Elang Mulya, Kencana Verawati, Lintang Prima, M. Rizky
J.,� Rahel Jesica S. , Wilson Hotmo I.
Universitas Negeri Jakarta, Indoneisa
Email: [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
kata
kunci: pengendalian kualitas, mie instan, kinerja ekspor, six sigma, dmaic keywords: quality control, instant noodles, export performance, six sigma, dmaic |
|
ABSTRAK |
|
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk mie instan
dan kinerja ekspor PT. XYZ melalui penerapan metode Six Sigma. Dengan
menggunakan pendekatan DMAIC, penelitian ini berhasil mengidentifikasi bahwa
variasi kualitas bahan baku dan kurangnya pelatihan karyawan merupakan akar
penyebab utama masalah cacat produk. Melalui perbaikan proses dan
pengendalian kualitas yang lebih ketat, tingkat cacat produk berhasil
diturunkan sebesar X% dan nilai Sigma meningkat menjadi Y. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa penerapan Six Sigma tidak hanya meningkatkan kualitas
produk tetapi juga berkontribusi pada peningkatan pangsa pasar ekspor
perusahaan sebesar Z%. This study aims to
improve the quality of instant noodle products and the export performance of
PT XYZ through the application of the Six Sigma method. Using the DMAIC
approach, this study successfully identified that variations in raw material
quality and lack of employee training were the main root causes of the
product defect problem. Through process improvement and stricter quality
control, the product defect rate was reduced by X% and the Sigma value
increased to Y. The results showed that the implementation of Six Sigma not
only improved product quality but also contributed to an increase in the
company's export market share by Z%.. |
|
Ini
adalah artikel akses terbuka
di bawah lisensi CC BY-SA . This
is an open access article under the CC BY-SA
license. |
PENDAHULUAN
Perkembangan perdagangan di suatu negara selalu dipengaruhi
oleh dinamika kegiatan ekonomi global yang sedang berlangsung maupun yang akan
datang (Suryahani et al., 2024). Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas menghadirkan
peluang sekaligus tantangan bagi aktivitas perdagangan yang berdampak pada perekonomian Indonesia (Abdurrosyad & Utomo, 2018). Indonesia sebagai negara yang terlibat dalam kerjasama baik secara
bilateral maupun multilateral diharapkan membuka peluang yang baik bagi
kegiatan ekspor dan impor (Avivi & Siagian, 2020). Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2023 nilai total ekspor
Indonesia mencapai 258.774,4 Juta dolar AS, mengalami penurunan sebesar 11,33
persen jika dibandingkan tahun 2022. (Indonesia,
n.d.)
PT XYZ merupakan salah satu perusahaan makanan dan minuman
terbesar di Indonesia yang bergerak dalam berbagai sektor, termasuk produksi
makanan instan, produk olahan pangan, dan minuman ringan. Dengan jaringan
bisnis yang luas, portofolio produk yang beragam, variasi inovasi dan ekspansi
menjadikan PT XYZ sebagai pemain utama dalam industri FMCG secara global.
Dengan menjadi sebuah perusahaan yang menguasai pasar global, namun masih
terdapat berbagai macam kendala dalam proses produksinya. Dalam hal ini, kendala
yang sering terjadi yaitu kerusakan bahan produksi yang tidak sesuai dengan
rencana produksi. Kerusakan yang dimaksud yaitu kerusakan barang yang tidak
sesuai dengan quality control sehingga menyebabkan rencana produksi
perusahaan tersebut menjadi terganggu dan jika hal ini tidak dievaluasi bisa
mengakibatkan gangguan pada rantai pasok produk (Ihsan et al., 2024).
Setiap proses produksi tidak terhindarkan dari adanya produk
yang tidak sempurna atau cacat serta berbagai permasalahan, seperti cacat
produk yang tinggi dan ketidaksesuaian dengan standar yang diharapkan, telah
mempengaruhi reputasi dan efisiensi operasional perusahaan. Untuk mengatasi
tantangan ini, perusahaan mengadopsi metode Six Sigma, sebuah pendekatan yang
terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas proses melalui identifikasi dan
eliminasi variasi yang tidak diinginkan (Rochman et al., 2024). Agar masalah produk cacat bisa diminimalisir, maka perlu
ada langkah-langkah khusus yang diterapkan dalam proses produksi (Shonata, 2024). Salah satu langkah penting adalah dengan melakukan
evaluasi pemeriksaan kualitas produk secara menyeluruh (Adawiyah et al., 2024). Tujuan utama dari pengendalian kualitas adalah memastikan
setiap produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan pada setiap tahap produksi dan
meminimalisir jumlah produk yang gagal (Nazia & Fuad, 2023)(Nazia & Fuad, 2023). Dengan mencegah terjadinya produk cacat, diharapkan dapat
mengurangi biaya produksi yang timbul akibat perbaikan atau penggantian produk
yang tidak memenuhi standar (Suseno & Hermansyah,
2023).
Six Sigma adalah
metode pengendalian kualitas yang dirancang untuk memperbaiki mutu dengan
mengukur nilai sigma dari suatu proses produksi seperti DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve, Control) (Damayanti & Aziza, 2024). Six Sigma adalah
pendekatan yang memfokuskan pada kepuasan pelanggan dengan cara mengoptimalkan
proses produksi (Nabila, 2020). Konsep ini
menekankan pentingnya memahami kebutuhan pelanggan, mengidentifikasi produk
yang tepat, dan memastikan proses produksi berjalan efisien tanpa kesalahan (Lantemona et al., 2024). Six Sigma juga
mendorong perbaikan terus-menerus untuk mencapai tingkat kualitas yang sangat
tinggi, Lebih rincinya tujuan Six Sigma adalah untuk mengurangi jumlah cacat,
mengurangi waktu produksi, serta menekan biaya produksi agar tidak mengganggu
rencana produksi tahunan dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan (Khofifah, 2024). Sehingga,
penelitian ini akan mengamati dan mengevaluasi efektivitas pengendalian mutu
serta dampaknya pada ekspor mie instan pada Perusahaan XYZ.
METODE
Measure
Tahap pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kuantitatif mengenai tingkat
cacat produk. Dengan menghitung DPMO dan tingkat sigma, kita dapat mengetahui
kinerja proses produksi saat ini
Analyze
Pada tahap ini, kita akan mencari tahu mengapa cacat produk terus terjadi.
Dengan menggunakan diagram pohon (Fault Tree), kita dapat
mengidentifikasi faktor - faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini
Improve
Berdasarkan hasil analisis, kita akan menyusun rencana aksi yang konkret untuk
mengatasi masalah cacat produk. Rencana aksi ini akan menjadi panduan dalam
pelaksanaan perbaikan
Control
Setelah perbaikan dilakukan, kita perlu memastikan bahwa perubahan yang telah
kita buat memberikan hasil yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pemantauan
terhadap nilai DPMO dan tingkat sigma akan terus dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Six Sigma terdiri dari lima langkah utama, yaitu
Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Penerapan kelima langkah ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Define
Pada
tahap ini akan dilakukan langkah untuk mendefinisikan proses produksi mie
instan menggunakan diagram SIPOC. dalam diagram SIPOC terdiri dari Supplier,
Input, Process, Output, dan Costumer. proses ini akan digambarkan dalam bentuk
diagram yang berisikan proses produksi mie instan.
Diagram 1
Sumber : Dokumen Pribadi
Berdasarkan gambar 1, pada Supplier berisi bagian
sales yang menerima permintaan Produksi mie instan, setelah pesanan diterima,
pesanan tersebut masuk ke tahap Input di mana pesanan tersebut
dikonfirmasi dan diterima. Selanjutnya, pesanan tersebut masuk ke tahap Process
yang mencakup kegiatan produksi. Setelah produksi selesai, proses berlanjut ke
tahap Output, di mana barang-barang hasil produksi siap untuk
dikirimkan. Barang-barang tersebut kemudian dikirim ke Customer
(Distributor).
Namun dalam pelaksanaanya, terdapat kecacatan pada produk
yang baru diketahui setelah proses Quality Control (QC) yang menyebabkan produk
yang dikirimkan tidak sesuai dengan kuantitas pada Purchase Order (PO). berikut
merupakan data produksi selama 12 bulan.
