PENGARUH PERILAKU KONSUMSI ISLAM DALAM PENGGUNAAN DOMPET
DIGITAL DENGAN MENERAPKAN MODEL UTAUT3
Kurnianingsih
Handayani, Mursyid, Mukhtar
Universitas Islam
Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia
Email: [email protected]
Kata kunci: utaut3, perilaku konsumsi islam, dompet digital Keywords: utaut3, Islamic consumption behavior, digital wallet |
|
ABSTRAK |
|
Penelitian berfokus dalam menganalisis pengaruh perilaku konsumsi Islam terhadap penggunaan dompet digital
dengan menerapkan Model UTAUT3. Hasil penelitian ini
mengidentifikasi faktor-faktor
seperti Social Influence dan Facilitating
Conditions terbukti memiliki
dampak yang signifikan
pada niat perilaku, tetapi menariknya, Social
Influence memiliki koefisien
negatif. Sebaliknya, variabel lain seperti
Performance Expectancy, Effort Expectancy, Habit, Hedonis
Motivation, Price Value, dan Personal Innovativeness memiliki
hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap niat menggunakan dompet digital. Behavioral
Intention kemudian berpengaruh
signifikan pada penggunaan
sebenarnya. Namun, variabel seperti Facilitating
Conditions, Habit, Personal Innovativeness, dan Islamic Consumption Behavior tidak berdampak signifikan pada Use Behavior, walaupun koefisien jalurnya tetap positif. Hasil ini memberi wawasan
baru terkait faktor yang paling penting dalam mendorong penggunaan dompet digital dalam perilaku konsumen Islam. The
research focuses on analyzing the influence of Islamic consumption behavior
on the use of digital wallets by applying the UTAUT3 Model. The results of
this study identified factors such as �Social Influence and Facilitating
Conditions� were shown to have a significant impact on behavioral intentions,
but interestingly, Social Influence had a negative coefficient. In contrast,
other variables such as �Performance Expectancy, Effort Expectancy, Habit,
Hedonic Motivation, Price Value, and Personal Innovativeness� have a positive
but insignificant relationship with the intention to use a digital wallet.
Behavioral Intention then has a significant effect on actual usage. However,
variables such as �Facilitating Conditions, Habit, Personal Innovativeness,
and Islamic Consumption Behavior� have no significant impact on Use Behavior,
although the path coefficient remains positive. These results provide new
insights into the most important factors driving digital wallet usage in
Islamic consumer behavior. |
|
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This is an open access article under the CC BY-SA license. |
PENDAHULUAN
Pertumbuhan yang signifikan dalam penggunaan
internet di Indonesia tercermin dengan semakin meningkatnya ketergantungan
masyarakat terhadap teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
komunikasi, pekerjaan, dan akses informasi. Menurut data dari Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di
Indonesia meningkat sebesar 6,78% dengan mencapai angka 210.026.769 orang pada
periode 2021-2022 di mana dengan perbandingan sebelumnya pengguna tercatat
sebanyak 196,7 juta orang. Data tersebut menunjukkan
bahwa di setiap tahunnya penggunaan internet di Indonesia mengalami peningkatan
sejalan akan kemajuan teknologi informasi yang terus berkembang (Indonesia, 2022). Seiring dengan peningkatan penggunaan internet di Indonesia, hal ini juga
berdampak dalam perkembangan sistem pembayaran saat ini.
Kemajuan teknologi yang pesat telah memengaruhi
berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk mengubah cara orang berinteraksi
dengan layanan, khususnya di bidang keuangan. Digitalisasi dalam keuangan telah
membuat transaksi lebih cepat, aman, dan efisien. Sehingga menyebabkan perusahaan financial technology berkembang
pesat di Indonesia (Romadona Putra et al., 2022).
Menurut definisi dari
"National Digital Research Center (NDRC)," teknologi finansial
merupakan kata yang digunakan untuk menggambarkan inovasi dalam layanan
keuangan yang memadukan elemen "financial" dan
"technology". Istilah ini merujuk pada kemajuan modern dalam sektor
finansial dengan menggunakan teknologi terkini (Wicaksono & Krisnadi, 2017). Pertumbuhan fintech di
Indonesia selama tahun 2016
dan 2017 menandai awal transformasi digital dalam sektor
keuangan di negara ini.
Seiring dengan kemajuan teknologi
saat ini, perekonomian pun juga ikut semakin berkembang salah satunya dalam
sistem pembayaran. Saat ini sistem pembayaran tidak hanya dilakukan secara
tunai saja, melainkan juga dilakukan dengan non tunai. Semakin banyaknya masyarakat yang beralih ke
pembayaran non-tunai menunjukkan perubahan signifikan dalam cara orang
bertransaksi. Penggunaan kartu debit dan kredit, membantu konsumen dapat
melakukan pembelian dengan lebih cepat dan aman, tanpa perlu membawa uang
tunai. Selain itu, uang elektronik dan aplikasi pembayaran berbasis smartphone
juga memberikan kemudahan transaksi yang ditawarkan oleh bank dan perusahaan (Maulana & Cahyadi, 2022). Dengan adanya sistem pembayaran yang baru dalam pembayaran ini diyakini
dapat memudahkan dalam bertransaksi, menghemat waktu, dan juga efisien.
Salah satu kemajuan teknologi
yang berkembang saat ini yaitu dompet digital. Dompet digital merupakan layanan
elektronik yang berfungsi sebagai alat untuk menyimpan uang secara virtual dan
memudahkan penggunanya dalam melakukan berbagai transaksi online. Fitur-fitur
keamanan yang disediakan, seperti PIN dan verifikasi ganda, bertujuan untuk
melindungi data pengguna dan mencegah akses tidak sah (Wicaksono & Krisnadi, 2017).
Penelitian dari InsightAsia berjudul
"Consistency That Leads: 2023 E-Wallet Industry Outlook" menyoroti
perubahan preferensi masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan, dengan
dompet digital kini menjadi pilihan utama dibandingkan metode tradisional
seperti uang tunai dan transfer bank. Dengan 74% responden yang
aktif menggunakan layanan dompet digital di kehidupan sehari-hari.
Penggunaan dompet digital kini melampaui metode pembayaran lain, seperti uang tunai (49%),
transfer bank (24%), QRIS (21%), Paylater (18%), kartu debit (17%), dan transfer VA (16%). Penelitian melibatkan responden dari berbagai kota besar
di Indonesia seperti Jabodetabek, Bandung, Medan,
Makassar, Semarang, Palembang, dan Pekanbaru dengan jumlah 1.300 responden yang dilakukan dari 19 September hingga 30 September 2022. Hasil riset
menunjukkan bahwa pada tahun
2022, popularitas GoPay
sebagai platform utama menunjukkan dominasi dalam pasar dompet
digital, sementara OVO di posisi kedua
dengan 70% responden pernah
menggunakan dan 53% menggunakan
dalam tiga bulan terakhir (Wulandari,
2023).
Penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan pengaruh penggunaan dompet digital terhadap perilaku
konsumsi Islam dilakukan oleh Meyta Amelia Rusbianti dan Clarashinta Canggih(Rusbianti & Canggih, 2023). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa faktor kepercayaan menjadi elemen
kunci yang mempengaruhi adopsi e-wallet, terutama dalam konsumsi Islami.
Meskipun aspek-aspek lain seperti kenyamanan, manfaat yang ditawarkan, potensi
risiko, dan keamanan juga penting dalam teknologi keuangan digital, faktor
tersebut tidak secara langsung mempengaruhi keputusan pengguna dalam hal
konsumsi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Sedangkan penelitian
Nada Diva Rizki Rembulan dan Egi Arvian Firmansyah (Diva et al., 2020), Hasil penelitian ini menyoroti
bahwa kemudahan penggunaan, manfaat yang dirasakan, kondisi fasilitas,
kepercayaan, pengaruh sosial, dan kesesuaian gaya hidup semuanya secara
langsung berdampak pada bagaimana seseorang menggunakan dompet digital. Selain
itu, keamanan juga menjadi faktor penting, namun dampaknya pada perilaku
penggunaan dimediasi melalui tingkat kepercayaan.
Temuan lain dari Dila
Oktafani dan Kristina Sisilia Dila Oktafani and Kristina Sisilia, �Analisis Penerapan
Model Unified Theory of Acceptance and Use of T echnology2 (UTAUT2) Pada Adopsi
Penggunaan Dompet Digital Ovo Dayeuh Kolot Bandung (Studi Kasus Pada Generasi Z
Sebagai Pengguna OVO),� Jurnal Menara Ekonomi VI, no. 1 (2020): 24�36., analisis penelitian
mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi niat seseorang untuk
menggunakan teknologi, khususnya dompet digital. Pengaruh sosial, kondisi yang
mendukung, motivasi hedonis, dan nilai harga terbukti berperan penting dalam
mendorong niat pengguna. Namun, harapan kinerja, kemudahan penggunaan, dan kebiasaan tidak
signifikan dalam menentukan niat pengguna. Sementara itu, faktor-faktor seperti
kondisi fasilitas, kebiasaan, dan niat perilaku secara langsung memengaruhi
perilaku aktual penggunaan, menunjukkan bahwa faktor-faktor ini berperan
penting dalam mendorong penggunaan nyata teknologi tersebut.
Penelitian yang
dilakukan oleh Sri Watmah, Siti Fauziah, dan Nuraeni Herlinawati (Watmah et al., 2020), mengungkapkan bahwa sejumlah
faktor, termasuk persepsi mengenai manfaat, pengaruh sosial, dan inovasi
teknologi, kepuasan pengguna, serta rekomendasi dari pengguna lain berperan
penting dalam mendorong seseorang untuk menggunakan dompet digital. Selain itu,
banyak penelitian terdahulu yang masih mengandalkan model penerimaan teknologi
seperti UTAUT dan UTAUT-2 untuk menganalisis perilaku penggunaan dompet
digital, dengan fokus pada faktor-faktor utama yang memengaruhi adopsi layanan
tersebut.
Terdapat kebutuhan mengenai
pentingnya literasi keuangan di kalangan milenial, yang tidak hanya mencakup
pengetahuan tentang keuangan, tetapi juga kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan tersebut dalam mengelola keuangan, seperti berinvestasi. Hasil
riset OJK menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masih relatif rendah di
kalangan milenial berusia 18-25 tahun sebesar 32,1%, sementara kelompok usia
25-35 tahun sebesar 33,5%. Meski demikian, menurut "Survei Nasional
Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) OJK tahun 2019," indeks literasi
keuangan secara umum mengalami peningkatan menjadi 38%, dan indeks inklusi
keuangan mencapai 76,19%. Peningkatan pada indeks literasi dan inklusi keuangan
di Indonesia memperlihatkan bahwa kesadaran akan pentingnya literasi keuangan
terus berkembang, meskipun kesenjangan antara literasi dan akses ke layanan
keuangan masih cukup besar.
Saat ini, generasi milenial
menyumbang 24% dari total populasi Indonesia, atau sekitar 64 juta orang.
Namun, banyak dari mereka masih menghadapi kerentanan finansial, hal ini
tercermin dari kurangnya persiapan dan kemampuan mereka dalam mengelola keuangan.
Misalnya, hanya 10,7% dari pendapatan milenial yang dialokasikan untuk
tabungan. Selain itu, hanya 35,1% milenial yang memiliki rumah sendiri,
sementara 51,1% dari pendapatan mereka habis untuk kebutuhan sehari-hari.
Dalam situasi pengelolaan keuangan tersebut, terlihat bahwa adanya
perubahan gaya hidup mileneal yang menyebabkan tingkat literasi keuangan yang
melemah. Masyarakat mileneal yang terbiasa dengan pengoperasian keuangan
digital mulai sulit menghentikan kebiasaan-kebiasaanya tersebut. Promosi e-commerce
yang menggiurkan dan beragam promosi yang ditawarkan oleh fintech dan layanan
dompet digital membuat para mileneal tersebut dengan prilaku hedonis nya tetap
berbelanja, terlebih dengan adanya sarana layanan dompet digital yang
memudahkan bertransaksi, yaitu melalui aplikasi mobile banking yang telah
terpasang pada smartphone.
Kemudahan dan manfaaat yang dirasakan pada saat menggunakan layanan
pembayaran secara digital menggunakan dompet digital ini berdampak kepada
siapapun yang menggunakannya, termasuk para mahasiswa yang lebih paham akan
adanya tekonologi yang dapat memudahkan dalam setiap kegiatan transaksi. Pelaksanaan
penelitian ini kemudian melibatkan mahasiswa yang menempuh pendidikan di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam atau biasa disebut PTKI.
PTKI sendiri merupakan sebuah perguruan tinggi yang dipelopori oleh umat
Islam dan keberadaannya didukung oleh keinginan untuk mewujudkan nilai-nilai
keislaman.� Persoalan penting terkait
dengan adanya perguruan tinggi ini ialah bagaimana� perguruan tinggi ini memposisikan dan
menyesuaikan dirinya dalam setiap perubahan serta serta kendala yang mungkin
datang saat ini dan di masa mendatang. Perubahan kini terjadi secara global,
ekonomi, konflik peradaban, lajunya perkembangan teknologi dan tantangan yang
dihadapi sehubungan dengan terjadinya krisis nilai spiritual, akidah dan
akhlak. Maka dari itu, perguruan tinggi Islam hadir menawarkan solusi untuk
pemecahan persoalan-persoalan kehidupan, salah satunya dalam kegiatan
berkonsumsi yang dimana konsusmi dalam Islam juga diajarkan kepada mahasiswa
yang seharusnya bisa diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari.
Namun karena adanya teknologi telah memudahkan ini dikhawatirkan akan
menimbulkan perilaku yang konsumtif dikalangan mahasiswa dimana mereka akan
berperilaku berlebih-lebihan, lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan
mereka sendiri dan tidak dapat mengelola keungan dengan baik.
Dalam
Ekonomi Mikro Islam, menekankan ajaran Islam dalam perilaku konsumsi yang
mengutamakan kesederhanaan dan keseimbangan. Hal ini tercermin dari larangan
terhadap perilaku berlebihan dan penekanan pada konsumsi yang halal dan baik.
Mengutip "(QS. Al-A'raf: 31), Allah SWT melarang sesuatu yang berlebihan
karena Islam mengutamakan keseimbangan dan kesederhanaan." Oleh karena
itu, dalam tindakan konsumsi, Islam menetapkan batasan tertentu yang harus
diperhatikan, seperti memastikan bahwa barang atau makanan yang dikonsumsi
adalah halal (legal menurut syariah), thayyib (baik secara moral dan
kesehatan), serta memastikan bahwa apa yang dikonsumsi tidak hanya layak secara
fisik, tetapi juga bersih dan tidak menjijikkan (Rusbianti & Canggih, 2023).
Penelitian ini akan difokuskan guna menguji pengaruh penggunaan dompet
digital dikalangan mahasiswa menggunakan model penerimaan teknologi dengan
delapan variabel yang sudah ditetapkan dalam model UTAUT-3. �UTAUT3 atau (Unified
Theory of Acceptance and Use of The Technology)� atau Teori Terpadu Penerimaan
dan penggunaan Teknologi ini merupakan model adopsi teknologi yang telah
mengalami perubahan dalam core determinants nya dan telah disempurnakan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Farooq dari beberapa penelitian terdahulu,
diantaranya yaitu TAM, UTAUT, dan UTAUT2. Alasan digunakannya model UTAUT-3
dalam penelitian ini adalah karena adanya penambahan variabel Inovasi individu
dalam penerimaan teknologi adalah faktor penting dalam menentukan sejauh mana
seseorang menerima dan menggunakan teknologi. Inovasi individu berperan
signifikan dalam mempengaruhi adopsi teknologi baru. Keberadaan inovasi ini
memberikan wawasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keputusan seseorang
untuk mengadopsi teknologi terkini.
Selanjutnya dalam penelitian ini akan ditambahkan juga Perilaku Konsumsi
Islam sebagai variabel tambahan dari delapan penentu penerimaan teknologi
diatas. Penambahan variabel tersebut bertujuan untuk melihat pengaruh Perilaku
Konsumsi Islam dalam menggunakan dompet digital dikalangan mahasiswa apakah
mereka sudah menerapkan perilaku konsumsi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Karena dengan adanya kemudahan dan manfaat dari teknologi seperti dompet
digital ini akan menimbulkan sikap berlebihan serta memprioritaskan keinginan
daripada kebutuhan yang tidak tepat dengan prinsip konsumsi dalam Islam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, berupaya membedakan
studi dengan penelitian sebelumnya melalui penerapan model penerimaan teknologi
UTAUT-3 dan menambahkan faktor perilaku konsumsi Islam.
Rumusan Masalah
Didasarkan uraian latar belakang
tersebut, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh �Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating
Conditions, Habit, Hedonic Motivation, Price Value, dan Personal Innovativeness� terhadap �Behavioral Intention� dalam penggunaan dompet digital oleh mahasiswa PTKI di kalimantan Timur?
2. Bagaimana pengaruh �Facilitating Conditions, Habit, Personal Innovativeness, Behavioral
Intention, dan Islamic Consumption Behavior� terhadap �Use Behavior� dalam� penggunaan dompet digital
oleh mahasiswa PTKI di Kalimantan Timur?
Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentu memiliki
beberapa tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guna mengetahui seberapa besar pengaruh �Performance Expectancy,�
Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating Conditions,
Habit, Hedonic Motivation, Price Value, dan Personal Innovativeness� terhadap �Behavioral Intention� dalam penggunaan dompet digital oleh mahasiswa PTKI di
Kalimantan Timur.
2. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh �Facilitating Conditions, Habit,
Personal Innovativeness, Behavioral Intention, dan Islamic Consumption Behavior� terhadap �Use Behavior� dalam penggunaan dompet digital oleh mahasiswa PTKI di
Kalimantan Timur.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Pendekatan kuantitatif akan
digunakan dalam penelitian untuk mempermudah analisis dan pengambilan
keputusan. Metode ini melibatkan pengumpulan data melalui pertanyaan yang
dirancang khusus untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan menggunakan metode
kuantitatif, peneliti dapat menghasilkan data yang terukur dan objektif,
sehingga memberikan wawasan yang lebih jelas dan dapat diandalkan dalam
menanggapi masalah yang diteliti (Teguh, 2014). Penelitian difokuskan guna menguji pengaruh variabel yang terdapat dalam model UTAUT-3
terhadap penggunaan dompet digital. Adapun variabel yang digunakan adalah
Harapan Kinerja, Harapan Usaha, Pengaruh Sosial, Kondisi yang Memfasilitasi,
Motivasi Hedonis, Nilai Harga, Kebiasaan, Inovasi personal. Peneliti juga
menambahkan variabel Perilaku Konsumsi Islam untuk melihat sejauh mana
mahasiswa mengaplikasikan ilmunya dalam menggunakan dompet digital.
Tempat dan Waktu Penelitian
Riset dilaksanakan dengan cara
mendistribusikan kuesioner yang telah disusun menggunakan Google Form dan
disebarkan melalui perwakilan setiap PTKI yang ada di Kalimantan Timur. Untuk
waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan dimulai dari disebarkan kuesioner
yaitu 1 Juni sampai dengan 31 Juni 2024.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini mencakup
seluruh mahasiswa yang aktif Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Kalimantan
Timur yang menggunakan layanan dompet digital dalam kegiatan bertransaksi.
Adapun daftar lembaga pendidikan tinggi yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
1.
Universitas Islam
Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda
2.
STAI Sangatta Kutai
Timur
3.
STAI Balikpapan
4.
STIT Balikpapan
5.
Sekolah Tinggi Ilmu
Syariah Hidayatullah Balikpapan
6.
STAI Samarinda
Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-probability
Sampling dengan metode
Purposive Sampling. Metode ini dipilih
karena membantu peneliti untuk memilih responden berdasarkan karakteristik yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti
fokus pada mahasiswa PTKI
yang aktif menggunakan dompet digital, sehingga data
yang diperoleh lebih relevan dan spesifik untuk analisis penggunaan dompet digital dalam konteks pendidikan
Islam.
