KONTAKT LIBRARY SULING SUNDA SEBAGAI INOVASI
DAN ALTERNATIF PENCIPTAAN MUSIK
Arita Bagja Pramudita,
Ismet Ruchimat, Heri Herdini
Institut Seni Budaya Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]
Kata kunci: kontakt library, suling
sunda, instrument virtual Keywords: kontakt library, suling
sunda, instrument virtual |
|
ABSTRAK |
|
Kontakt Library Suling Sunda merupakan
sebuah inovasi yang mentransformasikan bunyi autentik Suling Sunda menjadi
sample library untuk digunakan pada perangkat lunak musik atau VST
instrument. Proses pengembangan ini melibatkan beberapa langkah utama: pertama, pengambilan sampel dari bunyi
asli Suling Sunda; kedua,
perekaman sampel tersebut untuk menghasilkan
Sample Library; ketiga, konversi
sampel menjadi format
VST; dan terakhir, penyimpanan
dalam Kontakt Library sebagai sound bank. Secara musikal, Suling Sunda memiliki kontur melodi yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh permainan yang
spontan serta ornamentasi yang kompleks dan unik, yang masih perlu diidentifikasi lebih lanjut. Kajian ini menggabungkan eksplorasi teknologi dan eksperimen artistik untuk menghasilkan sebuah alat yang memungkinkan para musisi dan komposer menciptakan karya mereka dengan lebih mudah.
Dengan menggunakan Kontakt
Library ini, musisi dapat menyusun
dan menuliskan melodi
Suling Sunda langsung ke dalam perangkat
lunak notasi musik, sehingga mempermudah proses penciptaan musik. Karya ini diharapkan menjadi alternatif yang menarik bagi mereka yang ingin memanfaatkan suara tradisional dalam konteks teknologi modern. The Kontakt
Sunda Flute Library is an innovation that transforms the authentic sound of
the Sunda Flute into a sample library for use in music software or VST
instruments. This development process involves several main steps: first,
sampling of the original sounds of the Sunda Flute; second, the recording of
the sample to produce a Sample Library; third, the conversion of samples to
VST format; and finally, storage in the Kontakt
Library as a sound bank. Musically, the Sundanese flute has a very varied
melodic contour, influenced by spontaneous play and complex and unique
ornamentation, which still needs to be further identified. The study combines
technological exploration and artistic experimentation to produce a tool that
allows musicians and composers to create their work more easily. Using this Kontakt Library, musicians can compose and write
Sundanese flute melodies directly into music notation software, making the
music creation process easier. This work is expected to be an interesting
alternative for those who want to harness traditional sounds in the context
of modern technology. |
|
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article under the CC BY-SA
license. |
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam perkembangan teknologi
musik saat ini, Suling
Sunda sebagai alat musik tradisional memiliki peluang besar untuk berintegrasi ke dalam musik
multimedia. Teknologi yang terus
maju ini sejalan dengan perubahan dalam kehidupan masyarakat, memengaruhi cara hidup dan pola pikir manusia.
Teknologi juga membentuk cara individu berperilaku
di tengah masyarakat dan mengarahkan mereka untuk beradaptasi
dari satu era teknologi ke era lainnya (Nurudin, 2011). Di masa kini, produksi musik mengalami kemajuan pesat, terutama dengan hadirnya berbagai perangkat pengolah audio, seperti yang dikenal
dengan istilah Digital
Audio Workstation (DAW) (Nurbaiti, 2019).
Instrumen musik virtual merupakan
fitur dari perangkat lunak produksi musik yang dikenal sebagai DAW (Yuniar & Prastowo, 2013). Fitur ini memungkinkan simulasi
instrumen musik nyata ke dalam bentuk digital,
yang dapat dimainkan menggunakan
komputer. Virtual Instrument adalah perangkat lunak komputer yang menghasilkan suara instrumen musik (Sumpena, 2022) dan sering disebut
sebagai VST (Virtual Studio Technology) (HUTAGALUNG, 2020). VST berfungsi sebagai pengganti instrumen musik fisik dan digunakan secara luas dalam proses pembuatan musik.
Biasanya, VST dimainkan melalui komputer dengan bantuan pengontrol MIDI seperti keyboard MIDI, wind MIDI
controller, atau grid MIDI controller.
