SAYYID
MUHSIN B. ALI AL MUSAWA (1323-1354H) DAN KONTRIBUSINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
ISLAM
Dinar
Zul Akbar
Islamic
University Madinah
Email:
[email protected]
Kata kunci: muhsin al musawa, darul ulum mekkah, pendidikan, islam,
ulama nusantara Keywords: Muhsin Al
Musawa, Darul Ulum Mecca, Education, Islam,
Nusantara Ulama |
|
ABSTRAK |
|
Artikel ini membahas
tentang Sayyid Muhsin Al Musawa dan perannya dalam dunia pendidikan
islam. Metode penelitian
pada artikel ini menggunakan metode studi literatur. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan, sebagai seorang cendikiawan,
Sayyid Muhsin Al Musawa meninggalkan banyak warisan intelektual. Karya tulisnya menjadi acuan dan bahan ajaran
untuk kaum muslimin. Karya-karyanya juga dikaji oleh generasi setelahnya
tersebar di beberapa negara. Dalam dunia formal pendidikan, perannya dalam
membangun Madrasah Darul Ulum menjadi bukti nyata kontribusi dan
sumbangsihnya bagi kemajuan umat muslimin. This article discusses
Sayyid Muhsin Al Musawa and his role in the world of Islamic education. The
research method in this article uses the literature study method. The results
of this study show, as a scholar, Sayyid Muhsin Al Musawa left a lot of intellectual
heritage. His writings became references and teaching materials for Muslims.
His works were also studied by generations after him scattered in several
countries. In the formal world of education, his role in building Madrasah
Darul Ulum is clear evidence of his contribution
and contribution to the progress of Muslims in his time. |
|
Ini
adalah artikel akses terbuka
di bawah lisensi CC BY-SA . This
is an open access article under the CC BY-SA
license. |
PENDAHULUAN
Islam dan Pendidikan adalah dua
kata yang tidak bisa untuk dipisahkan. Berbicara islam sudah tentu pondasinya
adalah pendidikan (Daus & Pd, 2022). Dalam hadis Jibril yang masyhur, dikatakan bahwa setelah Jibril bertanya
jawab dengan Rasulullah SAW terkait Iman, Islam dan Ihsan (Harefa, 2022). Rasulullah SAW kemudian menjelaskan kepada para sahabat bahwa si penanya
yang asing itu adalah malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan agama (Saputra et al., 2022).
Pendidikan dalam dunia islam
dimulai dari rumah ke rumah (Ramdhani et al., 2020). Sebut saja ada rumah dari sahabat Arqom yang menjadi tempat Nabi Muhammad
SAW mengajarkan prinsip-prinsip agama. Kisah Umar yang masuk islam pun bermula
dari �pengajian� yang dilaksanakan di rumah adiknya Fatimah beserta suaminya
yang berperan menjadi murid dan Khobab b. Arat yang berperan sebagai guru.
Hingga akhirnya Islam mengalami
perkembangan dan meluas ke penjuru dunia sampai menyentuh ujung timur dunia
Islam yaitu bumi Nusantara. Salah satu faktor keberhasilan dari berkembangnya
islam tentu tidak lepas dari peran para ulama yang mumpuni dan mempunyai
keilmuan yang tinggi. Dan diantara sosok daripada ulama tersebut adalah seorang
ulama kelahiran pulau Sumatera yang bernama As Sayyid Muhsin b. Ali Al Musawa.
Penelitian ini akan mengupas
tentang sejarah dari Sayyid Muhsin Al Musawa serta kontribusinya dalam dunia
islam. Seorang ulama kelahiran bumi Nusantara yang namanya dikenal karena karya
dan kontribusi yang nyata terhadap umat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
sejarah yang menggunakan metode kualitatif berbentuk penelitian pustaka
(library research) (Sari & Asmendri, 2020). Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui
sumber literatur yang ada yakni berupa buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan biografi yakni
penelitian yang memfokuskan pada kehidupan dan karya seorang individu secara
komprehensif. Pendekatan ini berusaha untuk melihat peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan seseorang, dan mencari pemahaman yang lebih mendalam
tentang pengalaman, nilai-nilai, motivasi, kontribusi dan dampaknya terhadap
konteks sosial, budaya dan sejarah.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Biografi Sayyid Muhsin b.
Ali Al Musawa.
Nama lengkap dan masa kecilnya.
Ia bernama lengkap Muhsin b. Ali
b. Abd Rohman b. Ali Al Musawa. Silsilah nasab dari ayahnya bersambung sampai
kepada cucu Nabi Muhammad SAW yaitu Husein b. Ali. Adapun rantai nasab dari ibunya
bersambung kepada keluarga Syaikh Abu Bakar b. Salim. Ia Lahir di kota
Palembang, Sumatera Selatan pada malam jumat 18 Muharam tahun 1323 Hijriah.
Ayahnya yang bernama Ali adalah
seorang imigran arab hadrami yang berasal dari Hadromaut, Yaman. Datang ke bumi
nusantara dengan maksud untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu agama islam. �Sesampainya di kota Jambi, dengan dedikasinya
yang tinggi, serta semangat dakwahnya yang kuat, ia membuat Yayasan Tsamarotul
Ikhwan. Melalui Yayasan tersebut, ia kemudian mendirikan empat sekolah di Jambi
yang bernama : Nurul Islam, Nurul Iman, Sa�adatud Daroin, dan Sa�adatul
Jawharoin.
Semasa kecil Muhsin mengambil ilmu dari dasar
keislaman dari ayahnya. Membaca Al Quran kepada Haji Syamsudin. Ia belajar di sekolah
yang didirikan ayahnya
Nurul Islam. Kemudian dilanjutkan
ke sekolah lainnya yang bernama
Sa�adatud Daroin. Kemudian setelah ayahnya wafat pada bulan Rabiul Awal tahun
1337 Hijriah, ia berpindah ke kota Palembang dan meneruskan pendidikannya di sekolah umum. Selain belajar di sekolah umum milik pemerintah
kolonial, Sayyid Muhsin juga belajar
ilmu dasar keagamaan kepada Syaikh Idrus seorang
ulama setempat.
