
bahwa Skema 3 adalah yang paling unggul dibandingkan Skema 1 dan Skema 2. Skema
3 memiliki biaya operasional paling rendah, disertai dengan ROI tertinggi
sebesar 101,4% dan IRR tertinggi sebesar 105,5%. Hal ini menjadikan skema 3
sebagai pilihan terbaik dari segi finansial, karena memiliki potensi
pengembalian investasi yang paling tinggi, sehingga paling menguntungkan secara
ekonomi. Pengoperasian sistem pembangkit hybrid menunjukkan penurunan emisi
CO₂ yang signifikan dibandingkan skema eksisting. Skema 1 menawarkan
pengurangan moderat sebesar 22,2%, sedangkan Skema 2 dan Skema 3 memberikan
hasil yang jauh lebih signifikan, masing-masing menurunkan emisi hingga 99,8%
dan 99,1%. Dengan demikian, Skema 2 dan Skema 3 merupakan pilihan terbaik untuk
mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi, menjadikannya solusi
yang lebih ramah lingkungan dibandingkan skema eksisting.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustina, J. M. (2024). Optimasi Sistem Monitoring Cuaca
Mandiri Energi sebagai Penunjang Pembelajaran SMA Kelas X Terkait Energi
Terbarukan.
Akbar, A. W.,
Hiron, N., & Nadrotan, N. (2019). Perencanaan Sistem Pembangkit Listrik
Dengan Sumber Energi Terbarukan (Homer) Di Daerah Pesisir Pantai Pangandaran. Journal
of Energy and Electrical Engineering, 1(1).
Amoussou, I.,
Tanyi, E., Fatma, L., Agajie, T. F., Boulkaibet, I., Khezami, N., Ali, A.,
& Khan, B. (2023). The optimal design of a hybrid solar
PV/Wind/Hydrogen/Lithium battery for the replacement of a heavy fuel oil
thermal power plant. Sustainability, 15(15), 11510.
Chamdareno, P. G.,
& Hilal, H. (2018). Analisa Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid PLTD-PLTS di
Pulau Tunda Serang Banten. RESISTOR (ElektRonika KEndali TelekomunikaSI Tenaga
LiSTrik KOmputeR), 1(1), 35�42.
Fathurrachman, M.
G., Busaeri, N., & Hiron, N. (2022). Analisis integrasi pembangkit listrik
hybrid di wilayah daerah Pantai Tasikmalaya Selatan menggunakan aplikasi homer.
Journal of Energy and Electrical Engineering, 3(2).
Islam, M. M.,
Hasanuzzaman, M., Pandey, A. K., & Rahim, N. A. (2020). Modern energy
conversion technologies. In Energy for sustainable Development (pp. 19�39).
Elsevier.
Kananda, K.
(2017). A Studi Awal Potensi Energi Surya Wilayah Lampung. Journal of Science
and Applicative Technology, 1(2), 75�81.
Kunaifi, K.
(2015). Program homer untuk studi kelayakan pembangkit listrik hibrida di
propinsi riau. Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF), 1(2).
Putra, R. R. E.,
Afriani, S., Miefthawati, N. P., & Jelita, M. (2020). Analisis
Teknis-Ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid Solar PV/Biogas off Grid
System. SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi Dan Industri, 18(1), 17�23.
Rachmawati, E.,
Mursid, S. P., & Pudin, A. (2022). Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga
Hybrid Photovoltaic-Fuel Cell. Prosiding Industrial Research Workshop and
National Seminar, 13(01), 409�414.
Susilo, G. H.,
Hermawan, H., & Winardi, B. (2014). PEMODELAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK
HIBRIDA DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU ENGGANO, BENGKULU UTARA
MENGUNAKAN PERANGKAT LUNAK HOMER. Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 3(2),
237�244.
Tomo, B. D., &
Brunner, I. M. I. (2022). Pengaruh biodiesel terhadap penurunan emisi gas rumah
kaca dengan aplikasi APPLE-GATRIK (studi kasus PLTD Talaga Sulawesi Tenggara). Jurnal
Serambi Engineering, 7(3).
Zamheri, A.,
Arifin, F., Kusumanto, R. D., Bow, Y., & Astanto, I. (2021). PENERAPAN
TEKNOLOGI ANGIN (TEACHING KIT) TURBIN HORIZONTAL DI SMK 2 PGRI PALEMBANG. SNAPTEKMAS,
3(1).
CFI
Team. (n.d.). Levelized Cost of Energy (LCOE). Corporate Finance Institute.
Retrieved from
https://corporatefinanceinstitute.com/resources/valuation/levelized-cost-of-energy-lcoe
Weifang
Huayu Power Technology CO., LTD. (n.d.).
Disesuaikan dengan metode Gas sintetis Gas sintetis Super 6b 20kw bersih Gas
Alam Engine Pembangkit Daya untuk Generator & Bus & Truk. Made-in-China.
Retrieved from https://id.made-in-china.com
Sulaeman, M. (2024). Analisis
Finansial Penambahan Suplai
Kelistrikan PLTD Weda dengan Daya 5 MW untuk Mendapatkan Biaya Pokok Penyediaan yang Optimal
(Master's thesis). Institut Teknologi PLN, Jakarta.
Herlina. (2009).
Analisis dampak lingkungan dan biaya pembangkitan listrik pembangkit listrik
tenaga hibrida di Pulau Sebesi Lampung Selatan (Tesis, Universitas Indonesia).
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Elektro, Depok.
Wijaya, T.C., Facta,
M., & Yuningtyastuti. (2014). "Optimasi Potensi Energi Terbarukan
untuk Sistem Pembangkit Listrik Hibrid di Desa Margajaya Bengkulu Utara
Menggunakan Perangkat Lunak HOMER." Transient,
Vol. 3, No. 3, pp. 394-XXX.
Wiryawan, B., Bengen, D.G.,
Yulianto, I., Susanto, H.A., Mahi, A.K., & Ahmad, M. (2002). Profil Sumberdaya Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Penerbitan
Khusus Proyek Pesisir,
Coastal Resources Center - University of Rhode Island, Narraganset, Rhode
Island. 49 pages.
Arota, A. S., Kolibu,
H. S., & Lumi, B. M. (2013). Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Hibrida
(Energi Angin dan Matahari) Menggunakan Hybrid Optimization Model for Electric
Renewables (HOMER). Jurnal MIPA Unsrat Online, 2(2), 145-150. Retrieved from
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo.