IDENTIFIKASI BIODIVERSITAS DI SUAKA MARGASATWA GUNUNG TUNGGANGAN

 

 

1Ivanne Tri Hendriati, Syamsuri2, Sumiyarno3

12Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

3BKSDA Jawa Tengah

Email: 1[email protected], 3[email protected]

 

Kata kunci:

biodiversitas, suaka margasatwa, gunung tunggangan

 

 

 

 

 

Keywords:

biodiversity, wildlife sanctuaries, mount mountains

 

ABSTRAK

 

Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan memiliki keanekaragaman hayati, flora yang didominasi pohon dan fauna, mencakup: burung, mamalia, reptil, amfibi, dan berbagai serangga. Biodiversitas fauna yang seringkali dijumpai di dalam kawasan adalah kelompok burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan dan satwa liar yang masih dijumpai di dalam kawasan. Monitoring satwa liar di dalam kawasan SM Gunung Tunggangan dilakukan secara berkala dari tahun 2022 hingga saat ini. Sebanyak 72 spesies pohon dari 27 famili tumbuh tersebar di dalam kawasan penyusun, beberapa diantaranya merupakan spesies bernilai komersial, yakni: Sonokeling (Dalbergia latifolia), cendana (Santalum album), jati (Tectona grandis), dan 7 jenis bambu. Teridentifikasi 54 spesies burung yang berasal dari 31 famili, 6 mamalia besar, 2 mamalia kecil, 18 herpetofauna, dan 7 diantaranya termasuk satwa yang dilindungi, yakni: Elang Alap Jambul, Elang Brontok, Elang Ular Bido, Sikep Madu Asia, Landak Jawa, Kijang, Trenggiling, dan Kuwuk.

Gunung Tunggangan Wildlife Sanctuary has biodiversity, flora dominated by trees and fauna, including: birds, mammals, reptiles, amphibians, and various insects. The fauna biodiversity that is often found in the area is a group of birds. This study aims to identify plants and wildlife that are still found in the area. Wildlife monitoring in the SM Gunung Tunggangan area is carried out periodically from 2022 to date. A total of 72 tree species from 27 families grow in the constituent area, some of which are species of commercial value, namely: Sonokeling (Dalbergia latifolia), sandalwood (Santalum album), teak (Tectona grandis), and 7 types of bamboo. It was identified that 54 species of birds came from 31 families, 6 large mammals, 2 small mammals, 18 herpetofaunas, and 7 of them were protected animals, namely: Crested Eagle Eagle, Brontok Eagle, Bido Snake Eagle, Asian Honey Eagle, Javanese Porcupine, Antelope, Pangolin, and Kuwuk.

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA .

This is an open access article under the CC BY-SA license.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan yang terletak pada 111�6ʹ32ʺ- 111�7ʹ17ʺ BT dan 7�30ʹ23ʺ-7�31ʹ21ʺ LS sebagai kawasan suaka margasatwa sesuai dengan mandat Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004 (Hidayat et al., 2016), kawasan ini memiliki kelimpahan biodiversitas dan keunikan ekosistem (Al Ghazi et al., 2024). Eksistensinya berperan esensial untuk melindungi habitat dan populasi keanekaragaman satwa liar sekaligus sebagai daerah tangkapan air (catchment area) disekitarnya (Laom et al., 2024).

Kawasan ini berbatasan langsung dengan ladang, perkebunan, pemukiman, dan areal lahan bekas PTPN (FAKHRONI, 2024). Aktivitas merumput masyarakat sekitar kawasan masih dijumpai di luar kawasan (Ratu et al., 2024). Demikian pula aktivitas pembakaran ladang yang berdekatan dengan kawasan yang berpeluang menyebabkan kebakaran hutan ketika kemarau panjang (Nahdi, 2014). Hal ini dapat menimbulkan degradasi yang mengganggu keseimbangan ekosistem hutan dan berpengaruh terhadap kelestarian satwa liar di dalam kawasan SM. Gunung Tunggangan (Noverita et al., 2019).

Mengingat pentingnya fungsi kawasan sebagai perlindungan dan pelestarian satwa liar sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dinilai penting untuk dilaksanakan identifikasi biodiversitas satwa liar di SM. Gunung Tunggangan (Setiawan et al., 2022). (Uhra, 2020) Melalui monitoring satwa liar dapat diketahui keanekaragaman satwa liar yang dijumpai di dalam kawasan sekaligus mengidentifikasi keberadaan satwa liar dilindungi oleh Permenlhk Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi dan status kelangkaan satwa menurut Red List of Threatened Species IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) serta status perdagangan dalam Appendix CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) (Nugraha, 2023).

