PREVALENSI
PENYAKIT HIV/AIDS DENGAN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN JANUARI
� DESEMBER 2023
Sadarita
Sitepu1, Herlina Sihombing2, Faskanita Maristella
Nadapdap3, Sonia Carol Ann Bandupaskah Purba4
1,2,3,4 Fakultas Kedokteran, Kedokteran
Gigi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Prima Indonesia
Email
Korespondensi: 1[email protected]
Kata kunci: hiv/aids, tuberkulosis, test bta Keywords: hiv/aids, tuberculosis, bta
test |
|
ABSTRAK |
|
Human Immunodeficiency
Virus (HIV) menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga kemampuan tubuh untuk melawan berbagai penyakit menurun, sedangkan Aquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Tuberkulosis termasuk salah
satu dari sepuluh penyebab utama infeksi dan kematian teratas di seluruh
dunia. Tuberkulosis dan HIV/AIDS dapat terjadi secara bersamaan. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat dan mempresentasikan angka pasien HIV/AIDS yang terkena
Tuberkulosis di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Metode penelitian ini yaitu cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah pasien rawat jalan dan rawat inap, priode Januari � Desember
2023 yang menderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Royal
Prima Medan berjumlah 50 orang. Pengambilan
sampel dengan teknik
purposive sampling. Pengambilan data melalui rekam medis, kemudian data dianalisis univariat secara deskriptif. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas usia pasien HIV/AIDS dengan tuberkulosis di Rumah Sakit Royal Prima Medan berada pada kategori usia dewasa sebanyak 29 orang (58%)
dengan rata-rata usia sebesar
34,92 tahun, laki-laki sebanyak 43 orang (86%), dan positif
tuberkulosis (60%). Diharapkan
para tenaga kesehatan dapat memberikan
edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, terutama masyarakat dengan
status sosial ekonomi rendah untuk menghindari perilaku berisiko yang dapat meningkatkan risiko penularan penyakit seperti TB
atau HIV.. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) attacks the human immune system so that the
body's ability to fight various diseases decreases, while Aquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of disease symptoms caused
by a viral infection that attacks the human immune system. Tuberculosis is
one of the top ten leading causes of infection and death worldwide.
Tuberculosis and HIV/AIDS can occur simultaneously. This study aims to see
and percentage the number of HIV/AIDS patients affected by Tuberculosis at
Royal Prima Medan Hospital. This research method is cross sectional. Samepl of this study were outpatients and inpatients, priode January - December 2023 who suffered from HIV /
AIDS at Royal Prima Medan Hospital totaling 50 people. Sampling with
purposive sampling technique. Data were collected through medical records,
then the data were analyzed descriptively univariate. The results of this
study found that the majority of the age of HIV /
AIDS patients with tuberculosis at the Royal Prima Medan Hospital were in the
adult age category as many as 29 people (58%) with an average age of 34.92
years, 43 men (86%), and positive tuberculosis (60%). It is expected that
health workers can provide education about clean and healthy living
behaviors, especially people with low socioeconomic status to avoid risky
behaviors that can increase the risk of transmission of diseases such as TB
or HIV.. |
|
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article under the CC BY-SA license. |
Human Immunodeficiency
Virus (HIV) adalah penyakit yang menyerang sel darah putih dan mengakibatkan
sistem kekebalan tubuh seseorng menurun serta rentan terhadap berbagai penyakit
serta menyebabkan kematian. Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
kumpulan tanda gejala yang akan muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Rohmah
& Sumiatin, 2023). Penyakit menulat HIV/AIDS
ditularkan melalui hubungan intim (viginal, anal, atau oral), transfusi darah,
serta jarum suntik yang sudah terkontaminasi (Rahma et
al., 2024).
Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) punya peran penting pada rantai penularan HIV/AIDS. Pengendalian
perilaku yang beresiko merupakan bagian penting dari orang dengan HIV/AIDS
untuk penanggulangan penyakit HIV/AIDS, karena mereka host atau individu yang
secara langsung terinfeksi dan terpengaruh oleh virus HIV (Marlinda
& Azinar, 2017).
