SEJARAH BERDIRI DAN
BERKEMBANGNYA PGRI DARI MASA KOLONIAL SAMPAI REFORMASI� (1912-1998)
Darmawan Rahmadi
Universitas Indraprasta PGRI
E-Mail:
[email protected]
kata kunci: sejarah berdiri dan berkembangya pgri, kolonial,
reformasi. keywords: history of the establishment and development of
pgri, colonial, reformation. |
|
ABSTRAK |
|
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Bedirinya dan berkembangnya PGRI pada masa Kolonial,
masa Kemerdekaan, Sejarah perkembangan PGRI pada
masa Orde lama, Orde Baru sampai masa Reformasi. Metode penelitian
yang digunakan adalah� metode penelitian sejarah. dengan teknik pengumpulan sumber yang diambil dari berbagai sumber di Arsip Nasional, Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan Pusat UI, dan Perpustakaan Unindra, Kantor
PGRI serta Wawancara.
Hasil Penelitian menujukan
bahwa pertama Pada kongres pertamanya di kota Magelang tanggal 12 februari 1912, terbentuklah kepengurusan besar PGHB lalu tanggal 24 � 25 November 1945 melahirkan
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sejak saat itu
PGRI lahir sebagai wadah perjuangan kaum Guru untuk turut serta menegakkan
dan mempertahankan serta mengisi Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka. kedua Pada awal pendirian sampai pada masa Orde Lama, Orde Baru dan
Reformasi PGRI selalu mengalami
perekembangan dalam berbagai hal terutama yang menyangkut kepentingan guru dan pendidikan.
Ketiga PGRI dari awal pendirian sampai masa reformasi memiliki peranan yang berbeda beda. Peranan yang paling penting PGRI adalah ikut melahirkan Undang � undang guru dan dosen. keempat Tantangan PGRI dari awal pendirian sampai masa reformasi PGRI selalu
mengalami tantangan yang berbeda - beda tantangan yang paling berat adalah pada masa demokrasi terpimpin.. This study aims to
determine the history of the establishment and development of PGRI during the
Colonial period, the Independence period, the history of the development of
PGRI during the Old Order, New Order to the Reformation period. The research
method used is the historical research method. with source collection
techniques taken from various sources in the National Archives, National
Library, UI Central Library, and Unindra Library,
PGRI Office and Interviews. The results of the study indicate that first, at
its first congress in the city of Magelang on
February 12, 1912, the PGHB executive board was formed, then on November
24-25, 1945, the Indonesian Teachers Association (PGRI) was born. Since then,
PGRI was born as a forum for the struggle of teachers to participate in
upholding, maintaining and filling the independent
Unitary State of the Republic of Indonesia. second, from its inception to the
Old Order, New Order and Reformation, PGRI has always experienced
developments in various matters, especially those concerning the interests of
teachers and education. Third, PGRI from its inception to the reformation
period has had different roles. The most important role of PGRI is to help
create the Teachers and Lecturers Law. The fourth challenge of PGRI from its
inception to the reform era, PGRI has always experienced different
challenges, the most difficult challenge was during the guided democracy era.. |
|
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an
open access article under the CC BY-SA license. |
PENDAHULUAN
Pada gerakan guru di Indonesia dapat ditelusuri
sejak penjajahan Portugis. Sekolah yang pertama kali didirikan oleh orang-orang
Portugis adalah di pulau Ambon pada tahun 1536 (Hoesein &
Supriadi, 2003).
Pada era penjajahan Portugis ini gerakan guru atau
organisasi guru sudah terbentuk, di mana mereka umumnya para pengemban agama
Katholik yang ikut serta dalam misi penjajahan Portugis.