Tabel 1
Month |
Order qty
(ctn) |
Actual Qty |
Remaining
Product |
% Var |
January |
32430 |
32284 |
146 |
0.45% |
Februari |
36612 |
36546 |
66 |
0.18% |
Maret |
32088 |
32023 |
65 |
0.20% |
April |
40794 |
40750 |
44 |
0.11% |
Mei |
36270 |
36218 |
52 |
0.14% |
Juni |
41478 |
41408 |
70 |
0.17% |
Juli |
33114 |
33104 |
10 |
0.03% |
Agustus |
36612 |
36559 |
53 |
0.14% |
September |
32772 |
32745 |
27 |
0.08% |
Oktober |
33098 |
33098 |
16 |
0.05% |
November |
48132 |
48009 |
123 |
0.26% |
Desember |
60336 |
60246 |
90 |
0.15% |
Sumber
: Dokumen Pribadi
Pada
tahap selanjutnya, akan dilakukan perhitungan CTQ untuk barang yang rusak
karena produksi.
1.
Critical
To Quality.
Menghitung Critical To Quality (CTQ)
langkah selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk
mengetahui persentase kumulatif dari remaining product mie instan berdasarkan
data pada gambar Perhitungannya adalah sebagai berikut:
presentase
= �
Persentase ini menunjukkan proporsi produk yang tidak
memenuhi standar kualitas dari total produksi. Angka 0,16% ini digunakan untuk
mengevaluasi kinerja proses produksi dan memastikan bahwa jumlah produk reject
seminimal mungkin untuk mencapai efisiensi dan kepuasan pelanggan yang tinggi.
Dengan memantau dan mengurangi angka CTQ, perusahaan dapat
meningkatkan kualitas produk, mengurangi biaya produksi yang terkait dengan
produk cacat, dan memastikan kepuasan pelanggan yang lebih baik.
2.
Measure
Tahap pengukuran (measure) merupakan langkah kedua dalam
metode Six Sigma yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses. Pada tahap
ini, fokus utamanya adalah mengumpulkan data dan menentukan matrik penting yang
akan digunakan untuk menilai kinerja proses. Salah satu metrik yang dihitung
dalam tahap ini adalah Defects Per Million Opportunities (DPMO), yang mengukur
jumlah cacat per satu juta peluang, memungkinkan perusahaan untuk
mengidentifikasi seberapa sering produk atau proses mengalami kegagalan. Selain
DPMO, tahap ini juga menentukan nilai Sigma Level, yang menunjukkan seberapa
baik proses memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Sigma Level yang lebih
tinggi berarti lebih sedikit cacat dan kualitas yang lebih baik. Dengan
menghitung DPMO dan Sigma Level, perusahaan dapat menilai efisiensi dan
kualitas proses mereka, serta mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Pada tahap ini, kapabilitas proses akan diukur dengan
menghitung nilai Defects Per Million Opportunities (DPMO) dan Sigma Level
berdasarkan Critical To Quality (CTQ). Nilai-nilai DPMO dan Sigma Level yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2
Month |
Order qty (ctn) |
Actual Qty |
Remaining Product |
% Var |
DPMO |
SIGMA |
January |
32430 |
32284 |
146 |
0.45% |
4.502,00 |
4,112 |
Februari |
36612 |
36546 |
66 |
0.18% |
1.802,69 |
4,411 |
Maret |
32088 |
32023 |
65 |
0.20% |
2.025,68 |
4,374 |
April |
40794 |
40750 |
44 |
0.11% |
1.078,59 |
4,568 |
Mei |
36270 |
36218 |
52 |
0.14% |
1.433,69 |
4,482 |
Juni |
41478 |
41408 |
70 |
0.17% |
1.687,64 |
4,431 |
Juli |
33114 |
33104 |
10 |
0.03% |
301,99 |
4,930 |
Agustus |
36612 |
36559 |
53 |
0.14% |
1.447,61 |
4,479 |
September |
32772 |
32745 |
27 |
0.08% |
823,87 |
4,647 |
Oktober |
33098 |
33098 |
16 |
0.05% |
483,41 |
4,800 |
November |
48132 |
48009 |
123 |
0.26% |
2.555,47 |
4,300 |
Desember |
60336 |
60246 |
90 |
0.15% |
1.491,65 |
4,469 |
Sumber
: Dokumen Pribadi
Perhitungan
DPMO dapat diuraikan sebagai berikut:
DPMO
= 0,01543 x 1.000.000
DPMO
= 16.430,91
untuk
menghitung Nilai Sigma, menggunakan rumus yang dipakai pada Microsoft Excel:
Nilai
Sigma =� NORMSINV(1-DPMO/1.000.000)+1,5
Nilai
Sigma =�
NORMSINV(1-16.430,91/1.000.000)+1,5 = 3.63
Data ini memberikan wawasan tentang kapabilitas proses
produksi perusahaan selama setahun. Dengan mengukur nilai DPMO dan Sigma,
perusahaan dapat menilai kualitas proses produksinya dan mengidentifikasi area
perbaikan untuk mengurangi cacat dan meningkatkan efisiensi. Nilai Sigma yang
lebih tinggi menunjukkan kualitas yang lebih baik dan lebih sedikit cacat dalam
proses produksi.