Native Instrument Kontakt adalah aplikasi sequencer yang dapat digunakan dalam berbagai
DAW (Digital Audio Workstation)
seperti Studio One, Cubase, Pro Tools, Logic Pro, dan
lainnya. Meskipun berfungsi
sebagai perangkat lunak pendukung atau VSTi, kualitas audio yang dihasilkan Native Instrument Kontakt
lebih unggul dibandingkan VSTi bawaan dari
DAW tersebut. Aplikasi ini
sangat bergantung pada sound library, dan ketika diinstal, pengguna hanya akan menemukan Kontakt Player, yang dalam dunia audio sering disebut sebagai Home Player (Victor Khandamian,
Abdulaziz Khasanov, 2021:47).
Gambar 1, Software
VST Native Instrument Kontakt 5
(Sumber :
https://www.native-instruments.com/, Agustus 2024)
Virtual Studio Technology (VST)
pertama kali ditemukan oleh Steinberg pada tahun 1996. VST yang berisi data instrumen virtual dikenal sebagai
VST Instrument (VSTi), yang bisa berupa
virtual synthesizer atau instrumen organik yang dihasilkan melalui proses sampling (Erik Hawkins, 2002:182). Seiring
perkembangan waktu, berbagai produk VSTi dengan instrumen dan fitur yang beragam mulai bermunculan, termasuk kategori instrumen World
Music. Beberapa contohnya adalah produk seperti Ethno
World, Native Instrument Discovery Series, dan Monster Ethnica.
Ethno World mencakup instrumen
VSTi gamelan Jawa dan Bali, sedangkan
Monster Ethnica, yang merupakan
produk asli Indonesia, mencakup
instrumen VSTi seperti
Angklung Sunda, Sape, dan Gendang Melayu. Namun, hingga saat
ini belum ada VSTi yang menampilkan instrumen Suling
Sunda dari Indonesia. Oleh karena
itu, karya ini bertujuan
untuk menghadirkan VSTi
Suling Sunda (Agus Hardiman, 2022).
Native Instrument Kontakt adalah salah satu contoh
dari kemajuan teknologi digital dalam bidang
audio (Az-Zahir et al., n.d.). Inovasi ini menjadi
bagian dari kebudayaan yang berkaitan erat dengan unsur teknologi dan ekonomi (Fitriani & Saepudin, 2022). Proses inovasi ini tentunya
sangat terkait dengan penemuan-penemuan baru di bidang teknologi.
Kontakt Library Suling Sunda bertujuan untuk menciptakan produk instrumen
virtual dalam bentuk VSTi Suling
Sunda, yang memiliki nilai praktis dan bermanfaat di masa depan. Kontakt Library ini bisa menjadi
alternatif bagi para musisi untuk membuat musik menggunakan VST atau perangkat
lunak Kontakt, serta menawarkan cara yang lebih mudah untuk menciptakan musik.
Dengan menggunakan Kontakt Library Suling Sunda, komposer dapat dengan sederhana
menyusun karyanya dengan menuliskan suara suling langsung pada software notasi
musik di komputer. Dari segi budaya musik, pembuatan VSTi Suling Sunda ini juga
berfungsi sebagai upaya pelestarian musik tradisional, khususnya dari daerah
Jawa Barat.
METODE
Dalam
pembuatan Kontakt Library Suling
Sunda, berbagai metode digunakan, termasuk eksplorasi dan eksperimen.
Eksplorasi Eksperimentasi Perwujudan Kontakt Library
1.
Metode Eksplorasi
Menurut KBBI, eksplorasi adalah proses penjelajahan atau pencarian lapangan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
Untuk memperoleh hasil sampling yang optimal, penting untuk memahami berbagai jenis mikrofon. Pada tahap ini, jenis dan karakteristik mikrofon dikumpulkan agar sesuai dengan kebutuhan pengambilan karakter suara suling, kemudian menganalisis perbedaan respons setiap mikrofon dan merekamnya menggunakan software Studio One 5.
2.
Metode Eksperimentasi
Metode
eksperimen melibatkan percobaan sistematis yang dilakukan secara terencana. Ini
mencakup proses mulai dari persiapan hingga eksperimen dengan media, dengan
tujuan untuk mengembangkan karya bunyi sampai selesai (Poerwadarminta,
2008:350).
3.
Metode Perwujudan
Metode perwujudan
adalah proses penyampaian dalam bentuk
atau wujud yang dapat dirasakan
dan didengarkan. Dalam metode ini, Kontakt Library Suling Sunda akan
dipresentasikan dan diperdengarkan
kepada audiens agar karya tersebut dapat memberikan manfaat.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Karya Kontakt Library Suling
Sunda melibatkan beberapa tahapan
utama, yaitu: (1) pengambilan sampel bunyi asli dari
Suling Sunda, (2) perekaman
hasil sampel untuk menghasilkan
Sample Library, (3) pembuatan VST
sebagai perangkat lunak
untuk mengolah bunyi dari Sample Library, dan (4) penyimpanan
dalam Kontakt Library sebagai sound bank, yang pada akhirnya menjadikannya sebagai sampel dari alat musik
tradisional Indonesia, khususnya
musik tradisional Sunda.
