1Ivanne
Tri Hendriati, Syamsuri2, Sumiyarno3
12Universitas
Padjadjaran, Bandung, Indonesia
3BKSDA Jawa Tengah
Email: 1[email protected], 3[email protected]
Kata
kunci: biodiversitas,
suaka margasatwa, gunung tunggangan Keywords: biodiversity,
wildlife sanctuaries, mount mountains |
|
ABSTRAK
|
|
Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan
memiliki keanekaragaman hayati, flora yang didominasi pohon dan fauna,
mencakup: burung, mamalia, reptil, amfibi, dan berbagai serangga.
Biodiversitas fauna yang seringkali dijumpai di dalam kawasan adalah kelompok
burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan dan satwa
liar yang masih dijumpai di dalam kawasan. Monitoring satwa liar di dalam
kawasan SM Gunung Tunggangan dilakukan secara berkala dari tahun 2022 hingga
saat ini. Sebanyak 72 spesies pohon dari 27 famili tumbuh tersebar di dalam
kawasan penyusun, beberapa diantaranya merupakan spesies bernilai komersial,
yakni: Sonokeling (Dalbergia latifolia), cendana (Santalum album), jati
(Tectona grandis), dan 7 jenis bambu. Teridentifikasi 54 spesies burung yang
berasal dari 31 famili, 6 mamalia besar, 2 mamalia kecil, 18 herpetofauna,
dan 7 diantaranya termasuk satwa yang dilindungi, yakni: Elang Alap Jambul,
Elang Brontok, Elang Ular Bido, Sikep Madu Asia, Landak Jawa, Kijang, Trenggiling,
dan Kuwuk. Gunung Tunggangan Wildlife
Sanctuary has biodiversity, flora dominated by trees and fauna, including:
birds, mammals, reptiles, amphibians, and various insects. The fauna
biodiversity that is often found in the area is a group of birds. This study
aims to identify plants and wildlife that are still found in the area.
Wildlife monitoring in the SM Gunung Tunggangan area is carried out
periodically from 2022 to date. A total of 72 tree species from 27 families
grow in the constituent area, some of which are species of commercial value,
namely: Sonokeling (Dalbergia latifolia), sandalwood (Santalum album), teak
(Tectona grandis), and 7 types of bamboo. It was identified that 54 species
of birds came from 31 families, 6 large mammals, 2 small mammals, 18 herpetofaunas,
and 7 of them were protected animals, namely: Crested Eagle Eagle, Brontok
Eagle, Bido Snake Eagle, Asian Honey Eagle, Javanese Porcupine, Antelope,
Pangolin, and Kuwuk. |
|
Ini adalah artikel akses terbuka
di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article
under the CC BY-SA license. |
Suaka Margasatwa Gunung
Tunggangan yang terletak pada 111�6ʹ32ʺ- 111�7ʹ17ʺ BT dan 7�30ʹ23ʺ-7�31ʹ21ʺ LS sebagai kawasan
suaka margasatwa sesuai dengan mandat Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.359/Menhut-II/2004 tanggal
1 Oktober 2004 (Hidayat et al., 2016), kawasan ini memiliki kelimpahan biodiversitas dan keunikan
ekosistem (Al Ghazi et al., 2024). Eksistensinya berperan esensial untuk
melindungi habitat dan populasi keanekaragaman satwa liar sekaligus
sebagai daerah tangkapan air (catchment area) disekitarnya (Laom et al., 2024).
Kawasan ini berbatasan langsung dengan ladang,
perkebunan, pemukiman, dan areal
lahan bekas PTPN (FAKHRONI, 2024). Aktivitas merumput masyarakat sekitar
kawasan masih dijumpai di luar
kawasan (Ratu et al., 2024). Demikian pula aktivitas pembakaran ladang
yang berdekatan dengan kawasan yang berpeluang menyebabkan kebakaran hutan ketika kemarau panjang (Nahdi, 2014). Hal ini dapat menimbulkan degradasi yang mengganggu keseimbangan ekosistem hutan
dan berpengaruh terhadap kelestarian satwa liar di dalam kawasan SM.
