ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TAHU DENGAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA DMAIC DI PABRIK TAHU ABC KARAWANG

 

 

Siti Suhartinah, Tri Ngudi Wiyatno, Heru Darmawan

Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa, Indonesia

Email: [email protected]

 

Kata kunci:

Pengendalian Kualitas, Six sigma, DMAIC, SIPOC, CTQ, Pareto, Fishbone, DPMO, SOP.

 

 

Keywords:

Quality control, Six sigma, DMAIC, SIPOC, CTQ, Pareto, Fishbone, DPMO, SOP.

 

ABSTRAK

 

Pabrik Tahu ABC, Karawang, yang didirikan pada tahun 2010 oleh Bapak H. Muhamad. Penelitian ini berfokus pada pengendalian kualitas produk tahu, terutama dalam hal cacat produksi yang terjadi pada periode Juni 2024. Jenis cacat produk pada Pabrik Tahu ABC adalah cacat tahu kotor, ukuran tahu yang tidak sama, warna tahu yang berbeda dan tekstur tahu yang lembek Melalui analisis data produksi dan cacat, ditemukan bahwa jenis cacat terbanyak adalah warna tahu sedikit menguning dengan total 14.358 pcs. Langkah-langkah perbaikan dilakukan dengan pendekatan metode six sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement, dan Control). Berdasarkan analisis digunakan pula diagram SIPOC, Critical to Quality (CTQ), dan metode pengendalian kualitas seperti DPMO, peta kendali, diagram Pareto, serta fishbone. Setelah implementasi perbaikan pada Juli 2024, terjadi penurunan jumlah produk cacat dari 48.481 pcs menjadi 29.459 pcs. Usulan perbaikan meliputi penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), perawatan mesin, dan peningkatan kualitas bahan baku. Pengawasan ketat dan dokumentasi berkelanjutan diterapkan untuk memastikan perbaikan kualitas yang konsisten.

The ABC Tofu Factory, Karawang, was established in 2010 by Mr. H. Muhamad. This research focuses on controlling the quality of tofu products, especially in terms of production defects that occur in the period of June 2024. The types of product defects in the ABC Tofu Factory are dirty tofu defects, different sizes of tofu, different colors of tofu and soft texture of tofu Through the analysis of production and defect data, it is found that most types of defects are slightly yellowing tofu color with a total of 14,358 pcs. Improvement measures were carried out using the DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improvement and Control) six-sigma method. Based on the analysis, SIPOC diagrams, Critical to Quality (CTQ), and quality control methods such as DPMO, control maps, Pareto diagrams, and fishbone were also used. After the implementation of the repair in July 2024, there was a decrease in the number of defective products from 48,481 pcs to 29,459 pcs. Proposed improvements include the implementation of Standard Operating Procedures (SOPs), machine maintenance, and improving the quality of raw materials. Strict supervision and continuous documentation are in place to ensure consistent quality improvement.

Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA .

This is an open access article under the CC BY-SA license.

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat utamanya dalam industri makanan. Industri pembuatan tahu merupakan salah satu sektor makanan yang diminati secara luas. Namun, kepopulerannya tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi. Tingginya kadar air dan protein dalam produk tahu membuatnya rentan terhadap kerusakan (Riani, 2016).

Hal ini megakibatkan ketatnya persaingan antar perusahaan. Agar perusahaan dapat bersaing maka diperlukan menjaga kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan cacatnya sebuah produk saat� diproduksi adalah material,� mesin,� manusia� dan� lingkungan, sehingga untuk� mencegah� hal� itu terjadimaka perlu� adanya� pengendalian� kualitas (SETIAWAN, 2022). Untuk terus meningkatkan kualitas produk, menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, serta dapat menurunkan biaya produksi perusahaan harus melakukan kegiatan pengendalian kualitas (Ratnadi & Suprianto, 2020). Pengendalian kualitas produk ini penting dilakukan agar produk layak untuk diperjual belikan oleh perusahaan. Salah satu metode yang digunakan untuk pengendalian kualitas adalah metode six sigma. Six sigma merupakan falsafah manajemen yang berfokus untuk menghapus cacat dengan cara fokus kepada aspek pemahaman, pengukuran, dan perbaikan proses (Puji Lestari, 2021). Tahapan penelitian mengggunakan metode six sigma ini mengacu pada Gasperz (2002) untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui tahap DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) (Ahmad, 2019).