Hijrah
ke Hijaz
Pada
pertengahan tahun 1340 Hijriah, ia pergi
ke tanah suci Mekkah. Bersama
ibu dan saudaranya yang bernama Abdul Rohman, mereka berniat
untuk melaksanakan ibadah haji.� Setelah selesai melaksanakan
rukun kelima tersebut, ia mendaftarkan dirinya untuk menjadi pelajar di
Madrasah Shoulatiyah.
Di
dalam madrasah tersebut, Sayyid Muhsin belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh. Ia sangat meyimak penjelasan yang diberikan para gurunya. Berkat kesungguhan dan kecerdasannya, Sayyid Muhsin menjadi
terkenal baik oleh rekan pelajar dan juga para gurunya. Hingga pada tahun 1347 Hijriah, ia berhasil
menamatkan pendidikannya di
Madrasah Shoulatiyah.
Pergi
ke Hadromaut.
Pada
tahun 1348 Hijriah ia pergi ke bumi
leluhurnya, Hadromaut. Di kota tersebut ia mengunjungi kerabat dan keluarganya. Selain
bersilaturahmi dengan kerabatnya, ia juga mengambil ilmu dari para ulama
setempat. Kehadirannya mendapatkan sambutan yang hangat dari penduduk
Hadromaut. Di sana ia menghabiskan waktu selama kurang lebih 3 bulan untuk kemudian
kembali lagi ke kota Mekkah.
Pergi
ke Madinah.
Pada
tahun 1353 Hijriah, Sayyid
Muhsin Al Musawa pergi ke kota
Madinah untuk berziarah ke makam
Rasulullah SAW dan juga solat di Masjid Nabawi. Ia pergi bersama
dengan rombongan ulama lainnya diantaranya
Syaikh Umar Hamdan Al Mahrosi,
Sayyid Alawi Al Maliki, Syaikh Mukhtar Makhdum. Selain mengunjungi
Masjid Nabawi, Sayyid Muhsin beserta rombongan juga bertemu ulama
Madinah. Pada kesempatan itu ia juga meminta ijazah dari para ahli
ilmu kota Madinah.
Pergi ke Thaif.
Menjelang wafatnya, Sayyid Muhsin
bertolak ke kota Thaif untuk beristirahat dalam rangka pengobatannya. Di kota
itu ia didampingi oleh murid-muridnya yang senantiasa memenuhi segala
keperluannya selama berada di Thaif.
Guru-gurunya.
Sebagai seorang santri yang haus
akan ilmu. Tentu Sayyid Muhsin Al Musawa tidak akan melewatkan kesempatan untuk
dapat menimba ilmu dari para ulama besar pada masanya. Dan diantara nama-nama
tersebut adalah : Syaikh Hasan b. Muhammad Al Masyat, Syaikh Muhammad b. Ali Al
Maliki Al Makki, Syaikh Umar b. Hamdan Al Mahrosi, Syaikh Abdul Sattar Ad
Dahlawi Al Shodiqi Al Hanafi, Syaikh Salim Syafa, Syaikh Daud Dahhan, Syaikh
Husein Abdul Ghoni, Syaikh Umar b.� Bakar
Bajunaid, Syaikh Isa Rowwas, Syaikh Kholifah b. Hamd An Nabhani, Syaikh Siroj
Syasah, Syaikh Abdul Qodir b. Shobir Muzhailag, Syaikh Ibrohim Falati, Syaikh
Habib Aydrus Salim Al Bar, Syaikh Muhammad Fathoni, Syaikh Mahmud b. Abdur
Rohmaan Zuhdi Al Bankuki, Syaikh Mukhtar b.�
Makhdum Al Bukhori, Syaikh Zubair Al Mariki, Syaikh Said b. Muhammad Al
Khulaidi Al Yamani, Syaikh Abdullah b. Muhammad b. Ghozy, Syaikh Ali b. Falih Az
Zahiri dan Syaikh Abullah Hasan Al Kauhaji.
Guru-guru yang mengijazahkannya :
Sayyid Muhsin juga dikenal dengan
orang yang bersemangat untuk mencari ijazah. Diantara para masyayikh yang ia
minta ijazahnya ketika di Mekkah adalah : Al Musnid Al Kabir Syaikh Abdul Hayyi
b. Abdul Kabir Al Kattani, dan Syaikh Ali Awwad Al Maghribi.
Saat berkunjung ke Madinah,
kesempatan tersebut juga ia pergunakan untuk bermajelis dengan para ulama
sekaligus mengambil ijazah dari mereka. Diantara ulama yang mengijazahkannya pada
saat itu adalah : Syaikh Abdul Baqi Al Laknawi, Syaikh Ali b. Ali Al Habsyi, Syaikh
Abdul Rauf Al Mishri, Syaikh Abdul Qodir As Silabi, Syaikh Zaki Al Barzanji,
dan Syaikhah Amatullah bt Abdul Ghani Ad Dahlawi.
Murid-muridnya:
Sebagai ulama yang terkenal
karena kealimannya. Sayyid Muhsin Al Musawa menjadi incaran banyak penuntut
ilmu untuk belajar di hadapannya. Dan di antara nama-nama para muridnya yang
duduk untuk menimba ilmu di hadapannya adalah : Syaikh Muhammad Yasin Al
Faddani, Syaikh Zakariya b. Abdullah Bila, Syaikh Muhammad Zain Bawean, Syaikh
Abdullah Madani Al Falimbani, Syaikh Muhammad Ali b. Utsman Al Katfani, Syaikh
Abdur Rosyid Al Falimbani, Syaikh Habib Salim b. Jindan, Syaikh Abdur Rahman Al
Ihsani.