Mereka terdiri dari orang-orang Katholik Ordo
Jesuit dan Dominikan. Oleh karenanya, organisasi guru ini sering di sebut
gerakan guru Ordo Jesuit dan Dominikan. Gerakan guru-guru katholik ini mampu
mentransmisikan pendidikan dan ajaran agama katholik diterima penduduk
setempat. Gerakan Guru Ordo Jesuit dan Ordo Dominikan. Saat itu kuat dengan
pendidikan berbasis agama khatolik.
Pada era penjajahan Inggris, pendidikan dan gerakan
guru tidak terorganisir karena pemerintahan Raffles lebih memfokuskan pada
usaha pengembangan penelitian tentang Jawa. Gerakan guru era penjajahan Belanda
ditandai dengan munculnya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang kemudian
berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Inilah cikal bakal
munculnya organisasi guru yang kita kenal kemudian sebagai PGRI.
Sejarah organisasi guru pada zaman penjajahan
Belanda dimulai pada tahun 1894, yaitu dengan dibentuknya organisasi kaum
pekerja upahan pertama oleh para guru sekolah dasar dan menengah Belanda (Tedjasukmana, 2008).
Asosiasi para guru ini dikenal dalam nama
Nederlandsch-Indisch Onderwijzers Genootschap (NIOG). Organisasi ini
mempertahankan sifat khusus Belandanya, meski demikian organisasi ini seperti
dijelaskan Tedjasukmana dalam studinya tentang gerakan buruh di Indonesia tidak
pernah memainkan suatu peranan penting dalam gerakan buruh Indonesia. Saat itu,
Dengan dikeluarkannya para guru Belanda dari
sekolah-sekolah publik setelah berdirinya Republik, NIOG menjadi suatu serikat
para guru yang kecil di sejumlah sekolah swasta Belanda. Pada tahun 1956, NIOG
terdaftar pada Kementrian Perburuhan yang mempunyai enam cabang dengan anggota
320 individu. Tentu saja, dalam konteks gerakan guru Indonesia, kehadiran NIOG
menjadi peletak dasar munculnya gerakan guru di tanah air.
Pada tahun 1912 dengan berdirinya Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB) yang diketuai oleh Karto Soebroto. Organisasi ini
bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa,
Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang
berbeda- beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka
II.
Pada abad 17 dan 18 Indonesia dijajah oleh Belanda.
Selama Belanda berkuasa dan menjajah, pendidikan di Indonesia pilih kasih dan
tidak berkembang. Pendidikan diutamakan kepada orang asing dan kaum pedagang
serta anak-anak pegawai Belanda saja.
Pada waktu itu, pendidikan yang ada dilaksanakan
oleh pemerintah Belanda yang guru-gurunya dirangkap oleh para pejabat gereja.
Format pendidikan yang dikelola oleh rakyat harus seizin Belanda dan
pengelolaannya dibebankan kepada rakyat. Dan menurut analisa ahli sejarah, yang
membentuk rasa nasionalisme bangsa Indonesia pada waktu itu adalah
diperbolehkannya bahasa Melayu dipakai dalam bahasa pengantar sekolah.
Namun, mutu guru pada masa ini hanya pada tingkat
membaca, menulis dan berhitung saja. Pada masa ini, berdirinya sekolah hanya
sekedar untuk memberantas buta huruf saja. Dari bentuk-bentuk sekolah rakyat
atau sekolah desa itu berkembang berkat kegigihan putra putri bangsa yang
pernah mendapat pendidikan yang baik, turut memberikan konstribusi dalam
peningkatan pendidikan di Indonesia.
Diantaranya seperti Ki Hajar Dewantara dengan
sekolahnya Taman Siswa, Ki Haji Ahmad Dahlan dengan sekolahnya Muhammadiyah,
dan beberapa tokoh lainnya yanng berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan
di Indonesia pada waktu itu. Sejak itu, lahirlah pergerakan-pergerakan bangsa
yang bersifat Kebangsaan dan Keagamaan untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Peranan guru telah menunjukan dedikasinya untuk mencerdaskan bangsa
dan mewujudkan cita-cita membebaskan rakyat dan tanah airnya dari tangan penjajah.