Pabrik Tahu ABC didirikan oleh Bapak H. Muhamad dan memproduksi tahu putih. Bapak H. Muhamad mempekerjakan 8 orang. Akan tetapi masih terdapat beberapa produk yang cacat seperti tahu yang kotor, ukuran tahu yang tidak sama, warna tahu yang berbeda dan tekstur tahu yang lembek. Permasalahan pada cacat tahu putih ini mengidentifkasi hanya pada aspek cacat visual tidak sampai kepada kandungannya. Produk yang cacat akan berdampak buruk bagi perusahaan, dikarenakan tidak dapat diperdagangkan di pasar. Bahkan jika dijual, konsumen tidak akan puas karena mendapatkan kualitas yang buruk, dan ini akan menyebabkan kehilangan kepercayaan konsumen pada perusahaan. Untuk memenuhi harapan atau keinginan dari konsumen, harus dilakukannya perbaikan secara berkala. Metode yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas adalah dengan menggunakan metode Six sigma karena mampu mengontrol jumlah produk cacat, mengetahui cacat produk dengan menggunakan nilai sigma, memperbaiki cacat produk dan memberikan rekomendasi perbaikan kualitas produk dengan menggunakan tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) (Ramadhan, 2021).

Penelitian ini bermaksud untuk memperkuat penelitian yang sudah ada tentang bagaimana menerapkan pendekatan Six sigma untuk meningkatkan kualitas produk dengan mengambil langkah-langkah untuk menurunkan atau menghilangkan resiko kegagalan yang mengakibatkan kecacatan produk (Andini, 2023).

Identifikasi Masalah

BerdasarkanIlatar belakang, IdidapatkanIidentifikasiImasalah penelitian adalahIsebagaiIberikut:

1.  Adanya produk yang cacat seperti tahu yang kotor, ukuran tahu yang tidak sama, warna tahu yang berbeda dan tekstur tahu yang lembek.

Batasan Masalah

BerdasarkanIlatarIbelakang, Ididapatkan batasanImasalahIpenelitian adalah sebagaiIberikut:

1.   Pengendalian bahan baku dilakukan di Pabrik Tahu ABC yang terletak di Karawang.

2.   MetodeIyangIdigunakanIadalahImetodeISix sigma DMAIC.

Rumusan Masalah

BerdasarkanIlatarIbelakang, Ididapatkan rumusanImasalah penelitian adalahIsebagaiIberikut:

1.     Bagaimana usulan perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk tahu di Pabrik tahu ABC?

Tujuan Penelitian

BerdasarkanIrumusanImasalahImaka diapatkanItujuanIpenelitian sebagai berikut: I

1.   Memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk tahu di Pabrik tahu ABC.

Manfaat Penelitian

AdapunImanfaaatIpenelitianIadalahIsebagaiIberikut:

1.    MembantuImahasiswaIdalam menerapkan ilmuITeknik Industri dalam menghubungkan dampak yang terjadi dalam suatu permasalahan.

2.    Menjadi bahan pertimbanganIbagiIperusahaanIuntuk dapat menerapkan ususlan perbaikan dari hasi penelitian. �


METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis pengumpulan data, sebagai berikut:

Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh� langsung dari hasil observasi lapangan dan wawancara.

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dikumpulkan dari berbagai sumber lain seperti jurnal, buku, dan internet.

 

Tabel 1. Jenis-Jenis Cacat Produk

No.

Jenis Cacat & Gambar

Keterangan

1

 

 

 

Ukuran Tahu Tidak Sama

Proses pemotongan dilakukan dengan tergesa-gesa menjadi salah satu faktor penyebab pemotongan tahu tidak sama.

2

 

 

 

Tekstur Tahu Lembek

Cacat ini biasanya terjadi karena terlalu banyak air endapan yang dicampurkan dan pada saat pencetakan tidak diberikan beban yang cukup serta waktu pencetakan kurang lama.

3

 

 

 

Tahu Kotor

Biasanya terjadi karena alat yang digunakan tidak dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Selain itu pemasakan menggunakan kayu bakar dan serbuk kayu didalam ruangan didekat penyaringan dapat berpengaruh karena

 

No.

Jenis Cacat & Gambar

Keterangan

 

 

abu berterbangan dan bisa saja terjatuh diproses penyaringan dan pencetakan.