Dalam penelitian yang menggunakan PLS-SEM, jumlah sampel minimum sebagai
sepuluh kali lipat dari jalur struktural terbesar (Joe et al., 2017). Dalam penelitian yang dilakukan terdapat 9 jumlah alur struktural
terbesar, sehingga jumlah minimum sampel yang diperlukan adalah 10 x 9 = 90. Menurut hasil tersebut
didapat sampel minimum adalah 90. Jumlah data yang dikumpulkan mulai dari
tanggal 1 Juni 2024 � 31 Juni 2024 ada sebanyak 106 responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses vital dalam penelitian karena data tersebut menjadi dasar analisis dan kesimpulan. Menggunakan kuesioner, peneliti dapat secara sistematis mengumpulkan informasi dari responden, menghasilkan analisis terstruktur dan mendalam terkait topik yang diteliti. Kuesioner ini juga
membantu peneliti menjangkau
responden dengan efisien, mengumpulkan data yang relevan
dan langsung dari sumbernya.
Saat penyebaran kuisioner
terlebih dahulu harus ditentukan respondennya berdasarkan teknik sampling.
Selanjutnya peneliti dapat mendatangi sendiri responden atau dengan cara online
yaitu membuat link yang dapat diakses melalui internet yang berisikan pertanyaan
pertanyaan seputar penelitian ini. Kuesioner dibagikan kepada setiap Perguruan
Tinggi Keagaan Islam yang ada di Kalimantan Timur melalui Google form. Skala
pengukuran menggunakan skala likert. Skala Likert merupakan metode yang sering
digunakan dalam survei untuk mengukur tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan
responden terhadap pernyataan tertentu.
Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data kuantitatif bersifat deskriptif bertujuan untuk mengorganisasi
dan menganalisis data numerik. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan gambaran
yang terstruktur, ringkas, dan jelas tentang suatu fenomena atau peristiwa,
sehingga membantu penarikan kesimpulan atau makna tertentu. Dalam penelitian ini,
peneliti menerapkan teknik analisis menggunakan "Partial Least Square � Structural
Equation Model (PLS-SEM)." Proses analisis data
yang menggunakan PLS-SEM terdiri
dari dua bagian utama yaitu Model Pengukuran dan Model Struktural.
1. Model Pengukuran (outer model)
Pengujian model luar
(outer model) bertujuan untuk
memahami hubungan antara variabel laten. Pada tahap ini, dilakukan
evaluasi terhadap reliabilitas dan validitas dari variabel dan indikator yang digunakan. Uji
validitas mencakup dua jenis yaitu �Validitas Konvergen dan Validitas
Diskriminan.� Di samping itu, uji reliabilitas dilakukan dengan mengukur nilai �composite reliability dan Cronbach's alpha� untuk memastikan
konsistensi internal dari variabel-variabel yang diteliti.
2.
Model Struktural (inner model)
Ketika melakukan pengujian pada
model struktural (inner model), terdapat beberapa langkah yang perlu
dilaksanakan sebagai berikut:
a)
Uji R-square (R�) berfungsi untuk mengukur kekuatan
hubungan antara variabel independen dan dependen, yang membantu peneliti untuk
mengevaluasi keefektifan model prediksi. Hasil yang lebih tinggi menunjukkan
bahwa model yang diajukan mampu memprediksi variabel dependen dengan lebih
baik.
b)
Uji hipotesis digunakan peneliti untuk menarik kesimpulan
berdasarkan data yang dianalisis, menggunakan koefisien jalur menunjukkan
kekuatan dan arah hubungan antar variabel serta T-statistics untuk menguji
signifikansi statistik dari hubungan tersebut.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Perguruan tinggi Islam memiliki fungsi sebagai
pusat studi dan penelitian ilmu pengetahuan secara umum dengan keutamaan pada
aspek keagamaan. Pertumbuhan ini didorong oleh komitmen para pemimpin dan tokoh
masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, guna mencetak generasi
mendatang mendapatkan pengetahuan yang memadai untuk berkontribusi pada
masyarakat. Selain itu, inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat identitas dan
nilai-nilai Islam dalam pendidikan tinggi, berperan penting dalam memajukan pendidikan
dan menanggulangi ketertinggalan di sektor ini (Haidar, 2004).
Seiring dengan perkembangan waktu, muncul
berbagai tokoh pembaharu pendidikan Islam di Indonesia yang berkeinginan untuk
mendirikan perguruan tinggi Islam. Ada dua faktor utama yang menjadi latar
belakang berdirinya perguruan tinggi Islam di Indonesia, yaitu faktor berasal
dari dalam dan faktor dari luar.
Faktor internal yang mendorong munculnya
perguruan tinggi Islam adalah keberadaan berbagai perguruan tinggi umum di
Indonesia, seperti Sekolah Tinggi Teknik yang didirikan di Bandung pada tahun
1920, Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta pada tahun yang sama, dan Sekolah Tinggi
Kedokteran di Jakarta yang berdiri pada tahun 1927. Sementara itu, faktor
eksternal terdiri dari respons masyarakat yang semakin mendambakan pendidikan
yang dapat mendukung kehidupan beragama mereka, di samping pengaruh positif
dari pemikir-pemikir Islam yang membawa ide-ide baru dan pembaruan dalam
pendidikan (Rahiem & Mochtar,
2001).
Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia, diawali
dengan pendirian STI pada tahun 1945, tepat menjelang kemerdekaan Indonesia.
