ANALISIS
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU DENGAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA
DMAIC DI PABRIK TAHU ABC KARAWANG
Siti Suhartinah, Tri Ngudi Wiyatno, Heru Darmawan
Fakultas Teknik, Universitas Pelita
Bangsa, Indonesia
Email: [email protected]
Kata kunci: Pengendalian Kualitas, Six sigma, DMAIC, SIPOC,
CTQ, Pareto, Fishbone, DPMO, SOP. Keywords: Quality
control, Six sigma, DMAIC, SIPOC, CTQ, Pareto, Fishbone, DPMO, SOP. |
|
ABSTRAK |
|
Pabrik Tahu ABC,
Karawang, yang didirikan pada tahun
2010 oleh Bapak H. Muhamad. Penelitian ini berfokus pada pengendalian kualitas produk tahu, terutama dalam hal cacat produksi yang terjadi pada periode Juni 2024.
Jenis cacat produk pada Pabrik
Tahu ABC adalah cacat tahu
kotor, ukuran tahu yang tidak sama, warna tahu yang berbeda dan tekstur tahu yang lembek Melalui analisis data produksi dan cacat, ditemukan bahwa jenis cacat terbanyak
adalah warna tahu sedikit menguning dengan total
14.358 pcs. Langkah-langkah perbaikan
dilakukan dengan pendekatan
metode six sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, dan Control). Berdasarkan analisis digunakan
pula diagram SIPOC, Critical to Quality (CTQ), dan metode pengendalian
kualitas seperti DPMO, peta
kendali, diagram Pareto, serta
fishbone. Setelah implementasi perbaikan
pada Juli 2024, terjadi penurunan
jumlah produk cacat dari 48.481 pcs menjadi 29.459
pcs. Usulan perbaikan meliputi penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP), perawatan mesin, dan peningkatan kualitas bahan
baku. Pengawasan ketat dan dokumentasi berkelanjutan diterapkan untuk
memastikan perbaikan kualitas yang konsisten. The ABC Tofu Factory,
Karawang, was established in 2010 by Mr. H. Muhamad. This research focuses on
controlling the quality of tofu products, especially in terms of production
defects that occur in the period of June 2024. The types of product defects
in the ABC Tofu Factory are dirty tofu defects, different sizes of tofu,
different colors of tofu and soft texture of tofu Through the analysis of
production and defect data, it is found that most types of defects are
slightly yellowing tofu color with a total of 14,358 pcs. Improvement
measures were carried out using the DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Improvement and Control) six-sigma method. Based on the analysis, SIPOC
diagrams, Critical to Quality (CTQ), and quality control methods such as
DPMO, control maps, Pareto diagrams, and fishbone were also used. After the
implementation of the repair in July 2024, there was a decrease in the number
of defective products from 48,481 pcs to 29,459 pcs. Proposed improvements
include the implementation of Standard Operating Procedures (SOPs), machine
maintenance, and improving the quality of raw materials. Strict supervision
and continuous documentation are in place to ensure consistent quality
improvement. |
|
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article under the CC BY-SA license. |
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri di Indonesia
saat ini sedang berkembang pesat utamanya dalam industri makanan. Industri pembuatan
tahu merupakan salah satu sektor makanan yang diminati secara luas. Namun,
kepopulerannya tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi. Tingginya kadar air
dan protein dalam produk tahu membuatnya rentan terhadap kerusakan (Riani, 2016).
Hal ini
megakibatkan ketatnya persaingan antar perusahaan. Agar perusahaan dapat
bersaing maka diperlukan menjaga kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan cacatnya sebuah produk saat� diproduksi adalah material,� mesin,�
manusia� dan� lingkungan, sehingga untuk� mencegah�
hal� itu terjadimaka perlu� adanya�
pengendalian� kualitas (SETIAWAN, 2022). Untuk terus
meningkatkan kualitas produk, menghasilkan produk yang berkualitas tinggi,
serta dapat menurunkan biaya produksi perusahaan harus melakukan kegiatan
pengendalian kualitas (Ratnadi & Suprianto, 2020). Pengendalian
kualitas produk ini penting dilakukan agar produk layak untuk diperjual belikan
oleh perusahaan. Salah satu metode yang digunakan untuk pengendalian kualitas
adalah metode six sigma. Six sigma merupakan falsafah manajemen yang
berfokus untuk menghapus cacat dengan cara fokus kepada aspek pemahaman,
pengukuran, dan perbaikan proses (Puji Lestari, 2021). Tahapan
penelitian mengggunakan metode six sigma ini mengacu pada Gasperz (2002)
untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui tahap DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) (Ahmad, 2019).
Pabrik Tahu ABC
didirikan oleh Bapak H. Muhamad dan memproduksi tahu putih. Bapak H. Muhamad
mempekerjakan 8 orang. Akan tetapi masih terdapat beberapa produk yang cacat
seperti tahu yang kotor, ukuran tahu yang tidak sama, warna tahu yang berbeda
dan tekstur tahu yang lembek. Permasalahan pada cacat tahu putih ini
mengidentifkasi hanya pada aspek cacat visual tidak sampai kepada kandungannya.
Produk yang cacat akan berdampak buruk bagi perusahaan, dikarenakan tidak dapat
diperdagangkan di pasar. Bahkan jika dijual, konsumen tidak akan puas karena
mendapatkan kualitas yang buruk, dan ini akan menyebabkan kehilangan
kepercayaan konsumen pada perusahaan. Untuk memenuhi harapan atau keinginan
dari konsumen, harus dilakukannya perbaikan secara berkala. Metode yang dapat
digunakan untuk pengendalian kualitas adalah dengan menggunakan metode Six
sigma karena mampu mengontrol jumlah produk cacat, mengetahui cacat produk
dengan menggunakan nilai sigma, memperbaiki cacat produk dan memberikan
rekomendasi perbaikan kualitas produk dengan menggunakan tahapan DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) (Ramadhan, 2021).
Penelitian ini
bermaksud untuk memperkuat penelitian yang sudah ada tentang bagaimana
menerapkan pendekatan Six sigma untuk meningkatkan kualitas produk
dengan mengambil langkah-langkah untuk menurunkan atau menghilangkan resiko
kegagalan yang mengakibatkan kecacatan produk (Andini, 2023).
BerdasarkanIlatar
belakang, IdidapatkanIidentifikasiImasalah penelitian adalahIsebagaiIberikut:
1. Adanya produk yang cacat seperti tahu yang kotor, ukuran
tahu yang tidak sama, warna tahu yang berbeda dan tekstur tahu yang lembek.
BerdasarkanIlatarIbelakang, Ididapatkan
batasanImasalahIpenelitian
adalah sebagaiIberikut:
1. Pengendalian bahan baku dilakukan di Pabrik Tahu ABC yang
terletak di Karawang.
2.
MetodeIyangIdigunakanIadalahImetodeISix sigma DMAIC.
BerdasarkanIlatarIbelakang, Ididapatkan
rumusanImasalah penelitian adalahIsebagaiIberikut:
1.
Bagaimana usulan perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk
tahu di Pabrik tahu ABC?
BerdasarkanIrumusanImasalahImaka diapatkanItujuanIpenelitian
sebagai berikut: I
1.
Memberikan usulan
perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk tahu di Pabrik tahu ABC.
AdapunImanfaaatIpenelitianIadalahIsebagaiIberikut:
1.
MembantuImahasiswaIdalam
menerapkan ilmuITeknik Industri
dalam menghubungkan dampak
yang terjadi dalam suatu permasalahan.
2. Menjadi bahan pertimbanganIbagiIperusahaanIuntuk
dapat menerapkan ususlan perbaikan dari hasi penelitian. �
Terdapat dua jenis pengumpulan
data, sebagai berikut:
Data primer merupakan data yang diperoleh� langsung dari hasil observasi lapangan dan wawancara.
Data sekunder merupakan
data yang diperoleh secara
tidak langsung dikumpulkan dari berbagai sumber
lain seperti jurnal, buku, dan internet.
No. |
Jenis Cacat
& Gambar |
Keterangan |
1 |
Ukuran Tahu Tidak
Sama |
Proses pemotongan dilakukan dengan tergesa-gesa menjadi salah satu faktor penyebab pemotongan tahu tidak sama. |
2 |
Tekstur Tahu Lembek |
Cacat ini biasanya terjadi karena terlalu banyak air endapan yang dicampurkan dan
pada saat pencetakan
tidak diberikan beban
yang cukup serta waktu pencetakan kurang lama. |
3 |
Tahu Kotor |
Biasanya terjadi karena alat yang digunakan tidak dibersihkan
terlebih dahulu sebelum
digunakan. Selain itu pemasakan menggunakan
kayu bakar dan serbuk kayu didalam
ruangan didekat penyaringan dapat berpengaruh karena |
No. |
Jenis Cacat
& Gambar |
Keterangan |
|
|
abu berterbangan dan bisa saja terjatuh
diproses penyaringan dan pencetakan. |
4 |
Warna Tahu Sedikit Menguning |
Biasanya terjadi
karena pada saat proses pemasakan terlalu sebentar dan tidak menunggu selama
tiga kali proses mendidih. |
DMAIC
merupakan tahapan yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah
berdasarkan data yang bisa membantu meningkatkan barang, desain, dan prosedur bisnis.
DMAIC dalam Six sigma meliputi, sebagai berikut:
Tahap define merupakan langkah pertama dalam six
sigma. Dilakukan penentuan
diagram SIPOC dan identifikasi karakteristik
kualitas utama / Critical
to Quality (CTQ) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan.
Langkah ini mencoba menilai dan memahami kondisi proses saat ini dengan menentukan nilai DPMO dan level
sigma.
a.
DPMO (Defect Per Million Opportunities): ukuran kegagalan yang digunakan
dalam Six sigma, menampilkan kecacatan atau kerusakan produk dari satu juta
produk yang dihasilkan. Rumus
perhitungan DPMO:
b.
Level Sigma: kinerja perusahaan dapat diukur dari segi kapasitasnya
untuk menghilangkan kekurangan produk (Gaspersz, 2002). Rumus berikut dapat digunakan di Microsoft Excel untuk menghitung nilai sigma:
c.
Peta Kendali: Data-data terkait kualitas produk akan diuraikan dalam suatu peta kendali,
yaitu suatu alat analisis yang dibuat dengan menggunakan metode statistik. Jika titik sampel atau data berada dalam
batas kendali atas dan bawah
proses, maka dianggap terkendali dan sebaliknya.
(Purnomo, 2004). Dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan
:
𝑝̅ = rata-rata proporsi cacat
𝑛 = jumlah
produk (yang diinspeksi perhari)
Analisis data digunakan
untuk mengidentifikasi penyebab
masalah yang mendasarinya.
Alat yang akan diterapkan
pada tahap ini merupakan
diagram Pareto dan fishbone.
a.
Diagram
Pareto: digunakan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan penyebab utama dari masalah.
Berikut ilustrasi diagram
pareto:
Gambar 1.
Contoh Diagram Pareto
Sumber:
Shutterstock.com
b.
Fishbone: alat analisis
visual yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab
potensial dari suatu masalah atau efek. Diagram ini dirancang untuk membantu
dalam pemecahan masalah dengan menganalisis berbagai penyebab yang
berkontribusi terhadap masalah utama. Berikut ilustrasi Fishbone:
Gambar 2. Contoh Fishbone Diagram
Sumber: Fadhilah Ummah (2024
Menentukan rencana tindakan untuk melakukan peningkatan kualitas Six sigma ketika asal-usul dan akar penyebab masalah kualitas telah diidentifikasi.
Tahap kontrol adalah langkah evaluasi sebagai hasil kemajuan
dan standar kerja baru
untuk mempertahankan kontrol
kualitas produk yang dicapai
(Fitria & Novita, 2020).
Adapun alur proses tahapan penelitian dapat dilihat pada
gambar 3.1. berikut.
Gambar
3. Tahapan Penelitian
Sumber: Pengolahan
Data 2024
Data
jumlah produksi dan data jumlah produk cacat didapatkan dari observasi lapangan di Pabrik Tahu ABC periode bulan
Juni 2024. Berikut data produksi
dan cacat produk yang terjadi
pada Juni 2024.