Kemungkinan infeksi
HIV/AIDS baru di Indonesia sudah menurun. Jumlah ODHIV menurut estimasi
Kemenkes pada tahun 2020 adalah sebanyak 543.100, lebih rendah dari estimasi
sebelum pada tahun 2016. Sementara itu, STB P 2018 mencatat bahwa prevalensi
HIV di Indonesia sangat beragam, mencapai 25,8% diantara laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki 28,8% di antara waria, dan 5,3% diantara
pekerja seks perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2022).
Tuberkulosis paru
adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan parenkim paru. Mycobacterium
Tuberculosis masuk ke jaringan parut melalui saluran pernapasan dan membentuk
sarang primer, atau sarang pneumonik (Setiawan,
2020). Bakteri ini dapat mengeinfeksi
tulang, sendi, ginjal, selaput otak, dan kelenjar getah bening serta organ
lainnya (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2023).
Secara global, World Health Organization (Global
Tuberculosis Report, 2022) menemukan 10,6 juta kasus, naik sekitar 600.000
kasus dari tahun 2020. Dari 10,6 juta kasus, 6,4 juta (60,3%) telah dilaporkan
dan dirawat, serta 4,2 juta (39,7%) masih belum ditemukan atau didiagnosis,
dengan 6 juta kasus pria dewasa, 3,4 juta wanita dewasa dan 1,2 juta kasus
anak-anak (Nazara et
al., 2024).
Pada tahun 2020,
Indonesia berada di posisi ketiga dengan jumlah kasus terbanyak, dan hasilnya
jelas akan buruk di tahun 2021. Diperkirakan ada 969.000 kasus Tuberkulosis di
Indonesia (satu orang setiap 33 detik), naik 17% dari 824.000 kasus yang
ditemukan pada tahun 2020. Insidensi Tuberkulosis adalah 354 kasus per 100.000
pendudukan, yang berarti ada 354 orang di antaranya yang menderita Tuberkulosis
(Yayasan KNCV Indonesia, 2022).
Berdasarkan uraian
diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
prevalensi penyakit HIV/AIDS dengan Tuberkulosis di Rumah Sakit Royal Prima
Medan.
Metode penelitian yang
akan digunakan di penelitian ini yaitu metode Cross Sectional. Pada pengambilan
data rekam medis menggunakan teknik purposive
sampling dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi penelitan adalah seluruh pasien HIV/AIDS dan pasien
HIV/AIDS yang disertai dengan TBC di Rumah Sakit Royal Prima Medan 2023.
Purposive sampling adalah metode pengambilan data dimana peneliti
mempertimbangkan cara mengumpulkan sampel atau memilih sampel untuk tujuan
tertentu. Analisis data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
presentasi. Data lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, teks,
tabel, dan grafik.
Gambaran
umum data karakteristik pasien HIV/AIDS dengan tuberkulosis di Rumah Sakit
Royal Prima Medan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
|
Karakteristik |
f |
|
% |
Usia |
|
|
|
|
|
15-24 tahun |
11 |
|
22,0 |
|
25-44 tahun |
29 |
|
58,0 |
|
45-59 tahun |
8 |
|
16,0 |
|
60-74 tahun |
2 |
|
4,0 |
|
Total |
50 |
|
100,0 |
|
Rata-rata |
|
34,92�11,789 |
|
Jenis
kelamin |
||||
Laki-laki |
43 |
86,0 |
||
Perempuan |
7 |
14,0 |
|
Total |
50 |
100,0 |
Test BTA |
Positif |
30 |
60.0 |
|
Negatif |
20 |
40.0 |
|
Total |
50 |
100.0 |
Hasil penelitian pada
Tabel 4.1 di atas mayoritas usia pasien HIV/AIDS dengan tuberkulosis di Rumah
Sakit Royal Prima Medan berada pada ketegori usia dewasa sebanyak 29 orang
(58%) dengan rata-rata usia sebesar 34,92 tahun. Ditinjau dari jenis kelamin
mayoritas pasien HIV/AIDS dengan tuberkulosis adalah laki-laki sebanyak 43
orang (86%), sedangkan pasien TB yang berjenis kelamin perempuan hanya 7 orang
(14%). Dari hasil test BTA didapatkan bahwa 30 orang pasien HIV/AIDS yang
positif tuberkulosis, sedangkan 20 pasien HIV/AIDS lainnya negatif
tuberkulosis.