Ciri fisik dan akhlaknya :
Sayyid Alawi Al Maliki pernah
berkata �Saya pernah menemaninya dalam sebuah perjalanan. Maka aku melihat dari
dirinya kesungguhan dalam belajar dan juga beribadah.
Syaikh Muhammad Yasin Al Fadani yang
juga muridnya pernah menerangkan sifat kholqiyah (fisik) dan khuluqiyah
(akhlak) dari gurunya Sayyid Muhsin Al Musawa. Syaikh Yasin Berkata �Kulitnya
kecoklatan, bulu jenggotnya tipis tidak tebal. Seorang yang rendah hati, lembut terhadap orang lemah dan pengasih terhadap orang yang
miskin. Ramah terhadap para penuntut ilmu dan sering membantu
terkait keperluan mereka.
Syaikh Zakaria Bila salah seorang
murid lainnya berkata �Beliau adalah sosok alim, yang tinggi kemuliaanya, banyak
keutamaannya, ahli usul fikih, pakar syariat, dan disenangi oleh para guru dan
juga rekan-rekannya�.
Wafatnya :
Sayyid Muhsin Al Musawa pada
akhir masa hidupnya mendapati ujian berupa penyakit wasir yang parah. Hingga
pada hari Ahad tanggal 10 Jumada Tsaniyah tahun 1354
Hijriah menjelang terbenamnya matahari. Sayyid Muhsin akhirnya meninggalkan
dunia untuk selamanya. Jenazahnya disholati di Masjidil Harom untuk kemudian
dibawa ke pemakaman Ma�la di kota Mekkah. Ia dimakamkan di komplek pemakaman
Sadah Ba�alwi. Berada di dekat pintu Ma�la di sebelah kiri ke arah makam
Sayyidah Khadijah istri Rasulullah. Ia meninggal dalam usia yang muda yaitu 31 tahun dan tanpa meninggalkan anak keturunan.
Jenazahnya diantarkan ke makamnya oleh banyak tokoh, ulama, serta pelajar.
Kematiannya meninggalkan duka, ini terlihat dari beberapa syair tentang
kematiannya dibuat oleh beberapa sastrawan diantaranya Ahmad Badruddin Al Jawi.
Sayyid
Muhsin Al Musawa Sebagai Intelektual
Selain
dikenal sebagai sosok yang
alim dan cerdas. Sayyid Muhsin termasuk
orang yang dikenal karena karya-karya intelektualnya. Namun karena ia
wafat pada usia yang cukup muda, tidak banyak karya ilmiah
yang berhasil ia tuliskan. Hasil tulisannya adalah
bahan ajar untuk para santrinya di setiap kelas atau halaqah keilmuan yang diampunya. Hingga akhirnya setiap santri yang belajar di hadapannya membawa kitab-kitab tersebut kembali ke negeri asal mereka seperti Indonesia, Malaysia, dan lainnya.
Beberapa diantara karya tulisnya yang terkenal adalah:
1.
Nahjut Taysir �Ala Nazhm At Tafsir.
Kitab
ini merupakan kontribusi
Sayyid Muhsin dalam bidang ilmu
Al quran. Kitab ini adalah syarah
atau penjelasan dari Manzhumah Ulum At
Tafsir karya Abdul Aziz Az Zamzami. Ciri khas dari kitab ini adalah metode
penjelasan yang ringkas. Ia menjelaskan makna yang terdapat dalam
bait-bait secara singkat. Juga
ditambah dengan penjelasan ilmiah yang bermanfaat bagi penuntut ilmu.
Dalam penutupnya ia menyebutkan bahwa syarah yang ia tulis bersumber dari Al Itqon dan Syarh An Niqoyah yang keduanya karya dari Imam Suyuthi.
Kitab
ini dicetak oleh empat penerbit :
1. Percetakan Al Majidiyah di kota Mekkah tahun 1352 Hijriah.
2. Percetakan Al Fujalah di Mesir pada tahun 1380 Hijriah.
3. Percetakan Muassasah Kholid di kota Riyadh.
4. Percetakan Maktabah Hasyimiyah di Turki pada tahun 2015 Masehi.
Sayyid Alawi Al Maliki dan Syaikh
Muhammad Yasin Al Fadani membuat hasyiah atau catatan pinggir atas syarah dari
Sayyid Muhsin Al Musawa. Kedua hasyiah ini dicetak bersamaan dengan kitab
Nahjut Taysir oleh Percetakan Al Fujalah di Mesir dengan judul Faydhul Khobir
Wa Khulasah At Taqrir.
Wala
2.
Madkhol Al Wushul Ila Ma�rifati Ilmi Al Ushul.
Kitab
ini merupakan warisan intelektual Sayyid Muhsin dalam bidang
ushul fikih. Ia menulisnya dengan menggunakan metode tanya jawab. Dalam pendahuluannya
Sayyid Muhsin menuliskan bahwa
materi kitab ini berasal dari kitab Al Waroqot karya Imamul Haramain.
Dan menariknya, kitab ini ditulis
saat ia masih
berstatus sebagai santri di
Madrasah Shoulatiyah.
Kitab
ini dicetak oleh tiga penerbit :
1.
Percetakan Bunggul Indah Surabaya pada tahun
1406 Hijriah.
2.
Percetakan Ruwaq Al Hanabilah di Kuwait.
3.
Percetakan Dar Al Bashoir di Damaskus pada tahun
2021 Masehi.
Syaikh Muhammad Yasin Al Fadani menuliskan pelengkap atau
tatimmah atas kitab ini. Dan pelengkap tersebut dicetak bersamaan dengan
kitab aslinya pada percetakan Dar Al Bashoir, Damaskus pada tahun 2021.