Tabel 1. Data Jumlah Produksi
dan Data Jumlah Produk Cacat
Sumber: Data Perusahaan 2024
Tabel 2. Lanjutan Data Jumlah Produksi dan Data Jumlah Produk
Cacat
Sumber: Data Perusahaan 2024
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jenis cacat tertinggi
dalam periode bulan Juni 2024 adalah jenis cacat warna
tahu sedikit menguning sebanyak 14.358 pcs
produk, tekstur tahu kotor sebanyak 13.615 pcs produk,
tekstur tahu lembek sebanyak 11.258 pcs produk
dan ukuran tahu yang tidak
sama 9.250 pcs.
Diagram
SIPOC
Diagram Supplier, Input,
Process, Output,
dan Customer (SIPOC) berfungsi
untuk menggambarkan kegiatan
produksi tahu mulai dari supplier sampai
customer. Berikut merupakan
diagram SIPOC Pabrik Tahu ABC.
Gambar 4.
Diagram SIPOC Pabrik Tahu ABC
Sumber: Olah Data
2024
2.�� Critical to Quality (CTQ)
Critical to
Quality (CTQ) antara lain yaitu
ukuran tahu yang tidak
sama, tekstur tahu yang lembek, tahu yang kotor, dan warna tahu sedikit menguning.
1.
Perhitungan DPMO dan Nilai
Sigma
Rumus perhitungan DPMO:
Langkah selanjutnya adalah mengubah
nilai DPMO menjadi nilai sigma setelah nilai DPMO ditentukan. Menggunakan rumus berikut di Excel:
Berikut merupakan hasil perhitungan nilai DPMO dan level sigma mengunakan
bantuan microsoft excel Periode Bulan Juni 2024 Pabrik tahu ABC Karawang.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai DPMO Dan Level Sigma
Hari |
Jumlah |
Jumlah |
CTQ |
DPMO |
Level |
|
|
1 |
16500 |
1540 |
4 |
23333 |
3,5 |
||
2 |
16500 |
1789 |
4 |
27106 |
3,4 |
||
3 |
16500 |
1560 |
4 |
23636 |
3,5 |
||
4 |
16500 |
1570 |
4 |
23788 |
3,5 |
||
5 |
16500 |
1587 |
4 |
24045 |
3,5 |
||
6 |
16500 |
1547 |
4 |
23439 |
3,5 |
||
7 |
16500 |
1588 |
4 |
24061 |
3,5 |
||
8 |
16500 |
1670 |
4 |
25303 |
3,5 |
||
9 |
16500 |
1599 |
4 |
24227 |
3,5 |
||
10 |
16500 |
1576 |
4 |
23879 |
3,5 |
||
11 |
16500 |
1613 |
4 |
24439 |
3,5 |
||
12 |
16500 |
1682 |
4 |
25485 |
3,5 |
||
13 |
16500 |
1700 |
4 |
25758 |
3,4 |
||
14 |
16500 |
1589 |
4 |
24076 |
3,5 |
||
15 |
16500 |
1563 |
4 |
23682 |
3,5 |
||
16 |
16500 |
1491 |
4 |
22591 |
3,5 |
||
17 |
16500 |
1753 |
4 |
26561 |
3,4 |
||
18 |
16500 |
1544 |
4 |
23394 |
3,5 |
||
19 |
16500 |
1571 |
4 |
23803 |
3,5 |
||
20 |
16500 |
1522 |
4 |
23061 |
3,5 |
||
21 |
16500 |
1543 |
4 |
23379 |
3,5 |
||
22 |
16500 |
1589 |
4 |
24076 |
3,5 |
||
23 |
16500 |
1586 |
4 |
24030 |
3,5 |
||
24 |
16500 |
1591 |
4 |
24106 |
3,5 |
||
25 |
16500 |
1599 |
4 |
24227 |
3,5 |
||
26 |
16500 |
1754 |
4 |
26576 |
3,4 |
||
27 |
16500 |
1712 |
4 |
25939 |
3,4 |
||
28 |
16500 |
1710 |
4 |
25909 |
3,4 |
||
29 |
16500 |
1654 |
4 |
25061 |
3,5 |
||
30 |
16500 |
1689 |
4 |
25591 |
3,4 |
||
Total |
495000 |
48481 |
- |
- |
- |
||
Rata-rata |
16500,0 |
1616 |
- |
- |
- |
Sumber: Olah Data
2024
Berdasarkan Tabel Hasil perhitungan diatas bahwa nilai DPMO tertinggi pada Bulan Juni 2024 Pabrik
tahu ABC, sebesar 27106 di
hari kedua dan nilai DPMO terendah ada dihari ke 16 dengan nilai 22591. Sedangkan untul level sigma terbesar adalah
3,5.