4

 

 

 

Warna Tahu Sedikit Menguning

Biasanya terjadi karena pada saat proses pemasakan terlalu sebentar dan tidak menunggu selama tiga kali proses mendidih.

 

Sumber: Pengolahan Data 2024

 

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Six sigma DMAIC

DMAIC merupakan tahapan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah berdasarkan data yang bisa membantu meningkatkan barang, desain, dan prosedur bisnis. DMAIC dalam Six sigma meliputi, sebagai berikut:

1.    Tahap Define

Tahap define merupakan langkah pertama dalam six sigma. Dilakukan penentuan diagram SIPOC dan identifikasi karakteristik kualitas utama / Critical to Quality (CTQ) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan.

2.    Tahap Measure

Langkah ini mencoba menilai dan memahami kondisi proses saat ini dengan menentukan nilai DPMO dan level sigma.

a.     DPMO (Defect Per Million Opportunities): ukuran kegagalan yang digunakan dalam Six sigma, menampilkan kecacatan atau kerusakan produk dari satu juta produk yang dihasilkan. Rumus perhitungan DPMO:

 

��..�(1)

 

b.     Level Sigma: kinerja perusahaan dapat diukur dari segi kapasitasnya untuk menghilangkan kekurangan produk (Gaspersz, 2002). Rumus berikut dapat digunakan di Microsoft Excel untuk menghitung nilai sigma:

 

.(2)

 

c.     Peta Kendali: Data-data terkait kualitas produk akan diuraikan dalam suatu peta kendali, yaitu suatu alat analisis yang dibuat dengan menggunakan metode statistik. Jika titik sampel atau data berada dalam batas kendali atas dan bawah proses, maka dianggap terkendali dan sebaliknya. (Purnomo, 2004). Dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

 

������������(3)

����������������.(4)

������������...�����(5)

�����������������..(6)

 

Keterangan :

𝑝̅ = rata-rata proporsi cacat

𝑛 = jumlah produk (yang diinspeksi perhari)

3.       Tahap Analyze

Analisis data digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang mendasarinya. Alat yang akan diterapkan pada tahap ini merupakan diagram Pareto dan fishbone.

a.    
Diagram Pareto: digunakan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan penyebab utama dari masalah. Berikut ilustrasi diagram pareto:

Gambar 3. 1 Contoh Diagram Pareto

Sumber: Shutterstock.com

 

b.    
Fishbone: alat analisis visual yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab potensial dari suatu masalah atau efek. Diagram ini dirancang untuk membantu dalam pemecahan masalah dengan menganalisis berbagai penyebab yang berkontribusi terhadap masalah utama. Berikut ilustrasi Fishbone:

 

Gambar 3. 2 Contoh Fishbone Diagram

Sumber: Fadhilah Ummah (2024

4.    Tahap Improvement

Menentukan rencana tindakan untuk melakukan peningkatan kualitas Six sigma ketika asal-usul dan akar penyebab masalah kualitas telah diidentifikasi.

5.     Tahap Control

Tahap kontrol adalah langkah evaluasi sebagai hasil kemajuan dan standar kerja baru untuk mempertahankan kontrol kualitas produk yang dicapai (Fitria & Novita, 2020).

Tahapan Penelitian


Adapun alur proses tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. berikut.

 

Gambar 3. 3. Tahapan Penelitian

Sumber: Pengolahan Data 2024


HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil Penelitian

Data Jumlah Produksi dan Produk Cacat �

Data jumlah produksi dan data jumlah produk cacat didapatkan dari observasi lapangan di Pabrik Tahu ABC periode bulan Juni 2024. Berikut data produksi dan cacat produk yang terjadi pada Juni 2024.

 


Tabel 4. 1 Data Jumlah Produksi dan Data Jumlah Produk Cacat

 

Sumber: Data Perusahaan 2024

 

Tabel 4. 2 Lanjutan Data Jumlah Produksi dan Data Jumlah Produk Cacat


Sumber: Data Perusahaan 2024

 


Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jenis cacat tertinggi dalam periode bulan Juni 2024 adalah jenis cacat warna tahu sedikit menguning sebanyak 14.358 pcs produk, tekstur tahu kotor sebanyak 13.615 pcs produk, tekstur tahu lembek sebanyak 11.258 pcs produk dan ukuran tahu yang tidak sama 9.250 pcs.