Banyak tokoh nasional yang berasal dari kalangan guru, seperti : KH. Ahmad
Dahlan, Ki. Hajar Dewantara, Moh. Syafe�i, Jenderal Soedirman, Jenderal A.H.
Nasution, dll.
Begitu Proklamasi diumumkan oleh pakar Proklamator
Soekarno-Hatta, 100 hari kemudian lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) setelah disepakati secara nasional pada Kongres pertama Guru-guru
Indonesia di Surakarta (Kota Solo), Jawa Tengah pada tanggal 25 November 1945.
Lahirnya PGRI telah membawa persatuan dan kesatuan para guru dan tenaga
kependidikan diseluruh Indonesia, sehingga menghapuskan segala bentuk
perpecahan diantara kelompok guru. Peserta Kongres PGRI menunjuk Ketua Umum
(KETUM) Pengurus Besar PGRI yaitu Amin Singgih.
Revolusi Indonesia telah merubah tatanan
kehidupan Bangsa Indonesia termasuk bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi
dalam bidang pendidikan tidak hanya yang bersifat mendasar yaitu menyangkut
penyesuaian dengan cita-cita dari suatu bangsa dan atau Negara yang baru
merdeka. Namun, Panitia Penyelidik Pengajaran yang di ketuai oleh Ki Hajar
Dewantara telah berhasil merumuskan landasan idiil yaitu Pancasila, tujuan
pendidikan, sistem sekolah serta kesempatan belajar bagi rakyat dan bangsa
Indonesia.
Tujuan pendidikan pada masa revolusi dirumuskan
bahwa pendidikan bertujuan mendidik warga negara yang sejati, bersedia
menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk Negara dan Masyarakat
Pada awal kemerdekaan, pendidikan Indonesia lebih menekankan kepada bagaimana
menanamkan rasa nasionalisme dan berjiwa patriotisme untuk mempertahankan
kemerdekaan
Pada masa awal-awal perjuangan PGRI adalah melalui
bangku sekolah-sekolah dan luar sekolah serta melalui partisipasi langsung
dalam perlawanan fisik kepada pihak Belanda yang ingin kembali menjajah
Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya PGRI selalu menjadi wadah perjuangan
nasib guru � guru di Indonesia sampai masa Reformasi saat ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat Tesis
dengan tema dan judul Sejarah Berdiri Dan Berkembangnya PGRI Dari Masa Kolonial
Sampai Reformasi (1912 � 1998).� Maka
penulis akan lebih memperjelas pembahasanya dalam tesis ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melalui
metode dan metodologi dalam penelitian sejarah adalah dua fase kegiatan yang
berbeda untuk tugas yang sama. Sartono Kartodirdjo, seperti yang dikutip Helius
Sjamsudin membedakan antara metode sebagai �bagaimana orang memperoleh
pengetahuan� (How to Know) dan metodologi sebagai �mengetahui bagaimana harus
mengetahui� (to know how to know), (Sjamsudin, 2007:14). Dengan demikian jika
diterapkan dalam proses penelitian sejarah, metode sejarah adalah �bagaimana
mengetahui sejarah�, sedangkan metodologi sejarah ialah �mengetahui bagaimana
sejarah� (Abdurrahman, 1999:55-58). Penulisan penelitian� ini menggunakan metode sejarah dengan
melakukan tahapan heuristik, verifikasi, intepretasi, dan histioriografi
(Gottschalk, 1985:57).
Teknik Pencatatan Data Pada tahap ini penulis menggunakan teknik
pencatatan data yang lazimnya digunakan dan sekaligus diistilahkan dengan
sebutan heuristik. Dengan langkah ini penulis melakukan pencarian berbagai
jenis buku yang bisa mengungkapkan keterangan tentang kejadian masa lalu.Dalam
menulis sejarah dibutuhkan sumber yaitu data � data sejarah. Sumber sejarah
dibagi dua, yaitu sumber tertulis (dokumen) dan tidak tertulis (artifact).