Gunung Tunggangan (Noverita et al., 2019).
Mengingat pentingnya fungsi kawasan sebagai
perlindungan dan pelestarian satwa liar sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya dinilai
penting untuk dilaksanakan identifikasi biodiversitas satwa liar di SM. Gunung Tunggangan
(Setiawan et al., 2022). (Uhra,
2020) Melalui monitoring satwa liar dapat diketahui keanekaragaman satwa liar yang dijumpai di dalam kawasan
sekaligus mengidentifikasi
keberadaan satwa liar dilindungi oleh Permenlhk Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi dan status kelangkaan satwa menurut Red List of Threatened
Species IUCN (International Union for
Conservation of Nature and Natural
Resources) serta status perdagangan dalam Appendix CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
(Nugraha, 2023).
Penelitian dilaksanakan secara berkala, dimulai
September 2022 hingga saat ini
berlokasi di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan. Metode penelitian menggunakan metode eksplorasi/
metode jelajah kawasan di sepanjang jalur
patroli sampai di site monitoring elang,
diantaranya: blok Gentongplan (di sekitar
randu alas, sengon jawa, katesan), blok Bayanan (kaliandra merah, sengon jawa), blok Menjing (sengon jawa), blok
Jetis (goa landak). Alat yang digunakan berupa
: kamera Canon SX70 HS, laptop dan
perangkat lunak pengolah data berupa Microsoft Office. Pengamatan lebih
efektif dilakukan di pagi atau sore hari saat
randu alas, sengon jawa, petai, katesan, kaliandra merah berbunga dan pohon lainnya
berbuah. Pengambilan data satwa liar dilakukan dengan mencatat perjumpaan satwa liar baik secara langsung
(visual) maupun secara tak langsung (suara, jejak, feses) di dalam kawasan
SM. Gunung Tunggangan disertai dokumentasi.
Dokumentasi satwa ini memudahkan proses identifikasi satwa liar khususnya
spesies burung yang mengacu pada MacKinnon, J et.al (1992).
Selanjutnya identifikasi
herpetofauna menggunakan data sekunder (Anonim).
Habitat Satwa Liar
Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan berada pada
ketinggian + 600 m dpl. Berdasarkan pengamatan diketahui kondisi
kawasan SM. Gunung Tunggangan mencakup
wilayah bukit, lembah dan dataran
dengan topografi landai hingga curam, serta terdapat
aliran sungai. Kawasan ini berada dalam DAS Solo, Sub DAS Sawur dan Sub DAS
Kenatan. Tutupan vegetasi di dalam kawasan
didominasi oleh pepohonan yang tinggi, sebagian rapat, sebagian terbuka.
Site monitoring satwa liar mencakup: a) blok
Gentongplan di sekitar randu alas,
sengon jawa (dari pal 36), katesan (dari pal 16), perbatasan dengan areal ex- PTPN (dari pal 13), b) blok Bayanan di
sepanjang aliran sungai, kaliandra merah, sengon
jawa (dari pal 41/ pal 42), c) blok Menjing di sekitar sengon jawa (dari pal 98), d) blok Jetis di sepanjang menuju
goa landak (dari pal 163). Secara umum vegetasi penyusun
kawasan SM. Gunung Tunggangan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Spesies Pohon Penyusun