Pengolahan Data Hasil Penelitian

Tahap Define

Diagram SIPOC

Diagram Supplier, Input, Process, Output, dan Customer (SIPOC) berfungsi untuk menggambarkan kegiatan produksi tahu mulai dari supplier sampai customer. Berikut merupakan diagram SIPOC Pabrik Tahu ABC.


 

Gambar 4. 3 Diagram SIPOC Pabrik Tahu ABC

Sumber: Olah Data 2024

 

2.�� Critical to Quality (CTQ)

Critical to Quality (CTQ) antara lain yaitu ukuran tahu yang tidak sama, tekstur tahu yang lembek, tahu yang kotor, dan warna tahu sedikit menguning.

Tahap Measure

1. Perhitungan DPMO dan Nilai Sigma

Rumus perhitungan DPMO:

 

��..�(1)

 

Langkah selanjutnya adalah mengubah nilai DPMO menjadi nilai sigma setelah nilai DPMO ditentukan. Menggunakan rumus berikut di Excel:

 

�...(2)

 

Berikut merupakan hasil perhitungan nilai DPMO dan level sigma mengunakan bantuan microsoft excel Periode Bulan Juni 2024 Pabrik tahu ABC Karawang.

 

 

 

 


 

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Nilai DPMO Dan Level Sigma

Hari

Jumlah
Produksi
(pcs)

Jumlah
Produk
Cacat
(pcs)

CTQ

DPMO

Level
Sigma

 

1

16500

1540

4

23333

3,5

2

16500

1789

4

27106

3,4

3

16500

1560

4

23636

3,5

4

16500

1570

4

23788

3,5

5

16500

1587

4

24045

3,5

6

16500

1547

4

23439

3,5

7

16500

1588

4

24061

3,5

8

16500

1670

4

25303

3,5

9

16500

1599

4

24227

3,5

10

16500

1576

4

23879

3,5

11

16500

1613

4

24439

3,5

12

16500

1682

4

25485

3,5

13

16500

1700

4

25758

3,4

14

16500

1589

4

24076

3,5

15

16500

1563

4

23682

3,5

16

16500

1491

4

22591

3,5

17

16500

1753

4

26561

3,4

18

16500

1544

4

23394

3,5

19

16500

1571

4

23803

3,5

20

16500

1522

4

23061

3,5

21

16500

1543

4

23379

3,5

22

16500

1589

4

24076

3,5

23

16500

1586

4

24030

3,5

24

16500

1591

4

24106

3,5

25

16500

1599

4

24227

3,5

26

16500

1754

4

26576

3,4

27

16500

1712

4

25939

3,4

28

16500

1710

4

25909

3,4

29

16500

1654

4

25061

3,5

30

16500

1689

4

25591

3,4

Total

495000

48481

-

-

-

Rata-rata

16500,0

1616

-

-

-

Sumber: Olah Data 2024

 

Berdasarkan Tabel Hasil perhitungan diatas bahwa nilai DPMO tertinggi pada Bulan Juni 2024 Pabrik tahu ABC, sebesar 27106 di hari kedua dan nilai DPMO terendah ada dihari ke 16 dengan nilai 22591. Sedangkan untul level sigma terbesar adalah 3,5.

2. Peta Kendali

Adapun peta kendali jenis cacat tahu dapat diketahui melalui hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. Berikut peta kendali dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah.

 

 

 

 

 

 

 

 


Tabel 4. 4 CL, UCL, & LCL

Sumber: Olah Data 2024

 

Gambar 4. 1 Peta Kendali Jumlah Cacat Tahu Periode Juni 2024

Sumber: Olah Data 2024

 

Berdasarkan gambar peta kendali jenis cacat periode bulan Juni 2024 terdapat beberapa titik yang keuar dari batas UCL dan LCL yang berarti menunjukan bahwa masih banyaknya permasalahan dalam proses produksi yang mengakibatkan produk cacat dan masih butuh pebaikan untuk menjaga kualitas produk tahu.

Tahap Analyze

Tahap Analyze merupakan tahap dimana adanya penentuan jenis cacat tertinggi dan akar penyebab mmasalah yang terjadi dalam proses produksi. Digunakan dua tahap analisis yakni menggunakan daiagram pareto dan fishbone sebagai berikut:

1.   Diagram Pareto

Pareto digunakan untuk menentukan jenis cacat tertinggi yang mempengaruhi kuaitas pada tahu. Data yang digunakan adalah data jenis cacat produk tahu periode bulan Juni 2024 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

 

Tabel 4. 2 Jenis Cacat Periode Juni 2024

No.