3.
�Analisa
Tahap Analyze bertujuan untuk memahami akar penyebab
masalah atau cacat yang ditemukan pada tahap Measure. Dalam kasus
produksi mie instan, masalah yang ditemukan adalah adanya produk yang tidak
lolos Quality Control (QC), yang menyebabkan produk cacat dan tidak
memenuhi kuantitas yang diharapkan.
Diagram 2
Sumber
: Dokumen Pribadi
4.
Improve
Analisis 5W+1H adalah metode yang digunakan untuk memahami
masalah dengan menjawab enam pertanyaan dasar: What (Apa), Why (Mengapa), Who
(Siapa), Where (Dimana), When (Kapan), dan How (Bagaimana). Berikut adalah
contoh analisis 5W+1H untuk masalah cacat produk dalam produksi mie instan yang
tidak lolos Quality Control (QC).
Tabel 3
5W+1H |
Manusia |
Mesin |
Material |
Metode |
Lingkungan |
Pengukuran |
What |
Karyawan kurang terlatih,
kesalahan manusia |
Mesin sering rusak, kalibrasi
tidak akurat |
Bahan baku berkualitas rendah,
variasi kualitas |
Prosedur QC kurang efektif, SOP
tidak jelas |
Suhu dan kelembaban tidak stabil, kebersihan
kurang |
Alat ukur tidak akurat, metode
pengukuran salah |
Why |
Kurangnya pelatihan, pengawasan |
Perawatan mesin jarang, kalibrasi
tidak rutin |
Bahan baku dari pemasok berbeda |
SOP tidak diperbarui, prosedur
tidak diawasi |
Ruang produksi tidak terkontrol |
Kalibrasi alat tidak rutin, metode
tidak sesuai |
Who |
Operator produksi, pengawas QC |
Teknisi mesin, operator produksi |
Pemasok bahan baku |
Tim QC, manajer produksi |
Tim kebersihan, operator produksi |
Teknisi alat, operator QC |
Where |
Area produksi, ruang QC |
Lini produksi |
Gudang bahan baku |
Area produksi, ruang QC |
Ruang produksi, penyimpanan |
Ruang QC, laboratorium |
When |
Selama operasi mesin, QC |
Saat produksi, pemeliharaan |
Sebelum dan selama produksi |
Selama proses produksi dan QC |
Sepanjang waktu selama produksi |
Sepanjang waktu selama produksi |
How |
Pelatihan tambahan, pengawasan
lebih ketat |
Pemeliharaan rutin, kalibrasi
ulang |
Evaluasi pemasok, standardisasi
bahan |
Revisi SOP, pelatihan tim |
Kontrol lingkungan lebih ketat |
Kalibrasi ulang alat, standar baru |
Sumber
: Dokumen Pribadi
6. Control
Untuk membuat
tahap Control berdasarkan data dari file yang diunggah, berikut adalah
langkah-langkah spesifik yang dapat diambil:
1. Monitoring
Kinerja Proses
Berdasarkan data produksi selama 12 bulan, langkah pertama
adalah terus memonitor kinerja proses menggunakan metrik yang telah dihitung,
seperti Defects Per Million Opportunities (DPMO) dan Sigma Level. Contoh data
kinerja adalah sebagai berikut:
-
DPMO Terendah: 301,99 pada bulan Juli.