3.
An Nafhah Al Hasaniyah Syarh At Tuhfah As Saniyah.
Kitab
ini adalah kontribusi Sayyid Muhsin di dalam ilmu waris (faroidh).
Kitab ini merupakan syarah dari kitab karya gurunya Syaikh Hasan b. Muhammad
Al Masyath yang berjudul At
Tuhfah As Saniyah.
Kitab
ini dicetak oleh dua penerbit :
1. Percetakan Maktabah Al Majidiyah di kota Mekkah.
2. Percetakan Ruwaq Al Hanabilah di Kuwait.
Syaikh Muhammad Yasin Al Fadani
pernah memberikan komentar atau ta�liq atas kitab gurunya tersebut. Syaikh
Abdul Fattah Rowih juga memberikan hasyiah atas kitab An Nafhah Al Hasaniyah
dalam kitabnya Ad Duror Al Lu�luiyah.
4. Jam�u Ats Tsamar
Syarhu Manazil Al Qomar.
Kitab
ini adalah karya Sayyid Muhsin yang berkaitan dengan kajian ilmu falak. Di dalamnya ia memberikan
syarah atas kitab Manazil
Al Qomar karya gurunya Syaikh Kholifah b. Hamd An Nabhani. Syarah yang ditulis Sayyid Muhsin diterbitkan
bersamaan dengan kitab gurunya
tersebut. Dua karya itu diterbitkan oleh penerbit Darul Basyair Beirut Lebanon pada tahun
2014.
1.
Al
Judad Syarhu Manzhumat Az Zubad. Namun kitab ini tidak selesai ditulis.
2.
Zubdat Ash Sholawat �Ala Khoiril Bariyat.
3.
An
Nushus Al Jawhariyah Fi At Ta�arif Al Manthiqiyah.
4.
Adillatu Ahlis Sunnah Wal Jam�ah Fi Daf�i Syubhat Al Firoq Adh Dhollah
Wal Mubtadi�ah.
5.
Ar Rihlah
Al �Aliyah Ila Ad Diyar Al Hadhromiyah. Kitab ini ditulis saat Sayyid Muhsin pergi ke Hadromaut mengunjungi
kerabatnya serta ulama setempat.
6. Terjemah Bahasa Melayu tulisan
tentang fikih uang kertas karangan Syaikh Bakar Syatho.
7. At Taqrirot Ala� Ghoyat Al Wushul Syarh Lubb
Al Ushul.
Sayyid
Muhsin Al Musawa sebagai pendidik.
Sebagai
sosok yang multidisiplin ilmu, sosok Sayyid Muhsin Al
Musawa dipercaya untuk menjadi
pengajar di beberapa lembaga.
Ini adalah suatu pencapaian
tinggi yang tidak semua orang bisa untuk mendapatkannya. Terlebih lagi ia tinggal di kota
Mekkah yang terkenal sebagai salah satu kiblat ilmu
Islam di dunia.
Sayyid
Muhsin Al Musawa dikenal sebagai seorang
pendidik yang mempunyai wibawa besar di hadapan muridnya. Ia adalah seorang pendidik yang tidak kenal lelah dalam mendidik murid-muridnya. Ia juga dikenal memiliki respon� yang cepat terhadap kesulitan yang dihadapi muridnya. Setiap kali didatangi oleh para muridnya wajahnya berbinar sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu dan penuntutnya.
Terkadang ia mengucapkan beberapa kalimat indah kepada
murid-muridnya sebagai tambahan
motivasi dalam proses belajar
mereka. Di antara kalimat-kalimat
yang ia ucapkan adalah :
إن
النعاس
والكسل ** أحلى
مذاقا عن عسل **** إن لم
تصدقني فسل **
من مان قبلي
ذا كسل
Sesungguhnya rasa kantuk dan malas itu lebih manis
rasanya daripada madu.
Jika kamu tak percaya, silahkan tanya kepada orang-orang
malas sebelumku.
Setiap selesai mengajar, Sayyid
Muhsin selalu menutup pelajarannya dengan sebuah doa berbentuk puisi yang ia
baca lalu diikuti seluruh muridnya dengan satu suara..
Pendidik di Madrasah Shoulatiyah.
Selepas lulus dari Madrasah
Shoulatiyah, Sayyid Muhsin Al Musawa ditunjuk menjadi salah satu pengajar pada
lembaga tersebut sampai pada tanggal 16 Syawal tahun 1353 Hijriah. Penunjukan
tersebut membuat gembira para santri dan juga dewan pengajar dikarenakan Sayyid
Muhsin dikenal dengan metode pengajarannya yang baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya pujian dari Syaikh Hasan b. Muhammad Al Masyath seorang ulama
besar pada masanya yang juga pengajar di madrasah tersebut.
Di dalam Madrasah Shoulatiyah,
Sayyid Muhsin Al Musawa mendapatkan Amanah untuk mengajar di tingkat menengah
pertama dan tingkat lanjutan. Beberapa ilmu agama yang ia ajarkan seperti
tafsir, hadis, fikih, ushul fikih, balaghah, nahwu, sharf, mustolah hadis,
qowaid fiqhiyah dan falak.
Dalam bidang fikih ia mengajarkan
kitab-kitab pokok dalam mazhab syafi�i, diantaranya : Minhaj Ath Tholibin
beserta Syarh Al Jalal Al Mahalli dengan Hasyiah Qolyubi dan Amiroh, Tahrir
Tanqih Al Lubab beserta Hasyiah Asy Syarqowi, Minhaj Ath Thulab dan Syarahnya
Fathul Wahhab.
Dalam bidang ushul fikih ia
mengajarkan Lubb Al Ushul dan Syarahnya Ghoyatul Wushul, dan Jam�u Al Jawami�
dan� Syarahnya Al Mahalli, dan Hasyiah Al
Athhar. Dalam bidang Qowaid Fiqhiyah ia mengajarkan kitab Al Fawaid Al Bahiyyah.