2.
Peta Kendali
Adapun
peta kendali jenis cacat tahu
dapat diketahui melalui
hasil perhitungan yang dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut. Berikut
peta kendali dapat dilihat pada gambar 4 dibawah.
Tabel 4.CL, UCL, &
LCL
Sumber: Olah Data
2024
Gambar 6. Peta Kendali Jumlah Cacat Tahu Periode Juni 2024
Sumber: Olah Data 2024
Berdasarkan gambar peta kendali
jenis cacat periode bulan Juni 2024 terdapat
beberapa titik yang keuar dari batas UCL dan LCL yang berarti menunjukan
bahwa masih banyaknya permasalahan dalam
proses produksi yang mengakibatkan
produk cacat dan masih butuh pebaikan untuk menjaga kualitas produk tahu.
Tahap Analyze
merupakan tahap dimana adanya penentuan jenis cacat tertinggi
dan akar penyebab mmasalah yang terjadi dalam
proses produksi. Digunakan dua tahap
analisis yakni menggunakan daiagram pareto dan
fishbone sebagai berikut:
1.
Diagram Pareto
Pareto digunakan
untuk menentukan jenis cacat tertinggi yang mempengaruhi kuaitas pada tahu. Data yang
digunakan adalah data jenis cacat
produk tahu periode bulan
Juni 2024 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 2. Jenis Cacat Periode Juni 2024
No. |
Jenis
Cacat |
Jumlah (PCS) |
Persentase |
Persentase |
1 |
Warna
Tahu |
14358 |
29,615 |
29,615 |
2 |
Tahu
Kotor |
13615 |
28,083 |
57,698 |
3 |
Tekstur Tahu |
11258 |
23,221 |
80,919 |
4 |
Ukuran Tahu |
9250 |
19,079 |
100 |
Total |
48481 |
100 |
- |
Sumber: Olah Data
2024
Berdasarkan data jenis cacat diatas
dapat dilihat bahwa jenis cacat tertingi
adalah jenis cacat warna tahu sedikit
menguning dengan jumlah cacat sebanyak 14.358 pcs dan persentase sebanyak 29,615% sedangkan jenis cacat paling sedikit adalah jenis cacat ukuran
tahu tidak sesuai sebayak 9.250 pcs dengan persentase
sebanyak 9,079%. Dari data tersebut
maka dapat dibuatkan menjadi diagram pareto yang dapat dilihat
pada Gambar 4.5 berikut.
Gambar 7. Diagram Pareto Jenis Cacat Tahu Periode
Juni 2024
Sumber: Olah Data
2024
2. Diagram Fishbone
Gambar 8. Fishbone Diagram Cacat Warna Tahu Sedikit Menguning
Sumber: Olah Data
2024
Berikut merupakan faktor penyebab terjadinya jenis cacat warna
tahu sedikit menguning:
a.
Manusia: Karyawan
bekerja secara terburu-buru, dan bekerja tanpa memperhatikan kebersihan area
kerja.
b.
Material: Adanya kualitas
bahan baku yang berbeda karena bahan baku di beli dari beberapa supplier
berbeda dan belum adanya standar kualitas bahan baku.
c.
Metode: Belum
adanya SOP kerja proses produksi dan Tidak adanya standar waktu pemasakan tahu.
d.
Mesin: Mesin
Kotor, dan kuraangnya perawatan mesin.
e.
Lingkungan: Lingkungan kerja kurang kondusif untuk proses produksi.
Pada tahap ini diberikan usulan perbaikan yang harus dilakukan untuk masalah yang terjadi di Pabrik Tahu ABC untuk meningkatkan kualitas. Usulan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 3. Usulan Perbaikan
Faktor |
Masalah |
Usulan Perbaikan |
|
1 |
Manusia |
Karyawan bekerja secara
terburu-buru, dan bekerja
tanpa memperhatikan kebersihan area kerja. |
�
Perlu adanya
penerapan SOP pada proses produksi � Memberikan briefing pagi sebelum bekerja. �
Memberikan
teguran apabilla ada yang bekerja kurang teliti. � |
2 |
Material |
Adanya kualitas bahan baku yang berbeda karena bahan baku di beli dari beberapa supplier berbeda dan belum adanya standar kualitas bahan baku. |
� Menetapkan SOP untuk kualitas bahan baku yang aka digunakan untuk disampaikan
ke supplier agar kualitas bahan baku terjaga. |
3 |
Metode |
Belum adanya SOP kerja proses produksi dan Tidak
adanya standar waktu pemasakan tahu |
� Menetapkan SOP proses produksi |
4 |
Mesin |
Mesin Kotor, dan
kuraangnya perawatan mesin. |
� Melakukan perawatan mesin
secara berkala |
No. |
Faktor |
Masalah |
Usulan Perbaikan |
5 |
Lingkungan |
Lingkungan kerja
kurang kondusif untuk proses produksi. |
� Mengadakan proses sanitasi setiap minggu untuk menjaga
kebersihan area produksi. |
Sumber: Olah Data 2024
Penerapan ususlan perbaikan pada bulan Juli 2024 memberikan dampak yang
baik terhadap peningkatan kualitas proses produksi tahu ABC yakni berkurangnya
produk cacat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Sumber:
Olah Data 2024
Hari |
Jumlah |
Jenis
Cacat (pcs) |
Jumlah |
Persentase |
|||
Ukuran |
Tekstur |
Tahu |
Warna
Tahu |
||||
1 |
16500 |
198 |
220 |
212 |
298 |
928 |
5,6 |
2 |
16500 |
261 |
189 |
283 |
289 |
1022 |
6,2 |
3 |
16500 |
253 |
219 |
232 |
277 |
981 |
5,9 |
4 |
16500 |
238 |
289 |
232 |
231 |
990 |
6,0 |
5 |
16500 |
227 |
243 |
239 |
286 |
995 |
6,0 |
6 |
16500 |
248 |
219 |
215 |
297 |
979 |
5,9 |
7 |
16500 |
218 |
179 |
361 |
243 |
1001 |
6,1 |
8 |
16500 |
217 |
192 |
262 |
250 |
921 |
5,6 |
9 |
16500 |
266 |
241 |
205 |
281 |
993 |
6,0 |
10 |
16500 |
287 |
185 |
211 |
234 |
917 |
5,6 |
11 |
16500 |
268 |
180 |
203 |
255 |
906 |
5,5 |
12 |
16500 |
212 |
294 |
264 |
207 |
977 |
5,9 |
13 |
16500 |
236 |
233 |
231 |
251 |
951 |
5,8 |
14 |
16500 |
282 |
199 |
285 |
203 |
969 |
5,9 |
15 |
16500 |
267 |
215 |
259 |
289 |
1030 |
6,2 |
16 |
16500 |
235 |
250 |
243 |
215 |
943 |
5,7 |
17 |
16500 |
214 |
242 |
265 |
270 |
991 |
6,0 |
18 |
16500 |
299 |
287 |
212 |
209 |
1007 |
6,1 |
19 |
16500 |
253 |
223 |
284 |
233 |
993 |
6,0 |
20 |
16500 |
198 |
271 |
229 |
287 |
985 |
6,0 |
21 |
16500 |
245 |
246 |
265 |
233 |
989 |
6,0 |
22 |
16500 |
228 |
276 |
227 |
263 |
994 |
6,0 |
23 |
16500 |
285 |
227 |
225 |
246 |
983 |
6,0 |
24 |
16500 |
276 |
213 |
242 |
251 |
982 |
6,0 |
25 |
16500 |
297 |
246 |
226 |
209 |
978 |
5,9 |
26 |
16500 |
228 |
209 |
235 |
321 |
993 |
6,0 |
27 |
16500 |
266 |
247 |
202 |
276 |
991 |
6,0 |
28 |
16500 |
290 |
217 |
269 |
296 |
1072 |
6,5 |
29 |
16500 |
280 |
221 |
205 |
283 |
989 |
6,0 |
30 |
16500 |
257 |
244 |
219 |
289 |
1009 |
6,1 |
Total |
495000 |
7529 |
6916 |
7242 |
7772 |
29459 |
178,5 |
Rata-rata |
16500,0 |
251,0 |
230,5 |
241,4 |
259,1 |
982 |
6,0 |
Sumber: Olah Data
2024
Berdasarkan Tabel diatas setelah adanya usulan perbaikan
jumlah total Defect bulan Juli 2024 berkurang sebanyak 29459 pcs
dengan nilai persentase sebesar 178,5%. Hal tersebut, berpengaruh terhadap nilai proporsi, CL, UCL, dan LCL
seperti yang terlampir dalam Tabel 8. berikut.