 

 

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan secara berkala, dimulai September 2022 hingga saat ini berlokasi di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan. Metode penelitian menggunakan metode eksplorasi/ metode jelajah kawasan di sepanjang jalur patroli sampai di site monitoring elang, diantaranya: blok Gentongplan (di sekitar randu alas, sengon jawa, katesan), blok Bayanan (kaliandra merah, sengon jawa), blok Menjing (sengon jawa), blok Jetis (goa landak). Alat yang digunakan berupa : kamera Canon SX70 HS, laptop dan perangkat lunak pengolah data berupa Microsoft Office. Pengamatan lebih efektif dilakukan di pagi atau sore hari saat randu alas, sengon jawa, petai, katesan, kaliandra merah berbunga dan pohon lainnya berbuah. Pengambilan data satwa liar dilakukan dengan mencatat perjumpaan satwa liar baik secara langsung (visual) maupun secara tak langsung (suara, jejak, feses) di dalam kawasan SM. Gunung Tunggangan disertai dokumentasi. Dokumentasi satwa ini memudahkan proses identifikasi satwa liar khususnya spesies burung yang mengacu pada MacKinnon, J et.al (1992). Selanjutnya identifikasi herpetofauna menggunakan data sekunder (Anonim).

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Habitat Satwa Liar

Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan berada pada ketinggian + 600 m dpl. Berdasarkan pengamatan diketahui kondisi kawasan SM. Gunung Tunggangan mencakup wilayah bukit, lembah dan dataran dengan topografi landai hingga curam, serta terdapat aliran sungai. Kawasan ini berada dalam DAS Solo, Sub DAS Sawur dan Sub DAS Kenatan. Tutupan vegetasi di dalam kawasan didominasi oleh pepohonan yang tinggi, sebagian rapat, sebagian terbuka.

Site monitoring satwa liar mencakup: a) blok Gentongplan di sekitar randu alas, sengon jawa (dari pal 36), katesan (dari pal 16), perbatasan dengan areal ex- PTPN (dari pal 13), b) blok Bayanan di sepanjang aliran sungai, kaliandra merah, sengon jawa (dari pal 41/ pal 42), c) blok Menjing di sekitar sengon jawa (dari pal 98), d) blok Jetis di sepanjang menuju goa landak (dari pal 163). Secara umum vegetasi penyusun kawasan SM. Gunung Tunggangan disajikan dalam Tabel 1.

 

Tabel 1. Spesies Pohon Penyusun Kawasan SM. Gunung Tunggangan

No

Nama Lokal

Spesies

Famili

1

Kluwek

Pangium edule

Achariaceae

2

Pakel/ Bacang

Mangifera foetida

Anacardiaceae

3

Rengas

Gluta renghas

Anacardiaceae

4

Sirsak

Annona muricata

Annonaceae

5

Mentaos

Wrightia pubescens

Apocynaceae

6

Aren

Arenga pinnata

Arecaceae

7

Rotan

Calamus spp

Arecaceae

8

Trenggulun

Protium javanicum

Bursaceae

9

Nyamplung

Calophyllum inophyllum

Calophyllaceae

10

Secang

Caesalpina sappan

Caesalpiniaceae

11

Cemara gunung

Casuarina junghuniana

Casuarinaceae

12

Ketapang

Terminalia catappa

Combretaceae

13

Kemiri

Aleurites moluccana

Euphorbiaceae

14

Akasia

Acacia mangium

Fabaceae

15

Asam jawa

Tamarindus indica

Fabaceae

16

Johar

Cassia siamea

Fabaceae

17

Kaliandra

Calliandra calotyrsus

Fabaceae

18

Kedawung

Parkia timoriana

Fabaceae

19

Lamtoro

Leucaena leucocephala

Fabaceae

20

Pasang

Quercus sp

Fabaceae

21

Petai

Parkia speciosa

Fabaceae

22

Sengon laut

Paraserianthes falcataria

Fabaceae

23

Sonokeling

Dalbergia latifolia

Fabaceae

24

Sonobrit

Dalbergia latifolia var.