Dalam bidang falak ia mengajarkan kitab Tsamarotul Wasilah Fi Ilmil Falak.
Pendidik di Masjidil Haram.
Pada
saat berkunjung di kota Madinah. Sayyid Muhsin ikut hadir di dalam pertemuan para
ulama. Di antara yang hadir
dalam majelis tersebut
adalah Syaikh Umar Hamdan Al Mahrosi.
Ketika para ulama sedang berkumpul, ada satu persoalan
yang ditanyakan kepada para hadirin. Di saat yang lain masih memikirkan
jawabannya, Sayyid Muhsin mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah momen tersebut, Sayyid
Muhsin diminta oleh para ulama Masjidil Harom terutama Syaikh Umar Hamdan untuk
menjadi salah satu pengajar di masjid terbesar di dunia itu. Walaupun ia
sendiri merasa tidak pantas untuk mengajar di Masjidil Harom. Perasaan ini
timbul dari rasa rendah hati yang ia miliki. Namun berkat dukungan dari
guru-gurunya, ia merasa mantap untuk mengajar kembali. Semata-mata untuk
mencari ridho dari para gurunya.
Setiap malam kecuali malam selasa
dan malam jumat, selepas sholat maghrib, Sayyid Muhsin Al Musawa mengajar di
Masjidil Harom. Ia membaca kitab Syarh Az Zubad karya Imam Romli. Selain itu ia
juga mengampu pelajaran lainnya seperti Ushul Fikih, Balaghah, Nahwu, dan
Sharf.
Pendiri
�dan pendidik Madrasah Darul Ulum Ad Diniyah
Jiwa
kepemimpinan Sayyid Muhsin sudah
terlihat Ketika ia membuat dan menjadi kepala Yayasan Persatuan
Palembang (Jam�iyyah Al Ittihad Al Falimbani) pada tahun 1350 Hijriah. Tujuan didirikannya
Yayasan tersebut adalah sebagai tempat untuk adu gagasan terkait persoalan
keagamaan dan keumatan.
Pada tahun 1353 H, Sayyid Muhsin
bersama beberapa ulama berdarah Nusantara berinisiatif untuk membangun sebuah
sekolah agama. Madrasah Darul Ulum Ad Diniyah adalah nama yang dipilih untuk lembaga
tersebut. Tujuan dibangunnya madrasah ini adalah untuk menyebarkan ilmu agama
dan akidah salafus salih. Madrasah ini berlokasi di daerah Syi�b Ali.
Berdasarkan surat Keputusan dari penguasa setempat no 70/2/4
tanggal 16 Ramadhan 1353, Madrasah Darul Ulum resmi berdiri. Formasi dewan pengurus Madrasah
Darul Ulum pada awal berdirinya tahun 1353 Hijriah :
Tengku Mukhtar (Ketua), Mushin Al Musawa (Wakil ketua dan Kepala Sekolah), Zubair Ahmad (Sekretaris
pertama dan wakil kepala sekolah),
Abdul Rasyid Falimban (Sekretaris
kedua), Abdul Wahid Jambi (Sekretaris
Tata Usaha), Yaqub Firaq (Bendahara),
Raden Atmojo dan Haji Abdul Majid (Dewan penasehat).
Pada
tahun 1357 H, Abdul Muhaimin Lasem menggantikan Tengku Mukhtar yang pulang kembali
ke Indonesia. Begitupun pada tahun
yang sama Hasan Falimban ditunjuk
untuk menjadi wakil ketua. Kemudian pada tahun 1392 H Dahlan Hasan Kediri diangkat menjadi ketua
yayasan.
Nama-nama Kepala Madrasah Darul
Ulum dari masa kemasa : Sayyid Muhsin Al Musawa (1353-1354 H), Zubair Ahmad
(1354-1359 H), Ahmad Manshuri (1359-1384 H), Muhammad Yasin Al Fadani (1384-� ).
Gedung Madrasah Darul Ulum
Pada awalnya gedung Madrasah Darul
Ulum berlokasi di Syi�ib Ali. Lalu pada tahun 1394 H, gedung ini digunakan
hanya untuk tingkat dasar. Untuk tingkat menengah pertama dan menengah atas
dipindahkan ke sebuah gedung tersendiri. Dengan demikian Madrasah Darul Ulum
mempunyai dua gedung. Gedung lama yang berlokasi di Syi�ib Ali untuk tingkat
dasar. Adapun untuk tingkat menengah pertama dan atas berada di gedung di
distrik Abu Lahab.
Perpustakaan Madrasah Darul Ulum
Sebuah madrasah yang baik
tentunya harus ditopang dengan perpustakaan yang juga baik. Perpustakaan
Madrasah Darul Ulum memiliki banyak koleksi kitab-kitab yang berharga, baik itu
yang dicetak atau yang masih berupa manuskrip. Perpustakaan ini banyak mempunyai
koleksi kitab fikih, utamanya kitab-kitab di dalam mazhab syafi�i.
Banyaknya koleksi kitab yang
dimiliki perpustakaan Darul Ulum ini dilatarbelakangi setidaknya dua hal :
Pertama, banyaknya para ulama Nusantara yang mewakafkan kitab-kitab mereka
kepada pihak Madrasah. Kedua, sosok Sayyid Muhsin Al Musawa sebagai pendiri dikenal
sebagai orang yang sangat menaruh perhatian besar akan kitab-kitab para ulama,
khususnya kitab fikih dan ushul fikih. Setiap kali ia mendengar sebuah kitab
yang bagus, ia selalu berusaha untuk bisa mendapatkan kitab tersebut.