Kawasan SM. Gunung
Tunggangan
No |
Nama Lokal |
Spesies |
Famili |
1 |
Kluwek |
Pangium edule |
Achariaceae |
2 |
Pakel/ Bacang |
Mangifera foetida |
Anacardiaceae |
3 |
Rengas |
Gluta renghas |
Anacardiaceae |
4 |
Sirsak |
Annona muricata |
Annonaceae |
5 |
Mentaos |
Wrightia pubescens |
Apocynaceae |
6 |
Aren |
Arenga pinnata |
Arecaceae |
7 |
Rotan |
Calamus spp |
Arecaceae |
8 |
Trenggulun |
Protium javanicum |
Bursaceae |
9 |
Nyamplung |
Calophyllum inophyllum |
Calophyllaceae |
10 |
Secang |
Caesalpina sappan |
Caesalpiniaceae |
11 |
Cemara gunung |
Casuarina junghuniana |
Casuarinaceae |
12 |
Ketapang |
Terminalia
catappa |
Combretaceae |
13 |
Kemiri |
Aleurites moluccana |
Euphorbiaceae |
14 |
Akasia |
Acacia mangium |
Fabaceae |
15 |
Asam jawa |
Tamarindus indica |
Fabaceae |
16 |
Johar |
Cassia siamea |
Fabaceae |
17 |
Kaliandra |
Calliandra calotyrsus |
Fabaceae |
18 |
Kedawung |
Parkia timoriana |
Fabaceae |
19 |
Lamtoro |
Leucaena leucocephala |
Fabaceae |
20 |
Pasang |
Quercus sp |
Fabaceae |
21 |
Petai |
Parkia speciosa |
Fabaceae |
22 |
Sengon laut |
Paraserianthes falcataria |
Fabaceae |
23 |
Sonokeling |
Dalbergia latifolia |
Fabaceae |
24 |
Sonobrit |
Dalbergia latifolia var. |
Fabaceae |
25 |
Sengon jawa |
Albizia chinensis |
Fabaceae |
26 |
Trembesi |
Samanea saman |
Fabaceae |
27 |
Trengguli |
Cassia fistula |
Fabaceae |
28 |
Tekik |
Albizia lebbekoides |
Fabaceae |
29 |
Kayu manis |
Cinnamomum burmannii |
Lauraceae |
30 |
Durian |
Durio zibethinus |
Malvaceae |
31 |
Waru lengis |
Hibiscus tiliaceus |
Malvaceae |
32 |
Walikukun |
Schoutenia ovata |
Malvaceae |
33 |
Randu alas |
Bombax
ceiba |
Malvaceae |
34 |
Kedoya |
Dysoxylum
gaudichaudianum |
Meliaceae |
35 |
Mahoni |
Swietenia
macropyla |
Meliaceae |
36 |
Pancal kidang |
Aglaia
odoratissima |
Meliaceae |
37 |
Katesan |
Toona
calantas |
Meliaceae |
38 |
Suren |
Toona
sureni |
Meliaceae |
39 |
Rampelas |
Ficus
ampelas |
Moraceae |
40 |
Amplas putih |
Ficus
fraseri |
Moraceae |
41 |
Awar-awar |
Ficus
septica |
Moraceae |
42 |
Beringin |
Ficus
benjamina |
Moraceae |
43 |
Beringin Preh |
Ficus
retusa |
Moraceae |
44 |
Bulu |
Ficus
annulata |
Moraceae |
45 |
Benda |
Artocarpus
elasticus |
Moraceae |
46 |
Kluwih |
Artocarpus
camansi |
Moraceae |
47 |
Sukun |
Artocarpus
altilis |
Moraceae |
48 |
Duwet/ Jamblang |
Syzygium
cumini |
Myrtaceae |
49 |
Jambu biji |
Psidium
guajava |
Myrtaceae |
50 |
Jambu hutan |
Psidium
spp |
Myrtaceae |
51 |
Malaka |
Phyllanthus
emblica |
Phyllanthaceae |
52 |
Pinus |
Pinus
merkusii |
Pinaceae |
53 |
Bambu ori |
Bambusa
arundinaceae |
Poaceae |
54 |
Bambu ampel |
Bambusa
vulgaris |
Poaceae |
55 |
Bambu apus |
Gigantochloa
apus |
Poaceae |
56 |
Bambu jawa |
Gigantochloa
atter |
Poaceae |
57 |
Bambu wulung |
Gigantochloa
atroviolacea |
Poaceae |
58 |
Bambu petung |
Dendrocalamus
asper |
Poaceae |
59 |
Bambu wuluh |
Schizostachyum
iraten |
Poaceae |
60 |
Gempol |
Nauclea