Fabaceae

25

Sengon jawa

Albizia chinensis

Fabaceae

26

Trembesi

Samanea saman

Fabaceae

27

Trengguli

Cassia fistula

Fabaceae

28

Tekik

Albizia lebbekoides

Fabaceae

29

Kayu manis

Cinnamomum burmannii

Lauraceae

30

Durian

Durio zibethinus

Malvaceae

31

Waru lengis

Hibiscus tiliaceus

Malvaceae

32

Walikukun

Schoutenia ovata

Malvaceae

33

Randu alas

Bombax ceiba

Malvaceae

34

Kedoya

Dysoxylum gaudichaudianum

Meliaceae

35

Mahoni

Swietenia macropyla

Meliaceae

36

Pancal kidang

Aglaia odoratissima

Meliaceae

37

Katesan

Toona calantas

Meliaceae

38

Suren

Toona sureni

Meliaceae

39

Rampelas

Ficus ampelas

Moraceae

40

Amplas putih

Ficus fraseri

Moraceae

41

Awar-awar

Ficus septica

Moraceae

42

Beringin

Ficus benjamina

Moraceae

43

Beringin Preh

Ficus retusa

Moraceae

44

Bulu

Ficus annulata

Moraceae

45

Benda

Artocarpus elasticus

Moraceae

46

Kluwih

Artocarpus camansi

Moraceae

47

Sukun

Artocarpus altilis

Moraceae

48

Duwet/ Jamblang

Syzygium cumini

Myrtaceae

49

Jambu biji

Psidium guajava

Myrtaceae

50

Jambu hutan

Psidium spp

Myrtaceae

51

Malaka

Phyllanthus emblica

Phyllanthaceae

52

Pinus

Pinus merkusii

Pinaceae

53

Bambu ori

Bambusa arundinaceae

Poaceae

54

Bambu ampel

Bambusa vulgaris

Poaceae

55

Bambu apus

Gigantochloa apus

Poaceae

56

Bambu jawa

Gigantochloa atter

Poaceae

57

Bambu wulung

Gigantochloa atroviolacea

Poaceae

58

Bambu petung

Dendrocalamus asper

Poaceae

59

Bambu wuluh

Schizostachyum iraten

Poaceae

60

Gempol

Nauclea orientalis

Rubiaceae

61

Jabon

Anthocephalus cadamba

Rubiaceae

62

Kopi

Coffea spp

Rubiaceae

63

Rukem

Flacourtia rukam

Salicaceae

64

Cendana

Saltalum album

Santalaceae

65

Ace

Nephelium lappaceum

Sapindaceae

66

Kelengkeng

Dimocarpus longan

Sapindaceae

67

Kesambi

Schleichera oleosa

Sapindaceae

68

Matoa

Pometia pinnata

Sapindaceae

69

Winong

Tetrameles nudiflora

Tetramelaceae

70

Kemadu

Laportea sinuata

Urticaceae

71

Gmelina

Gmelina arborea

Verbenaceae

72

Jati

Tectona grandis

Verbenaceae

Sumber : Data Lapangan Penulis diolah (2024)

 

Karakteristik tapak beserta pohon tinggi dan rapat serta lokasinya yang berada jauh dari pemukiman berada di tengah kawasan blok gentongplan sehingga lazim dikatakan sebagai �jantung kawasan.� Pada umumnya kondisi habitat satwa liar didominasi oleh jenis pohon buah dan tumbuhan berbunga yang mayoritas termasuk famili Fabaceae, semak belukar (gulo gumantung, pecut kuda), dan aliran sungai sehingga memenuhi kebutuhan hidup beranekaragam satwa liar.

Spesies Satwa Liar

Berdasarkan monitoring satwa liar di dalam kawasan SM. Gunung Tunggangan teridentifikasi 54 spesies burung dari 31 famili (Tabel 2), mencakup: raptor, insektivora sejati, insektivora tak sejati, piscivora, granuvora, dan nectivora yang masing-masing berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

 

Tabel 2. Spesies Burung di Kawasan SM. Gunung Tunggangan

No.