Sayyid
Muhsin juga dikenal sering menyalin manuskrip kitab-kitab. Diantara kitab-kitab tersebut
adalah Syarh Syaikh Kholid Al Azhari atas kitab Jam�u
Al Jawami�. Dan diantara koleksi manuskrip yang ia miliki adalah Fathul Fattah Syarh Al Idhoh Fil� Manasik karya Ibnu Allan, dan Hasyiah Syanwani �Ala Syarh Al Manhaj milik Zakariya Al Anshori.
Tingkatan Pendidikan
Madrasah Darul Ulum
Tingkatan pendidikan yang ada di dalam
Madrasah Darul Ulum pada saat
berdiri tahun 1353 Hijriah.
Tabel
1.
Tingkatan Pendidikan Madrasah Darul Ulum
No |
Nama
Tingkatan |
Masa
Belajar |
1 |
Tingkat
Persiapan |
3 Tahun |
2 |
Tingkat
Dasar |
4 Tahun |
3 |
Tingkat
Menengah Pertama |
3 Tahun |
4 |
Tingkat
Menengah Atas |
2 Tahun |
Pada
tahun 1362 H tingkat persiapan ditutup dan digabungkan bersama tingkat dasar dengan durasi belajar selama 6 tahun. Adapun tingkat pendidikan yang lain tidak mengalami perubahan.
Kemudian pada tahun 1374 H,
tingkat persiapan resmi ditiadakan. Sehingga pihak madrasah melaksanakan sistem
pendidikannya menjadi 3 tingkatan :
1. Tingkat dasar dengan durasi belajar 6 tahun. Kurikulum pada tingkat ini mengadopsi kurikulum yang ditetapkan Kementrian
Pendidikan untuk tingkat sekolah dasar. Pada tingkat ini, mayoritas siswa (yang
berasal dari luar Mekkah) kesulitan belajar dikarenakan mereka tidak terbiasa
belajar menggunakan bahasa arab. Hal ini diperparah dengan kurangnya sarana
prasarana penunjang kegiatan belajar yang dimiliki pihak madrasah.
2. Tingkat menengah pertama dengan durasi belajar 4 tahun. Kurikulum yang
diajarkan pada tingkat ini mendekati dengan sistem yang ditetapkan oleh pihak
kementrian. Sehingga pada akhir masa pendidikan, para siswa dapat mengikuti
ujian untuk mendapatkan ijazah dari Kerajaan.
3. Tingkat menengah atas dengan durasi 2 tahun. Tingkat ini (dan tahun
keempat pada tingkat menengah pertama) berkonsentrasi pada kajian keislaman dan
bahasa arab. Oleh karenanya kurikulum pada tingkat ini lemah dalam ilmu sosial
dan ilmu eksakta. Ijazah pada tingkat ini tidak diakui dan disetarakan dengan
madrasah-madrasah dibawah naungan Kementrian Pendidikan.
Namun, pada tahun 1357 H,
Madrasah Darul Ulum mendapatkan penyetaraan dan pengakuan dari Universitas Al
Azhar, Mesir. Dengan demikian ijazah yang dikeluarkan pihak madrasah setara
dengan ijazah sekolah menengah atas milik Al Azhar. Setelah penyetaraan dari Al
Azhar, menyusul kemudian universitas-universitas dari negara arab lainnya yang
mengakui ijazah yang dikeluarkan oleh Madrasah Darul Ulum.
Beberapa nama dewan pengajar di Madrasah Darul Ulum :
Darul Ulum adalah madrasah yang
mempunyai misi yang mulia, yaitu penyebaran ajaran islam ke dunia. Untuk
menjaga kualitasnya, pihak madrasah tentunya mempunyai standar yang tinggi
dalam memilih dewan pengajar. Selain nama-nama seperti Sayyid Muhsin Al Musawa,
Syaikh Muhammad Yasin Al Fadani, tercatat beberapa nama ulama besar pada
masanya, yang� mendapat tugas untuk
mengajar di madrasah tersebut. Diantara mereka adalah :
1.�� Ahmad
b. Yusuf b. Muhammad Qisti Al Makki (w1367H).
Ia lahir dan tumbuh di kota Mekkah. Belajar dan mengambil
ilmu di hadapan ulama kota Mekkah seperti Abdul Sattar Ad Dahlawi, Umar
Bajunaid, dan lainnya. Kemudian ia sempat kembali ke Indonesia tahun 1325
Hijriah.
Ketika di Indonesia ia juga
mendirikan Madrasah Segaf tahun 1327 Hijriah dan Madrasah Alatas tahun 1331
Hijriah. Pada tahun 1338 Hijriah, ia diangkat menjadi hakim. Kemudian pada
tahun 1349 Hijriah ia kembali ke kota Mekkah dan mengajar di Masjidil Haram dan
Madrasah Darul Ulum. Ia mengajarkan kepada para santri ilmu sastra arab, fikih,
dan hadis.
Syaikh Ahmad Qisti mengajarkan beberapa kitab fikih diantaranya Minhaj At Tholibin dengan Syarh Al Mahalli serta Hasyiah Al Qalyubi dan Amiroh.
2.�� Syaikh Muhammad Ali
b. Husein b. Ibrohim Al Maliki (w1368 H).
Seorang pakar di bidang linguistik arab. Bahkan ia dijuluki Sibawaih pada masanya. Diantara gurunya yang terkenal
adalah Syaikh Bakar Syatha. Selain mengajar di Darul Ulum, ia juga mengajar di
Masjidil Haram, dan Madrasah Shoulatiyah. Ia juga ditunjuk menjadi salah satu
dewan hakim pada pengadilan di Mekkah. Karya tulisnya mencapai jumlah 40 kitab.