Tabel 8. CL, UCL, &
LCL Setelah Adanya Usulan Perbaikan
Sumber: Olah Data
2024
Berdasarkan Tabel 8. didapatkan nilai CL sebesar 0,0595, nilai UCL sebesar 0,0650, dan nilai LCL sebesar 0,088 0,0540. Maka dapatkan
digambarkan dalam peta kendali yang dapat dilihat pada
Gambar 4.8 berikut.
Gambar 10. Peta Kendali Setelah Adanya Usulan Perbaikan (Juli 2024)
Sumber: Olah Data 2024
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada peta kendali
bula Juli 2024 bahwa nilai proporsi tidak melebihi batas UCL dan LCL maka dapat
dikataka bahwa usulan perbaikan diterapkan dengan baik dan cacat produk
berkurang yang berpengaruh pada peningkatan kualitas tahu.
Tahap Control
Pada tahap terakhir ini dilakukan proses pemantauan dan
pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan panduan yang
digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan
berjalan dengan lancar dan dibuat untuk mengontrol pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya. Oleh karena itu, untuk mencapai target dan tujuan perusahaan,
setiap karyawan harus mengikuti prosedur operasional standar (SOP) yang dibuat
perusahaan.
Penting untuk memastikan bahwa perbaikan berjalan dengan
baik dan akan bertahan lama. Setiap tahap perbaikan dan hasilnya dapat dicatat
dengan baik dan diawasi dengan cermat. Oleh karena itu, pengawasan dan
dokumentasi bukan hanya merupakan komponen penting dari proses perbaikan,
tetapi juga merupakan fondasi untuk kemajuan dan kesuksesan dalam jangka
panjang. Pendokumentasian dan pengawasan dari perbaikan yang telah dilakukan
meliputi:
a.�� Pencatatan data produksi dan jumlah cacat. Membandingkan data
sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan untuk mengetahui tingkat efektifitas
perbaikan
b.�� Membat work sheet
c.�� Melakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan pada saat melakukan
pekerjaan agar proses yang dilakukan sesuai dengan SOP yang telah dibuat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Usulan perbaikan yang diberikan
berdasarkan beberapa faktor penyebab terjadinya cacat produk warna tahu sedikit
menguning adalah faktor manusia diberikan usulan perbaikan perlu adanya penerapan
sop pada proses produksi, memberikan briefing pagi sebelum bekerja, memberikan
teguran apabilla ada yang bekerja kurang teliti. Faktor material diberikan
usulan perbaikan� untuk menetapkan SOP
untuk kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk disampaikan ke supplier
agar kualitas bahan baku terjaga. Faktor metode diberikan usulan perbaikan
menetapkan SOP proses produksi. Faktor mesin diberikan usulan perbaikan
menetapkan SOP proses produksi dan faktor lingkungan diberikan usulan perbaikan
mengadakan proses sanitasi setiap minggu untuk menjaga kebersihan area
produksi. Usulan perbaikan dibeikan supaya perusahaan dapat menjaga dan
meningkatkan kualitas produksi tahu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F. (2019). Six Sigma Dmaic
Sebagai Metode Pengendalian Kualitas Produk Kursi Pada Ukm. Jisi: Jurnal
Integrasi Sistem Industri, 6(1), 11�17.