Penelitian ini
bertujuan untuk melihat dan mempresentasekan angka pasien HIV/AIDS yang terkena
Tuberkulosis di Rumah Sakit Royal Prima Medan yang dilakukan pada 50 orang
pasien HIV/AIDS. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan distribusi frekuensis dan presentase. Kemudian disijikan dalam
bentuk narisi, teks, tabel, dan grafik. Tes BTA merupakan ssalah satu
pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa terinfeksi tuberkulosis yang merujuk pada
pemeriksaan apusan dari dahak, atau spesimen lain, kultur atau biakan, dan
metode pemeriksaan cepat lainnya yang direkomendasikan oleh WHO (Khariri,
2020). Berdasarkan hasil tes BTA pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pasien HIV/AIDS yang positif mengalai
Tuberkulosis sebanyak 60% di Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukaan oleh Miftahul (2019) yang
menyebutkan bahwa pevalensi tuberkulosis paru pada penderita HIV/AIDS di RSKO
Jakarta priode Januari 2016-Desember 2017 adalah sebesar 19,4%. Namun, lebih
rendah daripada penelitian Hariyani (2023) bahwa 71,7% pasien HIV/AIDS yang
mengalami tuberkulosis pari di Poliklinik HIV Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Bogor. Orang dengan riwayat HIV/AIDS mempunyai kemungkinan sekitar 30 kali
beresiko untuk mengalami tuberkulosis dibandingkan dengan orang yang tidah
terinfeksi virus tersebut (Dafitri et
al., 2020) Tuberkulosis merupakan salah satu
infeksi oportunistik yang paling umum terjadi pada kasus infeksi HIV dan dapat
mendahului perkembangan AIDS, tetapi sering kali keduannya didiagnosis secara
bersamaan (Dafitri et
al., 2020). Infeksi tuberkulosis (TB) dan humman immunodefciency virus (HIV)
saling berinteraksi dan mempengaruhi patofisiologi satu sama lain, Tuberkulosis
adalah penyebab utama kematian pada pasien AIDS. Infeksi HIV termasuk faktor
risiko terkuat untuk infeksi Mycobacterium
Tuberkulosis dan berkembang menjadi penyakit aktif meningkatkan risiko
reaktivasi TB laten (Olivier et
al., 2019) (Chakaya et
al., 2021) (Wondmeneh
& Mekonnen, 2023). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB antara lain kekebalan
tubuh yang rendah dan infeksis HIV/AIDS. Peningkatan infeksi HIV juga
berkontribusi pada masalah TB disebabkan oleh jumlah orang yang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah pasien TB juga akan meningkat (Miftahul E et al., 2019)
Sebagian besar pasien
HIV/AIDS dengan tuberkulosis di Rumah Sakit Royal Prima Medan berada pada
kategori usia dewasa dengan rat-rata usia pasien sebesar 34,92 tahun. Hal ini
berbeda terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Miftahul (2019) pada
pasien HIV TB paru di RSKO Jakarta priode Januari 2016-Desember 2017 didominasi
oleh usia dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu sebesar 47,6%. Penelitian lainnya
dari (Widyaningrum
et al., 2022) menemukan data pasien HIV/AIDS
koinfeksi TB tertinggi di RSUD Ibnu Sina Gresik yaitu pada usia 20-60 tahun
dengan jumlah 35 pasien (97,22) dan 1 pasien (2,78%) pasein kategori usia
>60 tahun. Hasil penelitian sejenis dari (Abdillah
et al., 2022) bahwa sebagian besar penderita
HIV/AIDS koinfeksi TB paru yang dirawat di RS XYZ Buleleng priode Januari-Juni
2020 banyak pada kelompok usia 26-35 tahun. Penelitian (Haryani,
2023) proporsi pasien HIV TB (+) lebih
banyak pada mereka yang berusia <35 tahun (73,7%)
Sekitar 75% pasien
HIV/AIDS dengan tuberkulosis paru terjadi pada kelompok usia yang paling
produktif secara ekonomi (15-50 tahun) (Deliananda
& Azizah, 2022). Penduduk kategori usia produktif
dianggap mampu beraktivitas dan menghasilkan barang maupun jasa dalam proses
produksi sehingga mobilitas yang dilakukan sangat tinggi dan akibatnya
meningkatkan risiko tertular yang tinggi. Kolompok usia produktif juga merupakan
kelompok usia yang aktif secara seksual dan berpotensi mengonsusmi narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA). Banyak pasien HIV/AIDS dengan koinfeksi
TB pada usia produktif dapat disebabkan oleh pengaruh aktivitas seksual yang
tinggi, lingkungan, dan pekerjaan (Widyaningrum
et al., 2022).