Di
Madrasah Darul Ulum, Syaikh
Muhammad Ali Al Maliki mengajarkan kitab karangannya sendiri dalam bidang tersebut, seperti Tadrib At Thulab
Fi Qowaid Al I�rob, serta kitab-kitab nahwu lainnya. Ia juga mengajar fikih dengan menggunakan kitab Tuhfah Al Muthtaj Syarhul Minhaj, dengan Hasyiah
Ibnu Qosim, dan As Syirwani. Dan kitab-kitab lainnya.
3.�� Syaikh Muhammad
Husein b. Abdul Ghani b. Falimbani (w1399 H).
Seorang ulama kelahiran kota
Palembang. Hijrah ke Mekkah pada tahun 1330 H bersama kedua orang tuanya.
Belajar kepada ulama besar Masjidil Haram seperti Syaikh Umar Hamdan Al
Mahrosi, Syaikh Muhammad Ali Al Maliki, Syaikh Abdul Sattar Ad Dahlawi. Selain mengajar
di Darul Ulum, ia juga mengajar di Masjidil Haram. Ia juga mempunyai kontribusi
terhadap pembangunan madrasah khusus putri di kota Mekkah.
Di
dalam Madrasah Darul Ulum, Syaikh
Muhammad Husein Al Falimbani mengajarkan
beberapa kitab. Diantara kitab tersebut
adalah Minhaj At Tholibin
dengan Syarah Al Mahalli.
Dan juga Hasyiah Al Qalyubi
dan Amiroh.
4.�� Abdullah b. Sa�id Al Lahji
(w1410 H)
Seorang faqih yang juga ahli ibadah. Lahir di Yaman dan belajar
ilmu-ilmu dasar keislaman di negara tersebut. Lalu ia pindah ke kota Mekkah dan belajar dari ulama kota suci tersebut. Kemudian
ia menjadi salah satu pengajar di Masjidil Haram dan juga Madrasah Darul Ulum.
Ia juga seorang
penulis yang produktif. Diantara hasil karya tulisnya adalah : Al Ajwibah Al Makkiyah �Ala Al Asilah Al Jawiyah,
Muntaha As Saul Syarh Wasail
Al Wushul Ila Syamail Ar Rasul 4 jilid, Hasanat Az
Zaman Fi Tarojum Ulama Yaman.
5.�� Syaikh Ibrahim b.
Daud b. Abdul Qodir Fathoni (w1413 H)
Seorang ulama multidisiplin ilmu.
Belajar di hadapan para masyayikh Masjidil Haram. Selain mengajar di Darul
Ulum, ia juga menjadi tenaga pengajar di Masjidil Haram. Di samping itu ia juga
menjadi hakim di pengadilan syariah kota Mekkah.
Di dalam madrasah Darul Ulum,
Syaikh Ibrohim Fathoni mengajarkan kitab-kitab tafsir, seperti Tafsir Jalalain,
Tafsir Baydhowi. Dalam bidang usuhul fiqih, ia mengajar kitab Jam�u Al Jawami�.
Dalam
bidang Arudh, ia membahas kitab Matan Al Kafi
dengan Hasyiah As Shobban. Dalam bidang metode ilmu debat ia
mengkaji Risalah Thosya Kubro. Dalam ilmu Sejarah, ia mengajar Muhadoroh Al Khudri.
Sumber Pendanaan
Semenjak diresmikannya, madrasah ini hanya mengandalkan
donasi dari para dermawan. Khususnya para Jemaah haji Indonesia dan Malaysia. Terkadang
mereka juga mengirim anggota
yayasan untuk pergi ke Asia
Tenggara dalam rangka mengumpulkan
donasi untuk keberlangsungan
madrasah. Dikarenakan pihak
madrasah tidak mempunyai sumber
pendanaan tetap seperti wakaf
dan donasi rutin.
Setelah 5 tahun dari pendiriannya.
Madrasah Darul Ulum mulai mengalami kesulitan untuk melangsungkan operasionalnya. Maka pada tahun 1358 H, pihak madrasah mulai memberlakukan iuran dari
murid. Kemudian pada tahun 1360 H, pihak madrasah juga mulai untuk menerima
bantuan dana dari pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sebesar 600 Riyal. Jumlah
ini mengalami kenaikan sebesar 3.000 Riyal pada tahun 1372 H. Hal ini terus
berlangsung sampai tahun� 1379 H. Pada tahun
1374 H, pihak Kerajaan melalui Kementerian Pendidikan mulai mengawasi� jalannya pendidikan di Darul Ulum.
Kemudian bantuan diberhentikan
selama 6 tahun lamanya dari tahun 1379-1385 H. Dan mulai dari tahun� 1385 H, pihak madrasah senantiasa mendapat
bantuan dari kementrian pendidikan Kerajaan Saudi Arabia. Tercatat pada tahun
1392 H bantuan yang diterima mencapai 25 ribu Riyal. Pada tahun 1396 H, bantuan
dana operasional dari Kerajaan Saudia Arabia mencapai 75 persen dari dana yang
dikelola pihak madrasah.
Tabel 2. Data terkait jumlah
santri, alumni, serta anggota dewan pengajar
No |
Tahun (Hijriah) |
Jumlah Murid |
Jumlah Alumni |
Jumlah pendidik |
1 |
1353 |
170 |
- |
15 |
2 |
1354 |
340 |
- |
15 |
3 |
1355 |
400 |
39 |
20 |
4 |
1365 |
209 |
25 |
15 |
5 |
1375 |
343 |
12 |
15 |
6 |
1385 |
297 |
13 |
16 |
7 |
1387 |
370 |
31 |
21 |
8 |
1388 |
379 |
27 |
17 |
9 |
1389 |
296 |
33 |
18 |
10 |
1390 |
315 |
28 |
18 |
11 |
1391 |
268 |
21 |
12 |
Umumnya santri atau pelajar yang belajar di Madrasah Darul Ulum
adalah para pelajar yang berasal
dari Asia Tenggara. Mereka berasal
dari tiga negara : Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Dalam salah satu laporan tertulisnya
dikatakan �Dan apabila kita memandang jauh ke Indonesia,
Malaysia, dan Siam (Thailand). Kita akan mendapati
banyaknya alumni madrasah ini. Mereka terjun ke dalam kehidupan masyaratakat.