DAW yang digunakan untuk pembuatan karya ini adalah Studio One 5 dengan Plug-in Kontakt 5. Karya ini memiliki dasar dan makna musikal yang jelas, mencakup elemen-elemen seperti bunyi, nada, ritme, melodi, harmoni, tonalitas, bentuk, ekspresi, pertunjukan, dan kontribusinya terhadap kebudayaan (Irawan, 2014:20).
Tahap awal dalam pembuatan Kontakt Library ini melibatkan persiapan peralatan seperti Suling Sunda, komputer
yang telah diinstal Studio One 5 (Digital Audio Workstation),
soundcard, mikrofon
kondensor, speaker
monitor flat, headphone flat, jack dengan konektor XLR male dan female, serta kabel
jack dengan konektor
�. Setelah itu, tahapan
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Rancangan Sampling Audio Suling
Menentukan jenis sampling
audio yang akan direkam,
termasuk laras, surupan, dinamika, tempo, serta frase dan ornamentasi, dan menyusunnya
dalam bentuk tabel. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mempermudah dan mempercepat
proses sampling. Secara
umum, dalam pembuatan VSTi
ini dilakukan sampling pada Suling Sunda dengan laras Pelog, Madenda, dan Salendro menggunakan surupan 57.
Permainan suling tidak hanya menyajikan melodi, tetapi juga sering dilengkapi dengan ornamen-ornamen yang berfungsi
sebagai hiasan untuk memperindah
lagu. Ornamen-ornamen ini
bisa berupa improvisasi, meskipun ada juga yang telah distandarisasi dan biasanya memiliki nama-nama yang mencerminkan karakter bunyinya (Suparman,
1999:7).
Tabel 1. Sampling Suling
Nada |
Laras |
Wilayah Nada Piano Roll |
Nada |
Laras |
Wilayah Nada Piano Roll |
Da |
Pelog |
G5 |
Da |
Salendro |
G5 |
Mi |
F#5 |
Mi |
F5 |
||
Na |
D5 |
Na |
D5 |
||
Ti |
C5 |
Ti |
C5 |
||
La |
B4 |
La |
A4 |
||
Da |
G4 |
Da |
G4 |
||
Da |
Salendro |
G5 |
Da |
Madenda 4 = Tugu |
G5 |
Mi |
F5 |
Mi |
F#5 |
||
Na |
D5 |
Ni |
F |
||
Ti |
C5 |
Ti |
C5 |
||
La |
A4 |
La |
B4 |
||
Da |
G4 |
|
|
Tabel 2
Ornamentasi |
Wilayah Nada Piano Roll |
Ketrok (Da & Mi) |
G7 dan F#7 |
Ketrok (Ti) |
D7 dan C#7 |
Ketrok (La) |
B6 dan A#6 |
Puruluk (Da) |
G6 |
Puruluk (Na) |
D6 |
Stakato |
C2, D2. F#2, G2, B2, C3, D3, F#3, G3 |
Wiwiw |
B0, F#0, F0 |
2. Sampling
Audio Suling
Langkah berikutnya
adalah melakukan proses sampling yang diulang beberapa kali untuk
memperoleh kualitas audio
yang optimal. Untuk mencapai hasil yang baik, teknik perekaman juga dilakukan dengan berbagai metode mic-ing, yang melibatkan perbedaan jarak dan jenis mikrofon yang digunakan terhadap sumber suara (Suling Sunda). Proses sampling ini dilakukan
di Madukara Studio Recording yang berlokasi
di Komplek Permata Biru, Blok F No.140, RT 06, RW 19,
Cinunuk-Cileunyi, Kabupaten
Bandung.
Setelah teknik mic-ing dieksplorasi, langkah berikutnya adalah merekam satu per satu nada, ornamentasi, dan
timbre dari suling
Sunda dengan menekan tombol
record pada software DAW. Proses sampling dilakukan
beberapa kali untuk memastikan hasil yang optimal,
seperti yang terlihat pada gambar
2 dan gambar 3.