Menurut penelitian
Manurung (2018), faktor risiko yang mempengaruhi kejadian koinfeksi TBC dan HIV
antara lain jenis kelamin, stadium HIV, pengobatan ARV, status gizi, dan
kebiasaan merokok, dari kelima faktor risiko tersebut jenis kelamin mempunyai
pengaruh paling besar pada pasien laki-laki dengan HIV/AIDS mempunyai
kemungkinan 16 kali lebih besar untuk mengalami koinfeksi tuberkulosis dan HIV
dibandingkan pasien perempuan dengan HIV/AIDS. Sebuah studi oleh Carvalho
(2008) juga menemukan bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko
tinggi dan berkontribusi aktif terhadap perkembangan TB aktif. Faktor lain yang
mempengaruhi koinfeksi TBC dan HIV antara lain usia, status perkawinan, status
pekerjaan, dan pendidikan (Widyaningrum
et al., 2022).
Berdasarkan hasil
penelitian ini ditemukan bahwa pasien HIV/AIDS dengan tuberkulosis di Rumah
Sakit Royal Prima Medan didominasi oleh pasien yang berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebanyak 86%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Miftahul (2019) yang menyebutkan bahwa jenis kelamin yang
mempunyai prevalensi tinggi menderita HIV-TB paru di RSKO Jakarta periode
Januari 2016-Desember 2017 adalah laki-laki yaitu sebesar 76,2%. Penelitian (Haryani,
2023) menyebutkan bahwa proporsi pasien
HIV TB (+) lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (90,2%) di kota Bogor.
Selain itu, menurut
Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita
koinfeksi TB paru dibandingkan perempuan (Abdillah
et al., 2022). Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widyaningrum
et al., 2022) bahwa HIV/AIDS koinfeksi TB
tertinggi pada pasien laki-laki yang lebih dominan yaitu 83,33% daripada pasien
perempuan hanya 16,67%. Hal ini sesuai dengan penelitian Fauziah (2019) di RSU
Haji Surabaya periode 2016-2018 yang menyatakan bahwa sebanyak 34 orang (72%)
berjenis kelamin laki-laki dari 47 sampel yang menderita koinfeksi HIV dengan
TB. Penelitian (Abdillah
et al., 2022) bahwa sebagian besar penderita
HIV/AIDS koinfeksi TB paru yang dirawat di RS XYZ Buleleng periode Januari-Juni
2020 lebih banyak laki-laki dibanding perempuan.
Pria lebih rentan
terkena HIV/AIDS dengan tuberkulosis diduga karena mobilitas pria yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki memiliki mobilitas yang lebih
tinggi karena aktivitas di luar rumah, kebiasaan merokok, minum munuman
beralkohol,dan keluar malam yang dapat mengganggu sistem kekeblan tubuh
sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh dan menjadi lebih rentan terhadap
infeksi. Hal yang sama terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Haryani,
2023) bahwa pasien HIV dengan jenis
kelamin laki-laki mempunyai peluang 2,858 kali menderita TB dibandingkan dengan
pasien HIV berjenis kelamin perempuan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada kategori