Ada diantara mereka yang bertugas dalam bidang kehakiman, fatwa, kepemimpinan,
nasehat, serta pengajaran�.
Pamor Madrasah Darul Ulum
mulai menurun ketika munculnya
madrasah-madrasah baru di sekitar mereka. Terlebih setelah didirikannya Darul Hadis Mekkah yang merupakan
sekolah di bawah naungan Universitas Islam Madinah. Pihak
Darul Hadis memberikan asrama serta
makan gratis bahkan uang saku bagi siapa saja yang ingin belajar di dalamnya.
Pada
masanya Madrasah Darul Ulum
dan madrasah-madrasah lainnya di kota Mekkah mempunyai peran yang besar dalam dunia pendidikan pada
kota suci tersebut.
KESIMPULAN
Sayyid
Muhsin b. Ali Al Musawa (1323-1354 H) adalah seorang
ulama yang menguasai banyak
ilmu keislaman. Hal itu dibuktikan dengan adanya puluhan karya yang ia tulis di berbagai
disiplin keilmuan. Pengaruh karya-karyanya juga cukup besar dalam khazanah keislaman. Ini bisa dilihat dari adanya
hasyiah atau ta�liq
dari ulama lainnya yang berkaitan
dengan karyanya tersebut.
Sayyid Muhsin Al Musawa juga seorang pendidik yang mumpuni. Karena keilmuannya, ia mendapat kepercayaan untuk mengajar di dua lembaga bergengsi di kota Mekkah yaitu Madrasah Shoulatiyah, dan Masjidil Harom. Pada usia matangnya, ia kemudian
mendirikan sebuah madrasah
yang diberi nama Madrasah
Darul Ulum Ad Diniyah.
Madrasah inilah kontribusi terbesarnya dalam dunai pendidikan, terutama untuk penduduk Mekkah pada saat itu. Namun, ia meninggal
dalam usia yang relatif muda. Seandainya ia diberikan waktu yang lebih
lama lagi, niscaya kontribusi
dan perannya dalam dunia pendidikan
islam tentu akan jauh lebih
besar lagi dari yang tercatat sekarang.
DAFTAR
PUSTAKA
Daus, A., & Pd, M. (2022).
Pendidikan Agama Islam (Buku Ajar PTAI & Umum). PT. Indragiri Dot Com.
Harefa, F. K. (2022). Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Hadis Jibril. Skripsi. Magelang: Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Magelang, 2022. Universitas Muhammadiyah Magelang.
Ramdhani, K.,
Hermawan, I., & Muzaki, I. A. (2020). Pendidikan Keluarga Sebagai Fondasi
Pertama Pendidikan Karakter Anak Perspektif Islam. Ta�lim, 2(2), 36�49.
Saputra, M., Nur, A. Z., Hawa, S., &
Hamdani, M. (2022). Manajemen Pendidikan Rasulullah. Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
Sari, M., & Asmendri, A. (2020).
Penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian pendidikan IPA.
Natural Science, 6(1), 41�53.
Abdul Jabbar, Umar. (1403 H). Siyar
Wa Tarojum Li Ba�dhi Ulama-ina Fil Qorni Al Robi� Asyar Lil Hijroh. Jeddah : Tihamah.
Abdullah,
Abdul Rahman Salih (1403H). Tarikh At Ta�lim
Fi Makkah Al Mukarromah. Jeddah :
Dar Syuruq.
Al Ahdal, Ahmad
Yusuf. (2007). �Ianah At Tholib Fi Bidayah �Ilmi Al Faroidh. Lebanon : Dar Thouq Najah.
Al
Falimbani, Muhammad Mukhtar (1408H). Bulugh
Al Amani Fi At Ta�rif Bi Syuyukh Wa Asanid
Al Faddani. Jeddah : Dar
Izzah.
Al
Maliki, Alawi. Faidh Al Khobir Wa Khulasoh
At Taqrir. Mesir : Maktabah Fujalah 1960. 3.
Al Muallimi, Abdullah Abdul Rahman (1421H). A�lam Al Makkiyyin. Mekkah :
Muassasah Al Furqon.
Al Musawa, Muhsin.
(1405 H) Madkhol Al Wushul
Ila Ma�rifati Ilmi Al Ushul.
Surabaya : Bunggul Indah.
As
Samroni, Dhoifullah, (2022). Al
Allamah Muhsin b. Ali Al Musawa Wa Kitabuhu Nahj At
Taysir. Majalah Kuliyat Ad Dirasat Al Islamiyah Wa Al Arabiyah, Iskandariah, Mesir. Vol
2. (92-134).
As
Sanusi, Ridho Muhammad (1425H). Daur Ulama Makkah Fi Khidmah As Sunnah An Nabawiyah. Madinah : Majma� Al Malik Fahad.
Bila,
Zakaria Abdullah. (1427H). Al Jawahir Al Hisan Fi Tarojum Al Fudhola Wal Khillan. Mekkah : Muassasah Al Furqon.
Mamduh,
Muhammad Said (1434H). Tasynif Al Asma� Bi Syuyukh Al
Ijazah Wa Al Sama�. Mesir : Darul Kutub Al Mishriyah.
Muqodami, Faishol Abdullah (1405H).
At Ta�lim Al Ahli Li Al Banin Fi Makkah Al Mukarromah. (Tesis Magister, Ummul Qura University,
Mekkah).
Ramadhan,
Muhammad Khoir (1997). Takmilah Mu�jam Al Muallifin. Beirut : Dar Ibnu Hazm.