Jenis Cacat

Jumlah
Produk
Cacat

(PCS)

Persentase
Jumlah
Cacat (%)

Persentase
Kumulatif (%)

1

Warna Tahu
Sedikit Menguning

14358

29,615

29,615

2

Tahu Kotor

13615

28,083

57,698

3

Tekstur Tahu
Lembek

11258

23,221

80,919

4

Ukuran Tahu
Tidak Sesuai

9250

19,079

100

Total

48481

100

-

Sumber: Olah Data 2024

 

Berdasarkan data jenis cacat diatas dapat dilihat bahwa jenis cacat tertingi adalah jenis cacat warna tahu sedikit menguning dengan jumlah cacat sebanyak 14.358 pcs dan persentase sebanyak 29,615% sedangkan jenis cacat paling sedikit adalah jenis cacat ukuran tahu tidak sesuai sebayak 9.250 pcs dengan persentase sebanyak 9,079%. Dari data tersebut maka dapat dibuatkan menjadi diagram pareto yang dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4. 2 Diagram Pareto Jenis Cacat Tahu Periode Juni 2024

Sumber: Olah Data 2024

 

2. Diagram Fishbone

Gambar 4. 3 Fishbone Diagram Cacat Warna Tahu Sedikit Menguning

Sumber: Olah Data 2024

 

Berikut merupakan faktor penyebab terjadinya jenis cacat warna tahu sedikit menguning:

a.     Manusia: Karyawan bekerja secara terburu-buru, dan bekerja tanpa memperhatikan kebersihan area kerja.

b.    Material: Adanya kualitas bahan baku yang berbeda karena bahan baku di beli dari beberapa supplier berbeda dan belum adanya standar kualitas bahan baku.

c.     Metode: Belum adanya SOP kerja proses produksi dan Tidak adanya standar waktu pemasakan tahu.

d.    Mesin: Mesin Kotor, dan kuraangnya perawatan mesin.

e.     Lingkungan: Lingkungan kerja kurang kondusif untuk proses produksi.

Tahap Improvement

Pada tahap ini diberikan usulan perbaikan yang harus dilakukan untuk masalah yang terjadi di Pabrik Tahu ABC untuk meningkatkan kualitas. Usulan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

 

 

Tabel 4. 3 Usulan Perbaikan

No.

Faktor

Masalah

Usulan Perbaikan

1

Manusia

Karyawan bekerja secara terburu-buru, dan bekerja tanpa memperhatikan kebersihan area kerja.

�     Perlu adanya penerapan SOP pada proses produksi

�     Memberikan briefing pagi sebelum bekerja.

�     Memberikan teguran apabilla ada yang bekerja kurang teliti. �

2

Material

Adanya kualitas bahan baku yang berbeda karena bahan baku di beli dari beberapa supplier berbeda dan belum adanya standar kualitas bahan baku.

�     Menetapkan SOP untuk kualitas bahan baku yang aka digunakan untuk disampaikan ke supplier agar kualitas bahan baku terjaga.

3

Metode

Belum adanya SOP kerja proses produksi dan Tidak adanya standar waktu pemasakan tahu

�   Menetapkan SOP proses produksi

4

Mesin

Mesin Kotor, dan kuraangnya perawatan mesin.

� Melakukan perawatan mesin secara berkala

 

 

 

No.

Faktor

Masalah

Usulan Perbaikan

5

Lingkungan

Lingkungan kerja kurang kondusif untuk proses produksi.

� Mengadakan proses sanitasi setiap minggu untuk menjaga kebersihan area produksi.