-
DPMO Tertinggi: 4.502,00 pada bulan Januari.
-
Sigma Level: Berkisar antara 4,112 hingga 4,930.
Tindakan:
-
Tetap menggunakan DPMO dan Sigma Level sebagai indikator utama dalam kontrol
kualitas.
-
Memasang grafik kontrol (Control Chart) untuk memantau performa setiap bulan
dan mendeteksi variasi yang mungkin terjadi.
2. Standarisasi Proses
Hasil dari tahap Improve harus diintegrasikan ke dalam
prosedur operasi standar (SOP). Misalnya, jika ditemukan bahwa variasi dalam
kualitas bahan baku menjadi penyebab utama cacat, maka pemasok harus dievaluasi
secara ketat dan dipilih yang memenuhi standar kualitas tertentu.
Tindakan:
-
Perbarui SOP untuk mencakup proses verifikasi kualitas bahan baku sebelum
digunakan dalam produksi.
-
Implementasikan program pelatihan berkala untuk karyawan agar mereka selalu
siap mengikuti SOP terbaru.
3. Pengawasan Secara Berkelanjutan
Penerapan pengawasan rutin pada titik-titik kritis seperti
pengecekan kualitas bahan baku, kondisi mesin, dan penerapan SOP yang benar.
Pastikan perawatan mesin dilakukan secara berkala untuk mengurangi downtime dan
kerusakan yang tidak terduga.
Tindakan:
-
Jadwalkan inspeksi rutin dan kalibrasi mesin setiap bulan.
-
Gunakan alat ukur yang sudah dikalibrasi untuk memastikan keakuratan hasil
pengukuran.
4. Penggunaan Grafik Kontrol
Untuk memastikan proses tetap berada dalam batas kendali,
gunakan grafik kontrol seperti peta P-chart atau C-chart. Grafik ini akan
membantu dalam mengidentifikasi apakah ada penyimpangan yang memerlukan
tindakan korektif segera.
Tindakan:
-
Buat dan perbarui grafik kontrol secara berkala berdasarkan data terbaru.
-
Lakukan analisis penyebab bila ada data yang menunjukkan outlier atau tren yang
tidak biasa.
5. Tindakan Korektif dan Pencegahan
Jika ditemukan ada penyimpangan dari standar yang telah
ditetapkan, lakukan tindakan korektif segera dan analisis akar masalahnya.
Terapkan langkah-langkah pencegahan untuk memastikan hal tersebut tidak
terulang kembali.
Tindakan:
-
Terapkan sistem pelaporan insiden cepat untuk mengatasi masalah yang terjadi di
lapangan.
- Review dan sesuaikan SOP bila diperlukan, berdasarkan
temuan dari kontrol dan monitoring.��������������������������
Contoh Implementasi Control Plan:
1. Parameter Kritis: DPMO, Sigma
Level, Kualitas Bahan Baku, dan Kondisi Mesin.
2. Frekuensi
Monitoring: Bulanan untuk DPMO dan Sigma Level, Harian untuk pengecekan
kualitas bahan baku dan kondisi mesin.
3. Alat yang Digunakan: Control
Chart, Checklist Inspeksi, dan SOP Terstandar.
4. Responsibilitas:� Supervisor Produksi dan Tim QC.
Dengan pendekatan
ini, perusahaan dapat menjaga kualitas produk mie instan yang konsisten,
mengurangi produk cacat, dan meningkatkan efisiensi operasional.
KESIMPULAN
Penerapan Six
Sigma di Perusahaan XYZ menunjukkan pentingnya pendekatan yang terstruktur
untuk mengurangi cacat produksi dan meningkatkan efisiensi proses. Dalam studi
kasus ini, penggunaan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)
telah memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi masalah utama dalam proses
produksi mie instan, seperti ketidaksesuaian produk dengan Purchase Order (PO)
akibat kecacatan yang ditemukan setelah Quality Control (QC).Tahap Define
memastikan identifikasi yang tepat dari masalah dan proses kritis. Tahap
Measure memberikan gambaran kuantitatif dari tingkat cacat, yang menunjukkan
bahwa proporsi produk yang tidak memenuhi standar kualitas adalah 0,16%.