Nama lokal

Spesies

Famili

1

Elang alap jambul

Accipiter trivirgatus

Accipitridae

2

Elang brontok

Spizaetus cirrhatus

Accipitridae

3

Elang ular bido

Spilornis cheela

Accipitridae

4

Cipoh kacat/ Sirtu

Aegithina tiphia

Aegithinidae

5

Cipoh jantung

Aegithina viridissima

Aegithinidae

6

Cekakak Sungai

Todirhampus chloris

Alcedinidae

7

Walet linchi

Collocallia linchi

Apodidae

8

Walet sapi

Collocallia esculenta

Apodidae

9

Kekep babi

Artamus leucorynchus

Artamidae

10

Sepah hutan

Pericrocotus speciosus

Campephagidae

11

Sepah kecil

Pericrocotus cinnamomeus

Campephagidae

12

Cabak

Caprimulgus sp

Caprimulgidae

13

Perenjak jawa/ ciblek

Prinia familiaris

Cisticolidae

14

Perenjak coklat

Prinia polychroa

Cisticolidae

15

Delimukan zamrud/ joan

Chalcophaps indica

Columbidae

16

Perkutut jawa

Geopelia striata

Columbidae

17

Tekukur biasa

Streptopelia chinensis

Columbidae

18

Tengkek buto

Eurystomus orientalis

Coraciidae

19

Bubut jawa

Centropus nigrorufus

Cuculidae

20

Kadalan birah

Phaenicophaeus curvirostris

Cuculidae

21

Kedasih kelabu/ wiwik kelabu

Cacomantis merulinus

Cuculidae

22

Wiwik uncuing

Cuculus sepulcralis

Cuculidae

23

Burung cabai jawa

Dicaeum trochileum

Dicaeidae

24

Srigunting hitam

Dicrucus macrocercus

Dicruridae

25

Srigunting rambut jambul

Dicrucus hottentottus

Dicruridae

26

Bondol jawa

Lonchura leucogastroides

Estrildidae

27

Cekakak jawa

Halcyon cyanoventris

Halcyonidae

28

Tepekong jambul

Hemiprocne longipennis

Hemiprocnidae

29

Layang-layang batu

Hirundo tahitica

Hirundinidae

30

Takur ungkut-ungkut

Megalaima haemacephala

Megalaimidae

31

Kirik-kirik senja

Merops leschenaulti

Meropidae

32

Kicuit Batu

Motacilla cinerea

Motacilidae

33

Burung madu jawa

Aethopyga mystacalis

Nectariniidae

34

Burung madu kelapa

Anthreptes malacensis

Nectariniidae

35

Burung madu sepah raja

Aethopyga siparaja

Nectariniidae

36

Burung madu sriganti

Nectaria jugularis

Nectariniidae

37

Pijantung gunung

Arachnothera affinis

Nectariniidae

38

Pijantung kecil

Arachnothera longirostra

Nectariniidae

39

Kepodang

Oriolus chinensis

Oriolidae

40

Gelatik wingko

Parus major

Paridae

41

Ayam Hutan hijau

Gallus varius

Phasianidae

42

Puyuh

Cortunix sp

Phasianidae

43

Caladi ulam

Dendocopos macei

Picidae

44

Pelatuk bawang

Dinopium javanense

Picidae

45

Cucak kutilang

Pycnonotus aurigaster

Pycnonotidae

46

Cucak kuning/ Kutilang mas

Pycnonotus melanicterus

Pycnonotidae

47

Cucak jenggot/ empuloh janggut

Alophoixus bres

Pycnonotidae

48

Merbah cerukcuk/ Trocokan

Pycnonotus goiavier

Pycnonotidae

49

Merbah belukar

Pycnonotus plumosus

Pycnonotidae

50

Munguk beledu

Sitta frontalis

Sittidae

51

Jalak kebo

Acridotheres javanicus

Sturnidae

52

Perenjak lumut/ cinenen pisang

Orthotomus sutorius

Sylviidae

53

Pelanduk semak

Malacocincla sepiaria

Timaliidae

54

Gemak tegalan

Turnix sylvatica

Turnicidae

Sumber : Data Lapangan Penulis diolah (2024)

 

a)   Raptor/ satwa pemangsa yang menduduki posisi teratas dalam rantai makanan di SM. Gunung Tunggangan adalah Elang Alap Jambul dan Elang Brontok (pemangsa daging), Elang Ular Bido (pemangsa ular) dan Sikep Madu Asia (pemangsa sarang lebah). Keberadaan Elang Alap Jambul baru terdeteksi tahun 2024, sementara ketiga jenis elang lainnya sudah terdeteksi tahun 2022.