Sumber: Olah Data 2024

 

Penerapan ususlan perbaikan pada bulan Juli 2024 memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan kualitas proses produksi tahu ABC yakni berkurangnya produk cacat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

 

Sumber: Olah Data 2024

Tabel 4. 4 Jumlah Produksi dan Cacat Setelah Adanya Usulan Perbaikan

Hari

Jumlah
Produksi
(pcs)

Jenis Cacat (pcs)

Jumlah
Produk
Cacat
(pcs)

Persentase
Produk
Cacat
(%)

Ukuran
Tahu
Yang
Tidak
Sama

Tekstur
Tahu
Lembek

Tahu
Kotor

Warna Tahu
Sedikit
Menguning

1

16500

198

220

212

298

928

5,6

2

16500

261

189

283

289

1022

6,2

3

16500

253

219

232

277

981

5,9

4

16500

238

289

232

231

990

6,0

5

16500

227

243

239

286

995

6,0

6

16500

248

219

215

297

979

5,9

7

16500

218

179

361

243

1001

6,1

8

16500

217

192

262

250

921

5,6

9

16500

266

241

205

281

993

6,0

10

16500

287

185

211

234

917

5,6

11

16500

268

180

203

255

906

5,5

12

16500

212

294

264

207

977

5,9

13

16500

236

233

231

251

951

5,8

14

16500

282

199

285

203

969

5,9

15

16500

267

215

259

289

1030

6,2

16

16500

235

250

243

215

943

5,7

17

16500

214

242

265

270

991

6,0

18

16500

299

287

212

209

1007

6,1

19

16500

253

223

284

233

993

6,0

20

16500

198

271

229

287

985

6,0

21

16500

245

246

265

233

989

6,0

22

16500

228

276

227

263

994

6,0

23

16500

285

227

225

246

983

6,0

24

16500

276

213

242

251

982

6,0

25

16500

297

246

226

209

978

5,9

26

16500

228

209

235

321

993

6,0

27

16500

266

247

202

276

991

6,0

28

16500

290

217

269

296

1072

6,5

29

16500

280

221

205

283

989

6,0

30

16500

257

244

219

289

1009

6,1

Total

495000

7529

6916

7242

7772

29459

178,5

Rata-rata

16500,0

251,0

230,5

241,4

259,1

982

6,0

Sumber: Olah Data 2024

 

Berdasarkan Tabel diatas setelah adanya usulan perbaikan jumlah total Defect bulan Juli 2024 berkurang sebanyak 29459 pcs dengan nilai persentase sebesar 178,5%. Hal tersebut, berpengaruh terhadap nilai proporsi, CL, UCL, dan LCL seperti yang terlampir dalam Tabel 4.8. berikut.

 


Tabel 4. 8 CL, UCL, & LCL Setelah Adanya Usulan Perbaikan

Sumber: Olah Data 2024

 

Berdasarkan Tabel 4.8. didapatkan nilai CL sebesar 0,0595, nilai UCL sebesar 0,0650, dan nilai LCL sebesar 0,088 0,0540. Maka dapatkan digambarkan dalam peta kendali yang dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut.


Gambar 4. 8 Peta Kendali Setelah Adanya Usulan Perbaikan (Juli 2024)

Sumber: Olah Data 2024

 

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada peta kendali bula Juli 2024 bahwa nilai proporsi tidak melebihi batas UCL dan LCL maka dapat dikataka bahwa usulan perbaikan diterapkan dengan baik dan cacat produk berkurang yang berpengaruh pada peningkatan kualitas tahu.

Tahap Control

Pada tahap terakhir ini dilakukan proses pemantauan dan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar dan dibuat untuk mengontrol pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu, untuk mencapai target dan tujuan perusahaan, setiap karyawan harus mengikuti prosedur operasional standar (SOP) yang dibuat perusahaan.

Penting untuk memastikan bahwa perbaikan berjalan dengan baik dan akan bertahan lama. Setiap tahap perbaikan dan hasilnya dapat dicatat dengan baik dan diawasi dengan cermat. Oleh karena itu, pengawasan dan dokumentasi bukan hanya merupakan komponen penting dari proses perbaikan, tetapi juga merupakan fondasi untuk kemajuan dan kesuksesan dalam jangka panjang. Pendokumentasian dan pengawasan dari perbaikan yang telah dilakukan meliputi:

a.�� Pencatatan data produksi dan jumlah cacat. Membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan untuk mengetahui tingkat efektifitas perbaikan

b.�� Membat work sheet

c.�� Melakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan pada saat melakukan pekerjaan agar proses yang dilakukan sesuai dengan SOP yang telah dibuat.