usia mayoritas pasien HIV/AIDS dengan tuberkulosis di Rumah Sakit Royal Prima
Medan pada kategori dewasa sebanyak 29 orang dengan rata-rata usia 34,92 tahun,
sementara pada kategori jenis kelamin mayoritas pasien HIV/AIDS dengan
tuberkulosis adalah laki-laki sebanyak 86% diikuti oleh perempuan 14%, dan pada
test BTA menunjukkan BTA positif sekitar 30 pasien atau sekitar 60% pasien
HIV/AIDS menderita tuberkulosis, sementara BTA negatif 20 pasien atau sekitar
40% pasien HIV/AIDS tidak menderita tuberkulosis. Hasilnya menunjukan bahwa
sebagian besar pasien HIV/AIDS yang menderita tuberkulosis di Rumah Sakit Royal
Prima Medan di dominasi oleh jenis kelamin pria dengan rata-rata kategori usia
34,92 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah,
E. K., Rahman, R. I. I. A., Nugrahini, L., & Dewi, L. Y. A. N. (2022).
Karakteristik pasien HIV/AIDS koinfeksi tuberkulosis paru di Rumah Sakit XYZ
Buleleng. Health Sciences and Pharmacy Journal, 6(2), 49�54.
Chakaya, J., Khan, M.,
Ntoumi, F., Aklillu, E., Fatima, R., Mwaba, P., Kapata, N., Mfinanga, S.,
Hasnain, S. E., & Katoto, P. D. M. C. (2021). Global Tuberculosis Report
2020�Reflections on the Global TB burden, treatment and prevention efforts.
International Journal of Infectious Diseases, 113, S7�S12.
Dafitri, I. A., Medison, I.,
& Mizarti, D. (2020). Laporan Kasus TB Paru Koinfeksi HIV/AIDS. Jurnal
Kedokteran YARSI, 28(2), 21�31.
Deliananda, S. S., &
Azizah, R. (2022). Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru di Indonesia Tahun
2014-2021: Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 5(9), 1054�1062.
Haryani, L. (2023). Gambaran
Faktor Risiko Pasien HIV dengan Tuberkulosis di RSUD Kota Bogor. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 7(2), 7.
Khariri, K. (2020).
Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) pada Sputum dengan Metode Pewarnaan Ziehl
Neelsen (ZN) untuk Diagnosis TB Paru. Prosiding Seminar Nasional Sinergitas
Multidisiplin Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, 3, 132�139.
Marlinda, Y., & Azinar,
M. (2017). Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Journal of Health Education,
2(2), 185�193.
Nazara, N. A., Soekardi, A.,
& Lubis, Y. E. P. (2024). Hubungan Derajat Lesi Radiografi Toraks Pada
Pasien TBC Paru Dewasa Disertai DM Tipe II Terkontrol Dengan Kadar Hemoglobin
Di Rumah Sakit Royal Prima Kota Medan. GALENICAL: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan
Mahasiswa Malikussaleh, 3(4), 122�131.
Olivier, M., Mulangu, M. A.,
Ngama, K. C., Musung, J. M., Wembonyama, S. O., & Numbi, L. O. (2019).
Tuberculosis and HIV co-infection in Congolese children: risk factors of death.
The Pan African Medical Journal, 33.
Rahma, G., Yulia, Y., &
Handiny, F. (2024). Determinan Kejadian HIV AIDS pada Populasi Kunci di
Indonesia: Systematic Review. JIK JURNAL ILMU KESEHATAN, 8(1), 158�165.
Rohmah, Z. M., &
Sumiatin, T. (2023). Pengetahuan dan Perilaku Hubungan Seksual pada Penderita
Hiv/Aids di Poli VCT RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Jurnal Pendidikan Tambusai,
7(3), 20458�20463.
Setiawan, H. (2020).
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2. Universitas Hasanuddin.
Widyaningrum, L. N.,
Widyaningrum, L. N., Dwi Wahyu Indriati, D. W. I., Diyantoro, D., & Aliyah
Siti Sundari, A. S. S. (2022). Profile of HIV/AIDS Patients Coinfected with
Tuberculosis in Ibnu Sina District Hospital, Gresik, East Java, Indonesia. Journal
of Vocational Health Studies, 6(2), 102�106.
Wondmeneh, T. G., &
Mekonnen, A. T. (2023). The incidence rate of tuberculosis and its associated
factors among HIV-positive persons in Sub-Saharan Africa: a systematic review
and meta-analysis. BMC Infectious Diseases, 23(1), 613.
�Yayasan KNCV Indonesia. (2022). Laporan Kasus
Tuberkulosis (TBC) Global dan Indonesia 2022 | Yayasan KNCV Indonesia. Yayasan
KNCV Indonesia, November, 4�10.
https://yki4tbc.org/laporan-kasus-tbc-global-dan-indonesia-202