Sejak saat itu, terjadi dinamika dan perkembangan signifikan dalam Pendidikan
Tinggi Islam. STI kemudian bertransformasi menjadi Universitas Islam Indonesia
(UII). Selanjutnya, perubahan status fakultas agama menjadi PTAIN menunjukkan
adanya pengakuan dan dukungan pemerintah terhadap pendidikan Islam. Munculnya
IAIN dan STAIN serta pendidikan tinggi Islam swasta menggambarkan pertumbuhan
dan diversifikasi yang signifikan dalam sektor pendidikan tinggi Islam di
Indonesia, menciptakan berbagai pilihan bagi masyarakat dalam mengejar
pendidikan yang berbasis agama (Pulungan et al., 2023).
Menurut laporan
�Educational Management Information System
(EMIS)�
semester genap tahun ajaran 2023/2024, terdapat sekitar 906 Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI) yang tersebar di seluruh Indoenesia. PTKI sendiri lalu
dibagi menjadi dua yaitu negeri dan swasta. Untuk jumlah PTKI Negeri sebanyak
59 lembaga dan untuk PTKI Swata sebanyak 847 lembaga.(Emis, 2024)
Kalimantan Timur sendiri juga memiliki PTKI kurang lebih sebanyak 11 PTKI
Negeri dan Swasta.
Deskripsi Responden
Pengumpulan data responden dilakukan secara daring melalui Google Form dari tanggal
1 hingga 30 Juni 2024, dan berhasil
mengumpulkan 106 tanggapan kuesioner. Selanjutnya, peneliti akan menyajikan deskripsi responden dengan memberikan penjelasan tentang identitas responden secara rinci sebagai berikut:
1. Deskripsi
Responden berdasarkan Gender
Responden dikategorikan berdasarkan gender, berdasarkan data yang diperoleh
dari kuesioner, dapat dijelaskan sebagai berikut. :
Tabel
1. Jumlah Responden Berdasarkan Gender
Jenis Kelamin |
Jumlah |
% |
Laki-laki |
48 |
45 |
Perempuan |
58 |
55 |
Total |
106 |
100 |
Sumber:
Data primer diolah, 2024
Berdasarkan tabel yang disajikan, dari total 106
responden, terdapat 48 responden (45,2%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 58
responden (54,8%) yang berjenis kelamin perempuan. Data tersebut menunjukan
bahwa di antara mahasiswa dan mahasiswi PTKI di Kalimantan Timur yang aktif
menggunakan dompet digital, mayoritas adalah perempuan. Penjelasan memberikan
temuan lebih lanjut mengenai kecenderungan perempuan dalam berbelanja, yang
bisa menjadi faktor penyebab utama mengapa mereka lebih aktif dalam melakukan
transaksi digital.
2.
Deskripsi Responden
berdasarkan PTKI
Responden berdasarkan PTKI yang
diperoleh dari kuesioner disajikan dalam analisis berikut:
Tabel
2. Karakteristik Responden Berdasarkan PTKI
Perguruan Tinggi |
Jumlah |
% |
UINSI Samarinda |
36 |
34 |
STAI Samarinda |
8 |
7 |
STIS Hidayatullah Balikpapan |
19 |
18 |
STAI Balikpapan |
20 |
19 |
STIT Balikpapan |
6 |
6 |
STAI Sangatta Kutai Timur |
17 |
16 |
Total |
106 |
100 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Menurut
data diatas memperlihatkan jika 106 individu yang telah melakukan pengisisan
kuesioner lebih banyak oleh Perguruan Tinggi UINSI Samarinda sebanyak 36 orang
atau 33,9%, 8 orang atau 7,5% di STAI Samarinda, 19 orang atau 17,9% di STIS
Hidayatullah Balikpapan, 20 orang atau 18,8% di STAI Balikpapan, 6 orang atau
5,6% di STIT Balikpapan, dan 17 orang atau 16,3% di STAI Sangatta Kutai Timur.
3.
Deskripsi Responden
berdasarkan Merk Dompet Digital
Responden berdasarkan PTKI yang
diperoleh dari kuesioner disajikan dalam analisis berikut:
Tabel
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Dompet Digital
Merk Dompet Digital |
Jumlah |
% |
OVO |
22 |
21 |
GoPay |
33 |
31 |
Dana |
35 |
33 |
LinkAja |
16 |
15 |
Total |
106 |
100 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Menurut analisis diatas
menghasilkan temuan yaitu dari 106 responden yang terlibat dalam pengisisan
kuesioner lebih banyak Dompet Digital merk Dana sebanyak 35 orang atau 33,1%,
merk GoPay sebanyak 33 orang atau 31,1%, merk OVO sebanyak 22 orang atau 20,7%,
dan merk LinkAja sebanyak 16 orang atau 15,1%.