Andini, R. N. (2023). Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan Pendekatan Six Sigma Dan Fmea (Studi
Kasus: Umkm Tahu Putih Pak Sumar). Universitas Islam Indonesia.
Puji Lestari, I. (2021). Analisis
Pengurangan Produk Cacat Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Pada Ud. New
Tweety Magetan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Ramadhan, M. (2021). Analisis
Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Cacat Pada Produk Sepatu Menggunakan
Metode Six Sigma Dan Kaizen. Matrik: Jurnal Manajemen Dan Teknik Industri
Produksi, 22(1), 55�64.
Ratnadi, R., & Suprianto, E. (2020).
Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu
Statistik (Seven Tools) Dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk. Jurnal: Industri Elektro Dan
Penerbangan, 6(2).
Riani, L. P. (2016). Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Tahu Putih. Sigma, 99(7).
Setiawan, A. D. W. I. (2022).
Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Jumlah Produk Cacat Pada Mesin Es Loli
Dengan Menggunakan Metode Six Sigma (Studi Kasus: Cv. Prima Es Krim).
Universitas Islam Sultan Agung.
E. Afriliano, S. . S. L. A. And Kiswandono, "Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangikuantitas Kecacatan
Produk (Studi Kasus Pada Home Industry Tahu Jaya, Turen, Malang)," Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri),
Vol. 4, No. 2, Pp. 188-195, 2021.
A. Handoko, Y. Primasanti And B. Nugrahadi, "Analisis Pengendalian Kualitas Tahu Putih Menggunakan Metode Six Sigma Dengan Improve Kaizen Di Pd
Tahu Pak Mutakin," Japti:
Jurnal Aplikasi Ilmu Teknik
Industri, Vol. 4, No. 1, Pp. 21-33, 2023.
U. Purwandari, Ed."Pengendalian
Kualitas Produk Tahu Menggunakan
Metode Six Sigma Di Ud. Sumber
Urip," Agrointek:
Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol. 14, No. 1, Pp. 14-23, 1 Maret 2020.
N. A. Sa�id, A.
Ma�ruf And Delfitriani,
"Analisis Kelayakan
Usaha Produksi Tahu Sumedang
(Studi Kasus Di Pabrik Tahu Xy
Kecamatan Conggeang),"
Jurnal Agroindustri Halal, Vol. 6, No. 1, Pp. 105-�113, 2020.
D. A. Walujo, T. Koesdijati And Y. Utomo, Pengendalian Kualitas, D. A. Walujo, Ed.,
Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020, P. 261.
A. T. Ashari And A. Y. Nugroho, "Analisis Pengendalian Kualitas Produk
Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Dan Kaizen (Study
Kasus: Pt Xyz)," Jci
Jurnal Cakrawal Ilmiah, Vol. 1, No. 10, P. 2507,
2022.
D. W. Ariani, Pengendalian Kualitas Statistik,
Yogyakarta: Andi, 2004.
A. A. Amin, Sumarsono And N. Kholis, "Analisis
Kualitas Produk Konveksi Berupa Seragam Sekolah Dengan Menggunakan Metode Six
Sigma Di Tempat Praktik Keterampilan Usaha (Tpku) Bidang Konveksi Tebu
Ireng," Jurnal Reaktom, Pp. 60-67, 2019.
N. I. Wahdah And K. S. K. S., "Pengaruh Perilaku Konsumen Online Shop Terhadap Konveksi Di Daerah Soreang," Jurnal Riset Dan Inovasi
Manajemen, Vol. 2, No. 1, 2024.
P. F. Sandi, S.
Hanate, R. K. M., S., And S. E. Brahama,
"Pengaruh Kualitas Layanan Dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Konsumen Restoran Happy Garden
Surabaya," Jurnal Manajemen Pemasaran , Vol. 2, No. 1, Pp. 1-9, 014.