orientalis |
Rubiaceae |
61 |
Jabon |
Anthocephalus
cadamba |
Rubiaceae |
62 |
Kopi |
Coffea
spp |
Rubiaceae |
63 |
Rukem |
Flacourtia
rukam |
Salicaceae |
64 |
Cendana |
Saltalum
album |
Santalaceae |
65 |
Ace |
Nephelium
lappaceum |
Sapindaceae |
66 |
Kelengkeng |
Dimocarpus
longan |
Sapindaceae |
67 |
Kesambi |
Schleichera
oleosa |
Sapindaceae |
68 |
Matoa |
Pometia
pinnata |
Sapindaceae |
69 |
Winong |
Tetrameles
nudiflora |
Tetramelaceae |
70 |
Kemadu |
Laportea
sinuata |
Urticaceae |
71 |
Gmelina |
Gmelina
arborea |
Verbenaceae |
72 |
Jati |
Tectona
grandis |
Verbenaceae |
Sumber : Data Lapangan Penulis diolah (2024)
Karakteristik tapak beserta pohon tinggi dan rapat
serta lokasinya yang berada jauh dari
pemukiman berada di tengah kawasan blok gentongplan sehingga lazim dikatakan sebagai �jantung
kawasan.� Pada umumnya kondisi habitat satwa
liar didominasi oleh jenis pohon buah dan tumbuhan berbunga yang
mayoritas termasuk famili Fabaceae, semak belukar (gulo gumantung, pecut kuda), dan aliran sungai
sehingga memenuhi kebutuhan hidup beranekaragam satwa
liar.
Berdasarkan monitoring satwa liar di dalam kawasan
SM. Gunung Tunggangan teridentifikasi 54 spesies
burung dari 31 famili (Tabel 2),
mencakup: raptor, insektivora sejati, insektivora tak sejati,
piscivora, granuvora, dan nectivora
yang masing-masing berperan penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem.
Tabel 2. Spesies Burung di Kawasan SM. Gunung Tunggangan
No. |
Nama lokal |
Spesies |
Famili |
1 |
Elang alap
jambul |
Accipiter trivirgatus |
Accipitridae |
2 |
Elang brontok |
Spizaetus cirrhatus |
Accipitridae |
3 |
Elang ular bido |
Spilornis cheela |
Accipitridae |
4 |
Cipoh kacat/
Sirtu |
Aegithina tiphia |
Aegithinidae |
5 |
Cipoh jantung |
Aegithina viridissima |
Aegithinidae |
6 |
Cekakak Sungai |
Todirhampus chloris |
Alcedinidae |
7 |
Walet linchi |
Collocallia linchi |
Apodidae |
8 |
Walet sapi |
Collocallia esculenta |
Apodidae |
9 |
Kekep babi |
Artamus leucorynchus |
Artamidae |
10 |
Sepah hutan |
Pericrocotus speciosus |
Campephagidae |
11 |
Sepah kecil |
Pericrocotus cinnamomeus |
Campephagidae |
12 |
Cabak |
Caprimulgus sp |
Caprimulgidae |
13 |
Perenjak
jawa/ ciblek |
Prinia familiaris |
Cisticolidae |
14 |
Perenjak coklat |
Prinia polychroa |
Cisticolidae |
15 |
Delimukan
zamrud/ joan |
Chalcophaps indica |
Columbidae |
16 |
Perkutut jawa |
Geopelia striata |
Columbidae |
17 |
Tekukur biasa |
Streptopelia chinensis |
Columbidae |
18 |
Tengkek buto |
Eurystomus orientalis |
Coraciidae |
19 |
Bubut jawa |
Centropus nigrorufus |
Cuculidae |
20 |
Kadalan birah |
Phaenicophaeus curvirostris |
Cuculidae |
21 |
Kedasih kelabu/ wiwik
kelabu |
Cacomantis merulinus |
Cuculidae |
22 |
Wiwik uncuing |
Cuculus sepulcralis |
Cuculidae |
23 |
Burung cabai jawa |
Dicaeum trochileum |
Dicaeidae |
24 |
Srigunting
hitam |
Dicrucus macrocercus |
Dicruridae |
25 |
Srigunting
rambut jambul |
Dicrucus hottentottus |