4. Deskripsi
Responden berdasarkan Intensitas Penggunaan
Responden berdasarkan PTKI yang
diperoleh dari kuesioner dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel
4. Karakteristik Responden yang Didasarkan pada Penggunaan
Intensitas Penggunaan |
Jumlah |
% |
1-5
Kali |
49 |
46 |
6-10 kali |
45 |
42 |
>10 kali |
12 |
11 |
Total |
106 |
100 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Dari data tersebut, dapat
dilihat bahwa mayoritas responden (46,2%) menggunakan dompet digital dengan
frekuensi rendah (1-5 kali seminggu), diikuti oleh mereka yang menggunakan
lebih sering (6-10 kali) dan sedikit yang menggunakan sangat sering (lebih dari
10 kali). Hal ini mencerminkan variasi dalam kebiasaan transaksi digital di
antara responden, di mana sebagian besar pengguna melakukan transaksi dalam
frekuensi yang lebih rendah.
5.
Deskripsi Responden
berdasarkan Jangka Waktu Penggunaan
Responden berdasarkan PTKI yang
diperoleh dari kuesioner dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Periode Penggunaan
Jangka Waktu Penggunaan |
Jumlah |
% |
1-2 tahun |
20 |
19 |
2-4 tahun |
63 |
59 |
>5 tahun |
23 |
22 |
Total |
106 |
100 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden (59,4%) telah menggunakan dompet digital dalam jangka waktu yang
relatif singkat (1-2 tahun), sementara proporsi yang lebih kecil telah
menggunakan dalam rentang waktu yang lebih lama (2-4 tahun dan lebih dari 5
tahun). Analisis menunjukkan bahwa penggunaan dompet digital di antara
responden masih dalam tahap perkembangan, dengan banyak yang baru mulai
beradaptasi dengan teknologi tersebut.
6. Deskripsi
Responden berdasarkan Objek Belanja
Responden berdasarkan PTKI yang diperoleh
dari kuesioner dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel
6. Karakteristik Responden Terkait Barang yang Dibeli
Objek Belanja |
Jumlah |
% |
Makanan / Minuman |
49 |
46 |
Pakaian |
7 |
7 |
Tagihan Listrik/Air/Pulsa/Paket data |
38 |
36 |
Skincare |
5 |
5 |
Alat Elektronik |
7 |
7 |
Total |
106 |
100 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Dari
data tersebut, terlihat bahwa dari 106 responden, sebanyak 49 orang atau 46,2%
penggunaan dompet digital digunakan mayoritas untuk pembelian makanan, 38 orang
atau 35,8% penggunaan dompet digital digunakan untuk pembayaran Tagihan
Listrik/Air/Pulsa/Paket data, 7 orang atau 6,6% penggunaan dompet digital
digunakan untuk pembelian pakaian, 7 orang atau 6,6% penggunaan dompet digital
digunakan untuk pembelian alat elektronik, dan 5 orang atau 4,8% penggunaan
dompet digital digunakan untuk pembelian skincare.
Analisis
Pembahasan
A. Analisis
Data
1.
Evaluasi Model
Pengukuran Reflektif
a. Uji
Validitas
Pengujian
validitas dilakukan guna mengukur efektivitas instrumen dalam penilaian sebuah
variabel.
Validitas Konvergen
Validitas konvergen bertujuan
untuk memastikan bahwa indikator yang digunakan benar-benar mengukur variabel
yang dimaksud. Pertama, analisis dilakukan dengan memeriksa Loading Factor,
yang menunjukkan bahwa semua indikator memiliki nilai yang memadai (di atas
0,7), menandakan keabsahannya. Selain itu, pengujian dengan
�Average Variance Extracted (AVE)� juga menunjukkan hasil yang valid karena nilainya lebih dari 0,5. Maka, dengan kedua pengujian tersebut, peneliti dapat menyebutkan jika instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki
validitas yang kuat.
1) Validitas
Diskriminan
Validitas Berpegang
pada prinsip pentingnya validitas diskriminan dalam penelitian, yang
menunjukkan bahwa pengukuran berbagai konstruk seharusnya tidak berkorelasi
tinggi. Proses ini melibatkan analisis menggunakan metode Fornell-Larcker untuk
mengidentifikasi seberapa besar hubungan antar variabel.
Diketahui
bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini telah menunjukkan validitas
diskriminan, karena nilai korelasi untuk masing-masing variabel melebihi nilai
korelasi antar variabel lainnya. Selain itu, analisis Cross Loading
mengonfirmasi bahwa semua indikator memiliki korelasi yang kuat dengan variabel
yang relevan, yaitu lebih dari 0,7. Hasil ini menunjukkan bahwa semua variabel
dan indikator dalam penelitian ini memenuhi kriteria validitas diskriminan,
yang penting untuk menjamin bahwa pengukuran yang dilakukan akurat dan tidak
saling tumpang tindih.
b. Uji
Reliabilitas
Setelah pengujian validitas, terdapat
juga pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk menilai konsistensi alat ukur,
pendekatan yang digunakan yaitu:
1) Cronbach�s
Alpha
Penggunaan Cronbach�s Alpha
sebagai metode untuk mengukur reliabilitas alat ukur dalam penelitian. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai di atas 0,7,
yang merupakan batas minimum yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa alat ukur
tersebut konsisten dan dapat diandalkan.