b)   Insektivora sejati (pemakan serangga) (Hamidun et al., 2014), mencakup: caladi ulam, pelatuk bawang, cekakak jawa, gelatik wingko, kirik-kirik senja, munguk beledu, pelanduk semak, perenjak jawa, perenjak lumut, sepah hutan, sepah kecil, layang-layang batu, kekep babi, tepekong jambul, walet sapi, walet linchi, bubut jawa, wiwik uncuing, dan wiwik kelabu.

c)   Insektivora tak sejati (Kartono et al., 2009), meliputi: pemakan serangga dan buah-buahan (cucak jenggot, cucak kutilang, cucak kuning, merbah belukar, merbah cerukcuk, sirtu, takur ungkut-ungkut, srigunting rambut jambut, srigunting hitam), pemakan serangga, sari bunga, buah, biji (Ayam Hutan Hijau, Burung Cabai, Jawa, Burung Cabak, Jalak Kebo, Kepodang), pemakan serangga, buah, nektar bunga (burung Madu Sepah Raja).

d)   Omnivora (Winata Faturahman, 2015), yakni: Kadalan Birah (pemakan serangga, ulat, kadal, anak burung), Tengkek Buto (pemakan serangga, ikan kecil, udang), Gemak tegalan.

e)   Piscivora (pemakan ikan, serangga air): cekakak sungai, kicuit batu.

f)    Granuvora (pemakan biji-bijian): Bondol Jawa, Bondol Peking, Perkutut Jawa, Tekukur Biasa, Delimukan Zamrud.

g)   Nectivora (pemakan nektar): burung madu kelapa, burung madu sriganti, burung madu jawa, pijantung kecil, pijantung gunung.

 


Gambar 1. Jenis Raptor di SM. Gunung Tunggangan (Dok : Penulis)

 

Berdasarkan monitoring satwa liar di SM Gunung Tunggangan terpantau kehadiran 6 mamalia besar dan 2 mamalia kecil baik secara langsung (visual): Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Kijang (Muntiacus muntjak), Garangan (Herpestes javanicus), Bajing Kelapa (Callosciurus notatus) maupun secara tak langsung (jejak, feses, suara): Landak Jawa (Hystrix javanicus), Trenggiling (Manis javanicus), Kuwuk (Prionailurus bengalensis), Tupai Birah.

Mengacu pada studi literatur, yaitu Herpetofauna SM Gunung Tunggangan (Anonim) diketahui 5 spesies Amfibi, diantaranya: Katak Seresah (Leptobrachium haseltii), Katak Pohon Bergaris (Polypedates leucomystax), Kongkang Kolam (Hylarana chalconota), Katak Tegalan (Fejervarya limnocharis), Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) dan 12 spesies Reptil, diantaranya: Ular Gadung Luwuk (Trimeresurus insularis), Ular Pucuk (Ahaetulla prasina), Ular Janur (Ahaetulla mycterizans), Ular Siput (Pareas carinatus), Ular Koros (Ptyas korros), Ular Picung (Rhabdophis subminiatus), Ular Bajing (Bioga cynodon), Ular Tampar (Dendrelaphis pictus), Cicak Kayu (Hemidactylus frenatus), Cicak Batu (Cyrtodactylus marmoratus), Bunglon Surai (Bronchocela jubata), Kadal Kebun (Eutropis multifasciata). Saat monitoring satwa liar terdapat perjumpaan dengan Biawak air, Ular Siput, Ular Gadung Luwuk, dan Ular Sanca Kembang.


������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

 

Gambar 2. Perjumpaan Visual Kijang Terdokumentasi 14-12-2022 (Dok: Penulis)

 

Secara fisik dan geografis, kondisi kawasan SM. Gunung Tunggangan dapat menjadi refugia (tempat berlindung) beranekaragam spesies satwa liar termasuk jenis burung dilindungi (Elang Brontok, Elang Ular Bido, Sikep Madu Asia), jenis mamalia dilindungi (Landak Jawa, Trenggiling, Kijang, Kuwuk) (Pelu et al., 2024). Kelayakan kawasan SM. Gunung Tunggangan sebagai refugia jenis raptor juga didukung oleh keberadaan satwa liar lain yang berpotensi menjadi mangsa buru, keberadaan spesies burung pemangsa lainnya, tingkat ancaman dan gangguan.