Dicruridae |
26 |
Bondol jawa |
Lonchura leucogastroides |
Estrildidae |
27 |
Cekakak jawa |
Halcyon cyanoventris |
Halcyonidae |
28 |
Tepekong jambul |
Hemiprocne longipennis |
Hemiprocnidae |
29 |
Layang-layang batu |
Hirundo
tahitica |
Hirundinidae |
30 |
Takur ungkut-ungkut |
Megalaima
haemacephala |
Megalaimidae |
31 |
Kirik-kirik senja |
Merops
leschenaulti |
Meropidae |
32 |
Kicuit Batu |
Motacilla
cinerea |
Motacilidae |
33 |
Burung madu jawa |
Aethopyga
mystacalis |
Nectariniidae |
34 |
Burung madu kelapa |
Anthreptes
malacensis |
Nectariniidae |
35 |
Burung madu sepah raja |
Aethopyga
siparaja |
Nectariniidae |
36 |
Burung madu sriganti |
Nectaria
jugularis |
Nectariniidae |
37 |
Pijantung gunung |
Arachnothera
affinis |
Nectariniidae |
38 |
Pijantung kecil |
Arachnothera
longirostra |
Nectariniidae |
39 |
Kepodang |
Oriolus
chinensis |
Oriolidae |
40 |
Gelatik wingko |
Parus
major |
Paridae |
41 |
Ayam Hutan hijau |
Gallus
varius |
Phasianidae |
42 |
Puyuh |
Cortunix
sp |
Phasianidae |
43 |
Caladi ulam |
Dendocopos
macei |
Picidae |
44 |
Pelatuk bawang |
Dinopium
javanense |
Picidae |
45 |
Cucak kutilang |
Pycnonotus
aurigaster |
Pycnonotidae |
46 |
Cucak kuning/ Kutilang mas |
Pycnonotus
melanicterus |
Pycnonotidae |
47 |
Cucak jenggot/ empuloh janggut |
Alophoixus
bres |
Pycnonotidae |
48 |
Merbah cerukcuk/ Trocokan |
Pycnonotus
goiavier |
Pycnonotidae |
49 |
Merbah belukar |
Pycnonotus
plumosus |
Pycnonotidae |
50 |
Munguk beledu |
Sitta
frontalis |
Sittidae |
51 |
Jalak kebo |
Acridotheres
javanicus |
Sturnidae |
52 |
Perenjak lumut/ cinenen pisang |
Orthotomus
sutorius |
Sylviidae |
53 |
Pelanduk semak |
Malacocincla
sepiaria |
Timaliidae |
54 |
Gemak tegalan |
Turnix
sylvatica |
Turnicidae |
Sumber : Data Lapangan Penulis diolah (2024)
a)
Raptor/
satwa pemangsa yang menduduki posisi teratas dalam rantai makanan di SM. Gunung Tunggangan adalah Elang Alap
Jambul dan Elang Brontok (pemangsa
daging), Elang Ular Bido (pemangsa ular) dan Sikep Madu Asia (pemangsa
sarang lebah). Keberadaan Elang Alap Jambul baru terdeteksi tahun 2024, sementara ketiga
jenis elang lainnya sudah terdeteksi tahun 2022.
b)
Insektivora sejati (pemakan serangga) (Hamidun et al., 2014), mencakup: caladi ulam, pelatuk
bawang, cekakak jawa, gelatik wingko,
kirik-kirik senja, munguk beledu, pelanduk semak, perenjak jawa, perenjak
lumut, sepah hutan, sepah kecil, layang-layang
batu, kekep babi, tepekong jambul, walet sapi, walet linchi, bubut jawa,
wiwik uncuing, dan wiwik kelabu.
c)
Insektivora
tak sejati (Kartono et al., 2009), meliputi: pemakan serangga dan buah-buahan
(cucak jenggot, cucak kutilang, cucak kuning, merbah
belukar, merbah cerukcuk, sirtu, takur ungkut-ungkut, srigunting rambut jambut,
srigunting hitam), pemakan
serangga, sari bunga,
buah, biji (Ayam Hutan Hijau, Burung Cabai, Jawa, Burung Cabak, Jalak Kebo,
Kepodang), pemakan serangga, buah, nektar bunga (burung Madu Sepah Raja).