Adapula sumber lisan dan sumber kuantitatif. Dari data yang telah dikumpulkan
maka penulis melakukan selektifitas data melalui kritik sumber. Ada dua macam
kritik sumber. Ada dua macam kritik sumber yaitu kritik ekstern dan kritik
intern. Kritik ekstern untuk menilai otentitas data dan sumber. Sedangkan
kredibilitas data melalui kritik intern (kuntowijoyo, 2004:45) Data yang dicari
dan dicatat oleh penulis berupa data primer dan data sekunder dalam hal ini
penulis harus cermat memilih buku � buku sumber untuk dimasukan ke data
sekunder. Data sekunder adalah sumber yang diolah oleh seseorang atau tulisan
dan karangan yang tidak lagi sumber pertama. Lalu penulis menyusun
kembali secara sistematis maupun kronologis. Sehingga dengan cara seperti itu
dapat diperoleh suatu gambaran yang dapat mengungkapkan keterangan secara
menyeluruh dari penulisan penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data. Pada tahap ini penulis melakukan upaya� pengumpulan data untuk memberi jaminan
obyektivitas hasil penelitian, maka digunakan teknik dan alat pengumpulan data,
dengan memperhatikan pendapatnya. Teknik dan alat pengumpulan data yang tepat
dalam suatu penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara
valid dan realible, yang pada giliranya akan memungkinkan dirumuskannya
generalisasi yang obyektif.� Pada penelitian ini penulisan teknik penelitiannya
berdasarkan kepala studi kepustakaan. Teknik pencatatan data pada tahap ini
penulis menggunakan teknik pencatatan data yang lazimnya digunakan dan
sekaligus diistilahkan dengan sebutan heuristik. Dengan langkah ini penulis
melakukan pencarian berbagai jenis buku yang bisa mengungkapkan keterangan
tentang kejadian masa lalu.� Teknik
Analisis Data Pada tahap ini penulis melakukan penelitian dengan dua jenis
teknik analisis data, yaitu deskripsi eksploratif dan deskripsi analitis.
Deskripsi eksploratif digunakan dalam tahap pembacaan buku sejarah secara
intensif untuk menjaring data yang dibutuhkan. Deskripsi analitis diterapkan
guna mengkaji, mengeksplisitkan dan mensistematikan data yang telah dijaring.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persatuan Guru Republik Indonesia lahir karena, guru-guru bangkit dan mulai
berorganisasi untuk melahirkan kesamaan hak dan posisi dengan orang Belanda.
Pada tahun 1912, lahirlah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang kemudian
pada tahun 1932 berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Begitu
Proklamasi diumumkan oleh pakar Proklamator Soekarno-Hatta, 100 hari kemudian
lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) setelah disepakati secara
nasional pada Kongres pertama Guru-guru Indonesia di Surakarta (Kota Solo),
Jawa Tengah pada tanggal 25 November 1945�
melahirkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sejak saat itu PGRI
lahir sebagai wadah perjuangan kaum Guru untuk turut serta menegakkan dan
mempertahankan serta mengisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka.