Gambar 2. Proses
merekam satu persatu dari nada dan timbre
suling Sunda
(Dokumentasi : Arita Bagja Pramudita, Agustus 2024)
Gambar 3. Hasil Audio Suling yang sudah di Rekam
(Dokumentasi : Arita Bagja
Pramudita, Agustus 2024)
3. Editing
Sample Suling
Setelah proses sampling selesai, langkah berikutnya adalah menghapus hasil
sampling yang kurang memuaskan dengan menekan tombol split tool. Arahkan
kursor ke awal dan akhir setiap nada yang telah disampling untuk memotongnya satu per satu hingga tersisa
beberapa hasil sampling yang akan digunakan dalam
pembuatan bagian keys, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Proses mengeliminasi
satu persatu hasil sampling
(Dokumentasi : Arita Bagja
Pramudita, Agustus 2024)
Gambar 5. Hasil potongan
pernada
(Dokumentasi : Arita Bagja Pramudita,
Agustus 2024)
Setelah memotong beberapa nada dan timbre, langkah selanjutnya adalah melakukan
mixdown pada sampling untuk mengekspornya ke format
data wave (format audio). Caranya adalah dengan mengklik
panel menu song > export mixdown > memilih
file name song untuk memberi nama pada setiap nada, lalu menekan ok. Proses ini diulang hingga semua nada dan timbre sampling telah di-mixdown. Setelah proses mixdown selesai, frekuensi
dari data wave
yang dihasilkan diukur menggunakan tuner
bawaan software
DAW dengan memainkan setiap
nada satu per satu, seperti
yang terlihat pada gambar
6.
Gambar 6. Tuner
(Dokumentasi : Arita Bagja
Pramudita, Agustus 2024)
4. Scripting Kontakt
KSP (Kontakt Script Processor) adalah fitur canggih dalam Kontakt yang memungkinkan pengembang atau pengguna untuk membuat instrumen khusus dengan mengelola dan memanipulasi cara kerja internal Kontakt menggunakan bahasa skrip tertentu
(Adam Hanley, Nikolas Jeroma & Hannah Lockwood, 2018). Langkah pertama
adalah membuat scripting
wallpaper agar VSTi Suling Sunda memiliki tampilan
visual. Referensi untuk penulisan
scripting dapat ditemukan di channel YouTube
Clockwork Monkey di https://www.youtube.com/watch?v=ths3AE4-CrA&t=93s. Penulisan
scripting ini terlihat pada gambar
7.
Gambar 7. Scripting pada Kontakt
(Dokumentasi :
Arita Bagja Pramudita,
September 2024)
Langkah selanjutnya adalah menulis
scripting untuk efek
guna melengkapi fitur-fitur pada VSTi Suling Sunda, termasuk
efek reverb
dan delay. Efek-efek
ini divisualisasikan dan dihubungkan
melalui knob
yang ditampilkan menggunakan
proses scripting. Proses ini sangat dibantu oleh keberadaan website Clockwork Monkey yang menyediakan berbagai pilihan knob beserta contoh skripnya..
5. Mapping Sample dan Pengaturan Velocity
Langkah selanjutnya adalah memetakan
sample pada Kontakt
dengan menempatkan sample yang telah
diekspor dalam format wav ke dalam piano roll
yang tersedia di sampler
Kontakt. Selanjutnya, sampling nada suling dibagi menjadi tujuh tingkat velocity (dinamika) yang berbeda. Velocity tingkat
1 mencakup rentang 1-16, tingkat 2 dari 16-48, tingkat 3 dari 48-65, tingkat 4 dari 65-80, tingkat 5 dari 80-96, tingkat 6 dari 96-111, dan tingkat 7 dari 111-127. Dengan pembagian ini, nada akan terdengar lembut pada velocity rendah
dan lebih keras pada velocity tinggi. Hal ini ditunjukkan pada gambar 8.
Gambar 8. Pengaturan Velocity & Mapping
(Dokumentasi : Arita Bagja Pramudita,
September 2024)
Langkah berikutnya
adalah tahap finishing.
Pada bagian ini, ditambahkan
gambar latar belakang suling yang telah
diedit untuk Kontakt Library Suling
Sunda. Setelah gambar latar belakang selesai dibuat, gambar tersebut diimpor ke dalam software
Kontakt pada bagian instrument options.
�
Gambar 9. Kontakt Library Suling Sunda
(Dokumentasi : Arita Bagja Pramudita,
September 2024)
Langkah berikutnya
adalah menyimpan Kontakt Library yang telah selesai dalam format nki dengan cara mengklik ikon disket di bagian atas software Kontakt,
lalu memilih "save as instrument�.
Setelah proses penyimpanan
selesai, pembuatan Kontakt Library Suling Sunda dianggap selesai dan siap digunakan.