d)
Omnivora (Winata Faturahman,
2015), yakni: Kadalan
Birah (pemakan serangga,
ulat, kadal, anak burung), Tengkek
Buto (pemakan serangga,
ikan kecil, udang),
Gemak tegalan.
e)
Piscivora (pemakan
ikan, serangga air): cekakak
sungai, kicuit batu.
f)
Granuvora
(pemakan biji-bijian): Bondol Jawa, Bondol Peking, Perkutut Jawa, Tekukur
Biasa, Delimukan Zamrud.
g)
Nectivora (pemakan
nektar): burung madu kelapa, burung madu sriganti,
burung madu jawa, pijantung
kecil, pijantung gunung.
Gambar 1. Jenis Raptor
di SM. Gunung Tunggangan
(Dok : Penulis)
Berdasarkan monitoring satwa liar di SM Gunung
Tunggangan terpantau kehadiran 6
mamalia besar dan 2 mamalia kecil baik secara langsung (visual): Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis), Kijang (Muntiacus muntjak), Garangan (Herpestes
javanicus), Bajing Kelapa (Callosciurus
notatus) maupun secara tak langsung (jejak,
feses, suara): Landak Jawa (Hystrix javanicus), Trenggiling (Manis javanicus), Kuwuk (Prionailurus bengalensis), Tupai Birah.
Mengacu pada studi literatur, yaitu Herpetofauna SM
Gunung Tunggangan (Anonim)
diketahui 5 spesies Amfibi, diantaranya: Katak Seresah (Leptobrachium haseltii), Katak Pohon Bergaris
(Polypedates leucomystax), Kongkang Kolam (Hylarana
chalconota), Katak Tegalan (Fejervarya
limnocharis), Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) dan 12 spesies
Reptil, diantaranya: Ular Gadung Luwuk (Trimeresurus insularis), Ular Pucuk (Ahaetulla prasina), Ular Janur (Ahaetulla
mycterizans), Ular Siput (Pareas carinatus), Ular Koros (Ptyas korros), Ular Picung (Rhabdophis subminiatus), Ular Bajing (Bioga cynodon), Ular Tampar (Dendrelaphis pictus), Cicak Kayu (Hemidactylus frenatus), Cicak Batu (Cyrtodactylus
marmoratus), Bunglon Surai (Bronchocela
jubata), Kadal Kebun (Eutropis multifasciata). Saat monitoring
satwa liar terdapat perjumpaan dengan Biawak air, Ular Siput, Ular Gadung Luwuk, dan Ular Sanca Kembang.
������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Gambar 2. Perjumpaan Visual
Kijang Terdokumentasi 14-12-2022 (Dok: Penulis)
Secara fisik dan geografis, kondisi kawasan SM. Gunung
Tunggangan dapat menjadi
refugia (tempat berlindung) beranekaragam spesies satwa liar termasuk
jenis burung dilindungi (Elang Brontok, Elang Ular Bido, Sikep Madu Asia), jenis mamalia
dilindungi (Landak Jawa, Trenggiling, Kijang,
Kuwuk) (Pelu et al., 2024). Kelayakan
kawasan SM. Gunung Tunggangan sebagai refugia
jenis raptor juga didukung oleh
keberadaan satwa liar lain yang berpotensi menjadi mangsa buru, keberadaan spesies burung pemangsa lainnya, tingkat ancaman dan gangguan.
Kawasan SM. Gunung Tunggangan
menjadi habitat alami bagi 72 spesies pohon,
diantaranya bernilai komersial, 54 spesies burung, 6 mamalia besar, 2 mamalia kecil, 18 herpetofauna, 7
diantaranya termasuk satwa yang dilindungi
(Elang Alap Jambul,
Elang Brontok, Elang Ular Bido, Sikep Madu Asia, Landak
Jawa, Kijang, Trenggiling, Kuwuk). Biodiversitas SM. Gunung Tunggangan bernilai esensial sehingga
pengamanan kawasan harus
dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan. Perlu dikaji
lebih lanjut dalam hal� daya dukung kawasan
sebagai koridor hidupan
satwa liar dan kelimpahan
jenis flora fauna.