Nama PGRI sendiri diberikan oleh utusan dari Jawa Barat yang berjiwa
unitaristis yang saat itu bergabung dalam Persatuan Guru Seluruh Priangan
(PGSP). (PGRI, 2008:39)
PGRI pada masa Orde lama dibagi menjadi dua bagian masa demokrasi liberal
dan demokrasi terpimpin. Pada masa demokrasi liberal PGRI menghasilkan
keputusan dalam kongres yang di Bandung diantaranya: Menyelesaikan pelaksanaan
penyesuaian gaji pegawai berdasarkan PP yang ditetapkan, Menyelesaikan upaya
pemberian penghargaan kepada kepada golongan Cooperator dan Non Cooperato,
Mendesak Pemerintah agar menyusun peraturan gaji baru, Mendudukkan wakil PGRI
dalam panitia penyusunan peraturan gaji baru. untuk mencapai tujuan organisasi
PGRI terus menerus menata organisasi dan mengonsolidasi semua potensi yang ada
sehingga mampu menampung aspirasi Guru. (YPLP/PPLP PGRI, 2012 : 15)
�PGRI pada masa Demokrasi Terpimpin
adalah pada masa ini PGRI mengalami keguncangan diakibatkan pada Kongres IX
PGRI di Surabaya bulan Oktober/November 1959, Soebandri dkk. melancarkan� politik adu domba diantara para peserta
kongres, terutama pada waktu pemilihan umum.�
Kali ini pun usaha tersebut tidak berhasil, dan M.E. Subiadinata
terpilih kembali sebagai ketua umum PB PGRI. Politik adu domba dilanjutkan
kembali pada kongres yang ke X di Gelora Bung Karno, Jakarta 1962.� Soebrandri dkk. melancarkan usaha keji dengan
mengedarkan selebaran untuk memfitnah M.E. Subiadinata dengan menyatakan bahwa
ia anti manipol usdek sebagai dasar PGRI. (Yunus , 2003, 34)
PGRI� masa� Orde Baru�
pada masa ini ikut serta dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangunan nasional, menyusun konsep
pendidikan nasional dan membangun lembaga � lembaga pendidikan yang bernaung di
bawah YPLP � PGRI. Perkembangan PGRI pada masa reformasi bahwa organisasi ini
adanya� tantangan dan tuntutan reformasi
dimana PGRI harus beradaptasi dan mewujudkan dirinya sebagai the learnig organization (organisasi
pembelajar).
Peranan PGRI pada awal berdiri adalah Para Guru saat itu bukan hanya memberikan pelajaran didalam kelas, tetapi
juga sebagai pengobar api perjuangan melawan NICA (Belanda) dan Sekutu demi
tegaknya kemerdekaan. Dalam usaha meningkatkan pendidikan mulai dilaksanakan
dengan bernafaskan, peralihan dari pendidikan yang bersifat kolonial ke
pendidikan Nasional. sebagai media organisasi dan meningkatkan komunikasi, maka
pada tahun 1948 PGRI mulai menerbitkan majalah Guru sasana, yang kemudian
berubah menjadi majalah suara Guru sampai sekarang. (Hadiatmdja,dkk. 2000:24).
Peranan PGRI pada masa Demokrasi
Liberal adalah� ketika Soedjono, Ketua
Umum PB PGRI Menghasilkan konsep PGRI tentang pendidikan nasional dan upaya
mengatasi kekurangan guru. Peranan PGRI pada masa Demokrasi Terpimpin adalah
PGRI pada masa ini salah satunya bahwa pada bidang ketenagakerjaan yaitu PGRI
mendirikan PSPN (Persatuan Serikat Pekerja Pegawai Negeri), Peranan PGRI pada
masa Orde Baru adalah menegaskan bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar dan
falsafah negara sebagaimana tercantum di dalam pembukaan UUD 1945, Menuntut
diaktifkannya kembali 27 orang pejabat tinggi kementrian P dan K yang dipecat.
Menyusun konsep pendidikan nasional yaitu sumbangan pemikiran PGRI dalam upaya
menyusun konsep sistem pendidikan nasional melalui kongres XIV telah melahirkan
beberapa keputusan, diantaranya keputusan NO. 001/KPTS/KGIUXIV/1979 tentang:
Usaha Meningkatkan Satu Sistem Pendidikan Nasional yang antap dan Terpadu �
selain itu disampaikan pula pernyataan tentang �Pembaharuan Sistem Pendidikan
Nasional�. Adapun secara pribadi dapat disebutkan nama � nama Seperti : H.