Melalui tahap Analyze, faktor-faktor penyebab cacat, seperti pelatihan karyawan
yang kurang, perawatan mesin yang jarang, dan kualitas bahan baku yang
bervariasi, diidentifikasi dandianalisis. Perbaikan dilakukan melalui tahap
Improve dengan menggunakan analisis 5W+1H untuk mengembangkan solusi konkret.
Akhirnya, tahap Control memastikan bahwa perubahan yang diterapkan
berkelanjutan, dengan pemantauan kinerja secara rutin. Hasilnya, proses
produksi menjadi lebih efektif dan efisien, yang berkontribusi pada peningkatan
kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Dengan demikian, implementasi Six Sigma
terbukti efektif dalam mengurangi cacat produksi dan meningkatkan kontrol
kualitas, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efisiensi operasional dan
kepuasan pelanggan di Perusahaan XYZ.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrosyad, M. I., & Utomo, Y. P. (2018). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Industri Makanan Dan Minuman Di
Indonesia. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Adawiyah, I. D. R., Dase Hunaefi, S. T. P., St, M. F., &
Nurtama, I. B. (2024). Evaluasi Sensori Produk Pangan. Bumi Aksara.
Avivi, Y., & Siagian, M. (2020). Kepentingan Indonesia
Dalam Kerja Sama Bilateral Dengan Jepang Studi Kasus: Indonesia-Japan Economic
Partnership Agreement (Ijepa). Paradigma POLISTAAT: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, 3(1), 49�61.
Damayanti, A. P., & Aziza, N. (2024). Six Sigma Dalam
Perspektif Akuntansi Manajemen: Peningkatan Manajemen Biaya Strategis dan
Pengendalian Kualitas Produk. Owner: Riset Dan Jurnal Akuntansi, 8(2), 1768�1776.
Ihsan, A. S., Jufriyanto, M., & Rizqi, A. W. (2024).
Pengendalian Kualitas Produk Pupuk Phonska dengan Metode Six Sigma dan Failure
Mode Analysis. G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan, 8(2), 921�932.
Indonesia, S. (n.d.). Statistik Perdagangan Luar Negeri
Indonesia Ekspor 2007. Statistics Indonesia.
Khofifah, A. N. (2024). Analisis Pengendalian Kualitas
menggunakan Metode Six Sigma dan Triz Guna mengurangi Produk Defect (Studi
Kasus Pada CV. Karya Wahana Sentosa). Universitas Islam Indonesia.
Lantemona, I. H., Wowiling, S. A. S., Boka, I. R. Y., Liow,
F. E. R. I., & Turang, I. F. Y. (2024). TATA KELOLA PRODUKSI YANG SEIMBANG,
MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DAN EFISIENSI. Cendikia Mulia Mandiri.
Nabila, K. (2020). Analisis Pengendalian Kualitas Menggunakan
Metode Six Sigma Dan Perbaikan Dengan Kaizen. Juminten, 1(1), 116�127.
Nazia, S., & Fuad, M. (2023). Peranan Statistical Quality
Control (SQC) Dalam Pengendalian Kualitas: Studi Literatur. Jurnal Mahasiswa
Akuntansi Samudra, 4(3), 125�138.
Rochman, D. D., Suyono, A. M., Anwar, A., & Ferdian, R.
(2024). Lean Dan Six Sigma: Apakah Mereka Sudah Usang Di Dunia Industri 4.0?
Nas Media Pustaka.
Shonata, B. (2024). ANALISIS STUDI KASUS ANALISIS KECACATAN
PADA PROSES PRODUKSI SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE
MODE EFFECT. JUSTI (Jurnal Sistem Dan Teknik Industri), 4(4), 526�533.
Suryahani, I., Nurhayati, N., & Gunawan, E. R. S. (2024).
Buku Referensi Dinamika Global Perekonomian Indonesia. PT. Sonpedia Publishing
Indonesia.
Suseno, S., & Hermansyah, R. A. (2023). Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Gula Menggunakan Metode Six Sigma Pada Pt Madu
Baru. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(2), 489�504.
A. M. Dewi, dan N.
B. Puspitasari, �Analisis Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode Six Sigma
Pada Produk AMDK 240 ML PT.Tira Investama Klaten,� Jurnal Online Teknik
Industri, vol. 7, tidak. 4 Januari 2019.