 

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Usulan perbaikan yang diberikan berdasarkan beberapa faktor penyebab terjadinya cacat produk warna tahu sedikit menguning adalah faktor manusia diberikan usulan perbaikan perlu adanya penerapan sop pada proses produksi, memberikan briefing pagi sebelum bekerja, memberikan teguran apabilla ada yang bekerja kurang teliti. Faktor material diberikan usulan perbaikan� untuk menetapkan SOP untuk kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk disampaikan ke supplier agar kualitas bahan baku terjaga. Faktor metode diberikan usulan perbaikan menetapkan SOP proses produksi. Faktor mesin diberikan usulan perbaikan menetapkan SOP proses produksi dan faktor lingkungan diberikan usulan perbaikan mengadakan proses sanitasi setiap minggu untuk menjaga kebersihan area produksi. Usulan perbaikan dibeikan supaya perusahaan dapat menjaga dan meningkatkan kualitas produksi tahu.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. (2019). Six Sigma Dmaic Sebagai Metode Pengendalian Kualitas Produk Kursi Pada Ukm. Jisi: Jurnal Integrasi Sistem Industri, 6(1), 11�17.

Andini, R. N. (2023). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan Pendekatan Six Sigma Dan Fmea (Studi Kasus: Umkm Tahu Putih Pak Sumar). Universitas Islam Indonesia.

Puji Lestari, I. (2021). Analisis Pengurangan Produk Cacat Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Pada Ud. New Tweety Magetan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Ramadhan, M. (2021). Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Cacat Pada Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma Dan Kaizen. Matrik: Jurnal Manajemen Dan Teknik Industri Produksi, 22(1), 55�64.

Ratnadi, R., & Suprianto, E. (2020). Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu Statistik (Seven Tools) Dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk. Jurnal: Industri Elektro Dan Penerbangan, 6(2).

Riani, L. P. (2016). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Tahu Putih. Sigma, 99(7).

Setiawan, A. D. W. I. (2022). Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Jumlah Produk Cacat Pada Mesin Es Loli Dengan Menggunakan Metode Six Sigma (Studi Kasus: Cv. Prima Es Krim). Universitas Islam Sultan Agung.

E. Afriliano, S. . S. L. A. And Kiswandono, "Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangikuantitas Kecacatan Produk (Studi Kasus Pada Home Industry Tahu Jaya, Turen, Malang)," Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri), Vol. 4, No. 2, Pp. 188-195, 2021.

A. Handoko, Y. Primasanti And B. Nugrahadi, "Analisis Pengendalian Kualitas Tahu Putih Menggunakan Metode Six Sigma Dengan Improve Kaizen Di Pd Tahu Pak Mutakin," Japti: Jurnal Aplikasi Ilmu Teknik Industri, Vol. 4, No. 1, Pp. 21-33, 2023.

U. Purwandari, Ed."Pengendalian Kualitas Produk Tahu Menggunakan Metode Six Sigma Di Ud. Sumber Urip," Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol. 14, No. 1, Pp. 14-23, 1 Maret 2020.

N. A. Sa�id, A. Ma�ruf And Delfitriani, "Analisis Kelayakan Usaha Produksi Tahu Sumedang (Studi Kasus Di Pabrik Tahu Xy Kecamatan Conggeang)," Jurnal Agroindustri Halal, Vol. 6, No. 1, Pp. 105-�113, 2020.

D. A. Walujo, T. Koesdijati And Y. Utomo, Pengendalian Kualitas, D. A. Walujo, Ed., Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020, P. 261.

A. T. Ashari And A. Y. Nugroho, "Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Dan Kaizen (Study Kasus: Pt Xyz)," Jci Jurnal Cakrawal Ilmiah, Vol. 1, No. 10, P. 2507, 2022.

D. W. Ariani, Pengendalian Kualitas Statistik, Yogyakarta: Andi, 2004.

A. A. Amin, Sumarsono And N. Kholis, "Analisis Kualitas Produk Konveksi Berupa Seragam Sekolah Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Di Tempat Praktik Keterampilan Usaha (Tpku) Bidang Konveksi Tebu Ireng," Jurnal Reaktom, Pp. 60-67, 2019.

N. I. Wahdah And K. S. K. S., "Pengaruh Perilaku Konsumen Online Shop Terhadap Konveksi Di Daerah Soreang," Jurnal Riset Dan Inovasi Manajemen, Vol. 2, No. 1, 2024.

P. F. Sandi, S. Hanate, R. K. M., S., And S. E. Brahama, "Pengaruh Kualitas Layanan Dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Konsumen Restoran Happy Garden Surabaya," Jurnal Manajemen Pemasaran , Vol. 2, No. 1, Pp. 1-9, 014.