Basyuni, Suryamiharja, Drs. Gazali, Prof Dr Winarno Surahmad M.Sc. Ed, Dra.
Mien S. Warman, Ki Suratman, Dr Anwar yasin, M.Ed dan lain � lain. Mereka
adalah orang � orang yang diminta sumbangan pikiranya oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terutama dalam mendiskusikan dan
menyusun rumusan sistem pendidikan nasional dari waktu � waktu. (YPLP/PPLP
PGRI, 2012 : 29)
Peranan PGRI pada masa Reformasi adalah bahwa
PGRI turut serta membidangi beberapa bidang salah satunya melahirkan undang �
undang guru dan dosen diawali undang � undang sikdiknas terlebih dahulu tahun 2003 dan undang � undang
guru dan dosen terus lahirkan tunjangan sertifikasi guru. (Wawancara dengan Dr.
M. Qudrat Nugraha, M.Si, Tanggal 4 Februari 2019)
PGRI pada masa awal berdiri� mengalami tantangan yaitu adanya kedatangan
sekutu yang ingin
merebut kembali Indonesia dan PGRI harus ikut dalam� mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia.� Tantangan PGRI pada masa
demokrasi liberal adalah tantangan��
memenuhi kebutuhan guru dan perbaikan nasib guru. Tantangan PGRI pada
masa Demokrasi Terpimpin adalah
adanya pengaruh Komunis yang masuk ke dalam tubuh PGRI dengan munculnya PGRI
Non � Vaksentral. Tantangan PGRI pada masa Orde Baru yaitu terkait dengan
kebijakan politik dan pemerintah
pada masa ini bahwa dimasa Orde Baru PGRI organisasi profesi guru di Indonesia,
yang telah menentukan sikap politiknya untuk menyalurkan aspirasi politiknya
melalui Golkar. Tantangan PGRI di masa reformasi ialah tantangan cyber
paedagogis bagaimana PGRI bisa beradaptasi dengan zamanya agar guru bisa
mengajar zaman milenial.
KESIMPULAN
Pada tanggal 12 februari 1912, terbentuklah kepengurusan besar Persatuan
Guru Hindia Belanda. Perkembangan berikutnya PGHB berganti nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1933. Lalu tanggal 25 November 1945
lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Nama PGRI sendiri diberikan
oleh utusan dari Jawa Barat yang berjiwa unitaristis yang saat itu bergabung
dalam Persatuan Guru Seluruh Priangan (PGSP). PGRI pada masa masa Orde Lama
seperti� pada masa demokrasi liberal
mendesak pemerintah agar menyusun peraturan gaji baru, PGRI pada masa Demokrasi
Terpimpin adalah pada masa ini PGRI mengalami keguncangan akibat adanya PGRI
Non - Vaksentral. PGRI� masa� Orde Baru�
pada masa ini ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
pembangunan nasional, menyusun konsep pendidikan nasional dan membangun lembaga
� lembaga pendidikan yang bernaung di bawah YPLP � PGRI. Perkembangan PGRI pada
masa reformasi bahwa organisasi ini adanya�
tantangan dimana PGRI harus beradaptasi dan mewujudkan dirinya sebagai
the learnig organization (organisasi pembelajar). Peranan PGRI pada awal
berdiri adalah pengobar api perjuangan melawan NICA (Belanda) dan Sekutu demi
tegaknya kemerdekaan.� Peranan PGRI pada
masa Demokrasi Liberal adalah menghasilkan konsep PGRI tentang pendidikan
nasional dan� mengatasi kekurangan guru.