KESIMPULAN
Kontakt Library Suling Sunda mencerminkan proses kompleks
dalam mentransformasi instrumen
tradisional ke format digital. Dengan langkah-langkah yang mencakup eksplorasi teknik mic-ing, sampling, dan scripting, proyek ini bertujuan
untuk menghadirkan Suling Sunda dalam bentuk yang dapat diakses secara virtual. Kontakt Library Su ling Sunda menawarkan berbagai fitur digital, termasuk pengaturan efek dan visualisasi, yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan instrumen ini dalam lingkungan produksi musik modern. Namun, meskipun Kontakt Library Suling Sunda berhasil mengadaptasi aspek-aspek dasar dari instrumen tradisional, ada beberapa tantangan yang dihadapi. Teknik permainan khas seperti Ketrok, Keleter, Wiwiw, Leotan, Puruluk, dan Bintih, sulit direplikasi
dengan sempurna menggunakan
midi controller. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi digital memungkinkan transformasi instrumen tradisional, beberapa elemen esensial dari pengalaman
bermain alat musik asli tetap sulit dipindahkan ke dunia
virtual. Secara keseluruhan,
proyek ini membuka peluang untuk eksplorasi lebih
lanjut dalam penggunaan instrumen
tradisional dalam konteks
digital. Meskipun Kontakt Library Suling Sunda masih dalam tahap pengembangan, keberhasilannya memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan lebih lanjut, serta kontribusi pada pelestarian dan inovasi musik tradisional
Sunda. Pengetahuan teknis
yang mendalam dan terus-menerus
eksperimen akan diperlukan untuk lebih mendekati replikasi bunyi dan teknik permainan yang autentik dalam format digital.
DAFTAR
PUSTAKA
Az-Zahir, H. U., Sutanto, T. S., & Gunawan, I. (N.D.). PROTOTYPE
VSTI REBAB SUNDA PADA SAMPLER KONTAKT SEBAGAI SARANA BERKREASI MUSIK DI FPSD
UPI. SWARA, 3(2), 93�104.
Fitriani, T. S., & Saepudin, A. (2022). Midi Sebagai
Inovasi Dan Alternatif Musik Iringan Tari Di Masa Pandemi. Melayu Arts And Performance
Journal, 5(1), 85�96.
HUTAGALUNG, R. O. (2020). PEMBUATAN MUSIK ORKESTRA DIGITAL
MENGGUNAKAN VIRTUAL STUDIO TECHNOLOGY INSTRUMENT EDIROL ORCHESTRAL. POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA.
Nurbaiti, N. (2019). Buku Diktat Sistem
Informasi Keuangan/Perbankan.
Sumpena, D. R. (2022). Perancangan Virtual Studio Technology
Instrument Alat Musik Tradisional Indonesia Dengan Metode Audio Sampling. Universitas
Komputer Indonesia.
Yuniar, A., & Prastowo, B. N. (2013). Optimasi Purwarupa
Kendali Virtual Instrumen Musik Drum Berbasis Sensor Akselerometer Dan LDR. Ijeis,
3(2), 2088�3714.
Barsoti, Marcel.
2002. Virtual Ethno Instrumen & Voice: Ethno
World 5 Profesional & Voice, Europe.
Hawkins, 2002. Erik. Studio-In-1-Box : The New Era Of Computer Recording Technology. Hal
Leonard Corporation: Wisconsin.
Koentjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia Jakarta.
Hosken, D. 2016. An Introduction To Music Technology. Second Edition. Institut
Seni Indonesia Yogyakarta
Nurudin, 2011. Pengantar
Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Press
Edmund Prier SJ, Karl. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi
Poerwadarminta,
1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Suparman, A. (1999). Metode Praktis Belajar Suling Sunda. Bandung : Mitra Buana
Susandrajaya, Yurnalis, Indriyetti, 2018. Inovasi Talempong Gandang Lasuang Dalam Upaya
Pelestarian Seni Tradisi. Panggung Jurnal Seni Budaya Vol 28, No 24. Http://Dx.Doi.Org/10.26742/Panggung.V28i4.713
Gelar Seftiyana,
2020. Lisunagara : Karya Kolaborasi Rebab Dan Musik
Digital. Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol. 5 No.1. Http://Dx.Doi.Org/10.26742/Pantun.V5i1.1335
Yogi Elga Rianggi,
Rafiloza, Dan Wilma Sriwulan,
2019. Gema Di Waktu Subuh. Melayu
Arts And Performance Journal Vol. 2, No. 2. Http://Dx.Doi.Org/10.26887/Mapj.V2i2.977
Engkur Kurdita,
2015. Penerapan Teknik Ornamentasi
Suling Sunda Lubang Enam Pada Lagu Tembang Sunda Cianjuran. Ritme Volume 1 No. 1, Journal Universitas Pendidikan
Indonesia