 

 

KESIMPULAN

Kawasan SM. Gunung Tunggangan menjadi habitat alami bagi 72 spesies pohon, diantaranya bernilai komersial, 54 spesies burung, 6 mamalia besar, 2 mamalia kecil, 18 herpetofauna, 7 diantaranya termasuk satwa yang dilindungi (Elang Alap Jambul, Elang Brontok, Elang Ular Bido, Sikep Madu Asia, Landak Jawa, Kijang, Trenggiling, Kuwuk). Biodiversitas SM. Gunung Tunggangan bernilai esensial sehingga pengamanan kawasan harus dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan. Perlu dikaji lebih lanjut dalam hal� daya dukung kawasan sebagai koridor hidupan satwa liar dan kelimpahan jenis flora fauna.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Al Ghazi, M. I., Dhiya�ulhaq, N. U., Arfentri, C. W., Azizah, N. R. N., & Ali, R. N. (2024). Preferensi Habitat Laba-Laba Di Kawasan Karst Suaka Margasatwa Paliyan. Biology Natural Resources Journal, 3(1), 20�27.

Fakhroni, H. (2024). Jejaring Burung Frugivora-Tumbuhan Penghasil Buah Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Kepulauan Seribu, Dki Jakarta. Universitas Negeri Jakarta.

Hamidun, M. S., Baderan, D. W., & Modjo, M. L. (2014). Potensi Satwa Liar Untuk Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo.

Hidayat, A. A., Hidayati, S., & Sukiya, S. (2016). Struktur Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis Raffles, 1821) Dan Interaksinya Dengan Penduduk Sekitar Suaka Margasatwa Paliyan. Kingdom (The Journal Of Biological Studies), 5(8), 19�27.

Kartono, A. P., Kartika, K. F., & Maryanto, I. (2009). Keragaman Kelelawar Insektivora Sub Ordo Microchiroptera Di Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Media Konservasi 14 (1), 1�8.

Laom, E. E. P., Seran, W., Kaho, N. P. L. B. R., & Sipayung, R. H. (2024). Penilaian Status Kesehatan Hutan Mangrove Di Sekitar Danau Tuadale Pada Kawasan Suaka Margasatwa Tuadale, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Journal Of Scientech Research And Development, 6(1), 1414�1439.

Nahdi, M. S. (2014). Stuktur Dan Komposisi Vegetasi Pasca Rehabilitasi Di Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul, Yogyakarta.

Noverita, N., Armanda, D. P., Matondang, I., Setia, T. M., & Wati, R. (2019). Keanekaragaman Dan Potensi Jamur Makro Di Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (Smbrbb) Propinsi Riau, Sumatera. Jurnal Pro-Life, 6(1), 26�43.

Nugraha, A. D. (2023). Dampak Keberadaan Gerbang Tol Duri Selatan Terhadap Keberlangsungan Suaka Margasatwa Balairaja Dan Suaka Margasatwa Pusat Latihan Gajah Sebanga, Kabupaten Bengkalis. Skripsi-2023.

Pelu, A., Badaruddin, E., & Kaya, M. (2024). Jalur Perdagangan Satwaliar Jenis Dilindungi Antara Pulau Seram Dan Pulau Ambon. Jurnal Agrosilvopasture-Tech, 3(2), 247�252.

Ratu, Q. A., Fahrimal, Y., Sayuti, A., Riandi, L. V., Rahmi, E., Athaillah, F., Ismail, I., & Jamin, F. (2024). Identifikasi Protozoa Gastrointestinal Satwa Sitaan Dan Serahan Masyarakat Pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Bksda) Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 8(2).

Setiawan, D., Dela, R. M., Maharsi, M. P. K., Nurrudin, W., Purwoko, A., Indriani, D. P., & Patriono, E. (2022). Inventarisasi Awal Jamur Makroskopis Di Kawasan Sumur Tinggi Suaka Margasatwa Isau-Isau Sumatera Selatan. Sriwijaya Bioscientia, 3(2), 72�78.

Uhra, V. (2020). Keanekaragaman Tumbuhan Epifit Di Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam Sebagai Referensi Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan. Uin Ar-Raniry.

Winata Faturahman, N. I. M. (2015). Omnivora (Video Eksperimental). Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Anonim.�� �. Herpetofauna Sm Gunung Tunggangan Mackinnon, John, Karen Phillipps Dan Bas Van Balen. 1992. Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali Dan Kalimantan. Burung Indonesia. Cetakan 2010