Peranan PGRI pada masa Demokrasi Terpimpin adalah PGRI mendirikan PSPN
(Persatuan Serikat Pekerja Pegawai Negeri), Peranan PGRI pada masa Orde Baru
adalah menegaskan bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara
menuntut agar organisasi PGRI Non � Vaksentral, serta Peranan PGRI pada masa
Reformasi adalah melahirkan undang � undang guru dan dosen serta lahirkan tunjangan
sertifikasi guru. Tantangan PGRI pada masa awal berdiri adalah kedatangan
sekutu yang ingin merebut kembali Indonesia. Tantangan PGRI pada masa demokrasi
liberal adalah memenuhi kebutuhan guru dan perbaikan nasib guru. Tantangan PGRI
pada masa Demokrasi Terpimpin adalah adanya pengaruh Komunis yang masuk ke
dalam tubuh PGRI dengan munculnya PGRI Non � Vaksentral. tantangan PGRI pada
masa Orde Baru yaitu terkait dengan kebijakan politik dan pemerintah pada masa
ini� untuk menyalurkan aspirasi politiknya
melalui Golkar. serta tantangan PGRI pada masa reformasi adalah tantangan cyber
paedagogis bagaimana PGRI bisa beradaptasi dengan zamanya untuk guru � guru
bisa mengajar zaman milenial.
DAFTAR RUJUKAN
Hoesein, A.
A., & Supriadi, D. (2003). Guru di Indonesia: pendidikan, pelatihan dan
perjuangannya sejak zaman kolonial hingga era reformasi. (No Title).
Tedjasukmana,
I. (2008). Watak politik gerakan serikat buruh indonesia. -.
Abdurahman, Dudung. 1999. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogjakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu.
Ali, R. Moh. 1963.
Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Jakarta: Bhratara
Alwi, Hasan dkk. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
Basyuni Suriamiharja.
2003. Perjalanan PGRI (1945-2003).
Brata Trisnu
Nugroho.2006. Prahara Reformasi Mei 1998. Semarang: UPT UNNES Press,2006.
Depdikbud. Pendidikan di Indonesia 1900-1942
Emporium Sampai Imperium. Yogyakarta: Ombak.
Gottschalk, Louis. 2006. Mengerti
Sejarah terjemahan Nugroho Notosusanto.
Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Perss).
Hadi Supeno. 1995.� Potret Guru. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Hadiatmadja, R.A. Soepardi., dkk., 2000. Pedidikan sejarah perjuangan PGRI (PSP-
PGRI), Jilid II, III, IV, V. Semarang : IKIP PGRI
�Haryatmoko, 2008. �Menuju
Orientasi Pendidikan Humanis dan Kritis�, dalam bukuMenemukan Kembali
Kebangsaan dan Kebangsaan, Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika,
Hasan Basri Hosen. 2010.
Bahan Ajar KePGRIan. Padang : Sekretariat PGRI Provinsi Sumatera Barat
Helius Sjamsuddin. 1993.
Sejarah Pendidikan Di Indonesia zaman kemerdekaan (1945-1950). Depdikbud.
Jakarta.
I.Djumhur dan H.
Danasuparta. Sejarah Pendidikan. Bandung.
I.J. Brugmans.�
1938. Geschiedenis van het Onderwijs
in Nederlands-Indie. Groningen: J.B. Wolters.
Kartini, Kartono, 1997.
Tujuan Pendidikan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
Kartodirdjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 (Dari Emporium Sampai Imperium) Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia.
Kartodirdjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari
Khairuddin.2008. Pendidikan Di zaman Belanda.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng
Budaya.
Leirissa. 1999.
Metodologi Strukturis dalam Ilmu Sejarah. Jakarta : Program Ilmu Pasca Sarjana
UI.
M. Rusli Yunus, et.al.,
2003. Perjalanan PGRI (1945-2003) Menyongsong Kongres XIX PGRI di Semarang,
8-12 Juli 2003. Jakarta: PB. PGRI.
M.C. Ricklefs, 2005.
Sejarah Indonesia Modern, Jakarta : PT SERAMBI ILMU SEMESTA.
Moh. Yamin, 2009
Menggugat Pendidikan Indonesia. Jogjakarta: Ar Ruz.