Al Ghazi,
M. I., Dhiya�ulhaq, N. U., Arfentri, C. W., Azizah, N. R. N., & Ali, R. N.
(2024). Preferensi Habitat Laba-Laba Di Kawasan Karst Suaka Margasatwa Paliyan.
Biology Natural Resources Journal, 3(1), 20�27.
Fakhroni, H. (2024). Jejaring
Burung Frugivora-Tumbuhan Penghasil Buah Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut,
Kepulauan Seribu, Dki Jakarta. Universitas Negeri Jakarta.
Hamidun, M. S., Baderan, D. W.,
& Modjo, M. L. (2014). Potensi Satwa Liar Untuk Pengembangan Ekowisata Di
Kawasan Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo.
Hidayat, A. A., Hidayati, S., &
Sukiya, S. (2016). Struktur Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis
Raffles, 1821) Dan Interaksinya Dengan Penduduk Sekitar Suaka Margasatwa
Paliyan. Kingdom (The Journal Of Biological Studies), 5(8), 19�27.
Kartono, A. P., Kartika, K. F.,
& Maryanto, I. (2009). Keragaman Kelelawar Insektivora Sub Ordo
Microchiroptera Di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan. Media Konservasi 14 (1), 1�8.
Laom, E. E. P., Seran, W., Kaho, N.
P. L. B. R., & Sipayung, R. H. (2024). Penilaian Status Kesehatan Hutan
Mangrove Di Sekitar Danau Tuadale Pada Kawasan Suaka Margasatwa Tuadale, Desa
Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Journal
Of Scientech Research And Development, 6(1), 1414�1439.
Nahdi, M. S. (2014). Stuktur Dan
Komposisi Vegetasi Pasca Rehabilitasi Di Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul,
Yogyakarta.
Noverita, N., Armanda, D. P.,
Matondang, I., Setia, T. M., & Wati, R. (2019). Keanekaragaman Dan Potensi
Jamur Makro Di Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (Smbrbb)
Propinsi Riau, Sumatera. Jurnal Pro-Life, 6(1), 26�43.
Nugraha, A. D. (2023). Dampak
Keberadaan Gerbang Tol Duri Selatan Terhadap Keberlangsungan Suaka Margasatwa
Balairaja Dan Suaka Margasatwa Pusat Latihan Gajah Sebanga, Kabupaten
Bengkalis. Skripsi-2023.
Pelu, A., Badaruddin, E., &
Kaya, M. (2024). Jalur Perdagangan Satwaliar Jenis Dilindungi Antara Pulau
Seram Dan Pulau Ambon. Jurnal Agrosilvopasture-Tech, 3(2), 247�252.
Ratu, Q. A., Fahrimal, Y., Sayuti,
A., Riandi, L. V., Rahmi, E., Athaillah, F., Ismail, I., & Jamin, F.
(2024). Identifikasi Protozoa Gastrointestinal Satwa Sitaan Dan Serahan
Masyarakat Pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Bksda) Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Veteriner, 8(2).
Setiawan, D., Dela, R. M., Maharsi,
M. P. K., Nurrudin, W., Purwoko, A., Indriani, D. P., & Patriono, E.
(2022). Inventarisasi Awal Jamur Makroskopis Di Kawasan Sumur Tinggi Suaka
Margasatwa Isau-Isau Sumatera Selatan. Sriwijaya Bioscientia, 3(2), 72�78.
Uhra, V. (2020). Keanekaragaman
Tumbuhan Epifit Di Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Kecamatan Rundeng Kota
Subulussalam Sebagai Referensi Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan. Uin Ar-Raniry.
Winata Faturahman, N. I. M. (2015).
Omnivora (Video Eksperimental). Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Anonim.�� �. Herpetofauna Sm Gunung Tunggangan Mackinnon, John, Karen
Phillipps Dan Bas Van Balen. 1992. Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali Dan
Kalimantan. Burung Indonesia. Cetakan 2010