Nasution, S. 2008.
Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
�PB PGRI. 1988. Risalah dan Keputusan Kongres
XVIII PGRI di Lembang. Jakarta : PB PGRI
PB. PGRI. PGRI Dari Masa
ke Masa. 1984.� Jakarta:YPLP-PGRI Pusat.
_____ (1998). Reformasi
Pendidikan dan PGRI Memasuki Era baru Abad XXI. PB PGRI : Jakarta
�_____ (2008). Risalah dan Keputusan Kongres XX
PGRI di Palembang. PB PGRI .� Jakarta
�_____ (2008). Seratus Tahun Perjuangan Guru
Indonesia. PB PGRI dan Depdiknas RI. Jakarta
�_____ (2009). Sejarah Singkat PGRI. PB PGRI.
Jakarta
Pergerakan Nasional.
Jakarta: PT Gramedia
Poerbakawatja, Soegarda. 1970. Pendidikan
Dalam Indonesia Merdeka. Jakarta : Gunung
Agung.
Poerdawarminta, w.j.s. 1986.� Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Poesponegoro, Marwati Djoened. & Nugroho Notosusanto.
2008. Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di
Indonesia (1700-1900) Edisi Pemutakhiran.
Jakarta:
Balai Pustaka.
Rianti, Nugroho, 2008
Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Ricklefs, M.C., 2008.�
Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.�
Jakarta
: PT.Ikrar
Rohman, Dedi. 2013.
Sejarah Pendidikan di Indonesia.
Rustam E. Tamburaka.
(1999). Pengantar Ilmu Sejarah: Teori Filsafat Sejarah, Sejarah
S. Nasution, 1987. Sejarah Pendidikan Indonesia,
Bandung: Jemmars.
Sartono, Kartodirdjo. 1969 �Struktur Sosial dari Masyarakat Tradisional dan Kolonial�, Lembaran Sejarah,
Universitas Gadjah Mada.
Savitri Prastiti Scherer
1985. Keselarasan dan Kejanggalan. Jakarta:Sinar Harapan.
Sjamsudin, Helius. 2007.
Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Soegarda Poerbakawatja. Pendidikan
Dalam Alam Kemerdekaan Indonesia. Jakarta:Gunung Agung,
Somarsono, Moestoko.
1986. Sejarah Pendidikan dari jaman kejaman. Balai pustaka. Jakarta.
Sondarika, Wulan. 2015.
Dampak Tanam Paksa bagi Masyarakat Indonesia,
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap
Indonesia. Yogyakarta: Diva Press.
Sugono, Dendi, dkk.
2008. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Sumarsono, Mestoko.
Pendidikan di Indonesia, Dari Jaman ke Jaman. Jakarta: Depdikbud.
Sunal, C.S. & Haas,
M. (1993). Social Studies and the
Elementary/Middle School�
Student. Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers.
YPLP/PPLP PGRI Pusat.2011.Pendidikan
Sejarah Perjuangan dan Jatidiri
PGRI. Jakarta : YPLP/PPLP PGRI Pusat
Zulkarnain. 2010. Sejarah Sosial
Ekonomi,
Rahmat Hidayat, Dinamika Sosial Gerakan Guru di Indonesia Pasca Orde Baru. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
Vol 17, Nomor 3 Mei 2011
Ahmad Kosasih, Perjuangan Organisasi Guru Di Masa Revolusi
Sejarah PGRI Di Awal Pendiriannya. Jurnal
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 2 Agustus 2016, hal. 91-103
Dwijdja Oetomo (Surat
Kabar Yogyakarta). �Keloeh Kesah Bangsa Goeroe-goeroe�, 25 April 1914.)�
Surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda, No. 8
tanggal 15 November 1913, Arsip Nasinal
Dr. M. Qudrat Nugraha, M.Si, (Sekjen
PGRI Pusat) Tanggal 4 Februari
2019