2) Composite
Reliability
Penggunaan
Composite Reliability sebagai metode untuk mengukur reliabilitas konstruk dalam penelitian. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa semua variabel
memiliki nilai di atas 0,7,
yang menunjukkan bahwa alat
ukur tersebut dapat diandalkan. Karena kedua pengujian reliabilitas
menunjukkan hasil yang memadai, penelitian
ini dianggap siap untuk melanjutkan
ke pengujian inner model, yang merupakan
langkah berikutnya dalam analisis.
B. Evaluasi
Model Struktural
Selanjutnya
pengujian evaluasi model pengukuran reflektif, dilakukan peneliti dengan evaluasi
model struktural terdiri dari uji multikolinier, uji R square, dan uji
signifikansi atau hipotesis.
1. Uji
Multikolinier
Langkah pertama dalam mengevaluasi model struktural
adalah melakukan uji multikolinieritas. Uji ini memastikan bahwa variabel independen dalam model tidak saling berkorelasi secara tinggi. Dengan menggunakan nilai inner VIF, dapat terlihat seberapa besar varians koefisien
yang meningkat akibat multikolinieritas. Nilai VIF yang rendah
(di bawah 5) mengindikasikan
bahwa variabel-variabel independen tidak memiliki korelasi yang kuat, sehingga model lebih stabil dan hasil analisis lebih dapat diandalkan.
Tabel 7.
Nilai Inner Vif
Variabel |
BI |
UB |
PE |
2.191 |
|
EE |
2.758 |
|
SE |
1.347 |
|
FC |
2.301 |
2.226 |
HB |
2.962 |
1.961 |
HV |
2.442 |
|
PV |
1.559 |
|
PI |
1.729 |
1.644 |
ICB |
1.673 |
1.553 |
BI |
|
1.726 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Dari
hasil analisis tersebut, didapatkan nilai inner VIF yang kurang dari 5 menandakan
bahwa variabel-variabel independen dalam model tidak memiliki korelasi tinggi
satu sama lain, sehingga multikolinieritas tidak menjadi masalah.
2. Uji
R square
Uji R square dilakukan untuk
mengetahui tingkat variasi perubahan variabel eksogen terhadap variabel
endogen. Uji R-square ini dilakukan untuk mengevaluasi
sejauh mana variasi dalam variabel eksogen dapat menjelaskan perubahan yang
terjadi pada variabel endogen. Hasil uji ini penting untuk menilai efektivitas
model dalam memprediksi perilaku atau fenomena yang diteliti.
TABEL
8. UJI R-SQUARE
Variabel |
Hasil |
% |
BI |
0,512 |
51,2% |
UB |
0,418 |
41,8% |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
Uji R-square memberikan gambaran tentang seberapa
besar proporsi variasi dalam variabel dependen (Y1 dan Y2) yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai 51,2% untuk Behavioral Intention menunjukkan bahwa lebih dari setengah
variasi dalam niat berperilaku dapat diprediksi dengan variabel eksogen yang diteliti yaitu "Performance
Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating Conditions,
Habit, Hedonic Motivation, Price Value, Personal Innovativeness, dan Islamic
Consumption Behavior." Demikian
juga, nilai 41,8% untuk Use
Behaviour mengindikasikan bahwa
hampir setengah variasi dalam perilaku
penggunaan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
seperti "Facilitating
Conditions, Habit, Personal Innovativeness, Behavioral
Intention, dan Islamic Consumption Behavior."
Adapun sisa variasi yang tidak dijelaskan mencerminkan faktor-faktor lain
yang mungkin berpengaruh tetapi tidak termasuk
dalam model penelitian ini.
3. Uji Hipotesis
Tahapan yang kedua atau bisa
disebut langkah inti dalam pengujian ini adalah uji hipotesis. Pengujian dilakukan untuk menguji hasil Coefficient Path dan
T-Statistic. Coefficient
Path menggambarkan seberapa kuat dan dalam arah mana variabel-variabel tersebut saling memengaruhi. Nilai positif
menunjukkan hubungan yang sejalan,
sementara nilai negatif
menunjukkan hubungan yang berlawanan.
Di sisi lain, T-statistic
berfungsi untuk menentukan signifikansi statistik dari hubungan tersebut. Nilai
T-statistic yang lebih besar dari 1,64 menunjukkan bahwa hubungan tersebut
signifikan dan hipotesis yang diusulkan bisa diterima, sedangkan nilai yang
lebih rendah menunjukkan bahwa hubungan tidak cukup kuat untuk mendukung
hipotesis tersebut.
a. Pembahasan
Hipotesis ke-1
Pembahasan
pertama diambil dari nilai Path Coefficient untuk melihat pengaruh dari
variabel� Harapan Kinerja (Performance
Expentacy), Harapan Usaha (Effort Expectancy), Pengaruh Sosial (Social
Influence), Kondisi yang Memfasilitasi (Facilitating Conditions),
Kebiasaan (Habit), Motivasi Hedonis (Hedonic Motivation), Nilai
Harga (Price Value), dan Inovasi Pribadi dalam TI (Personal
Innovativeness in IT) terhadap Niat Berperilaku (Behavioral Intention)
dalam menggunakan layanan Dompet digital.
Tabel 9. Hasil Pengujian Hipotesis
|
Path Coefficient |
T-statistics |
p-values |
X1 -> Y1 |
0.018 |
0.195 |
0.845 |
X2 -> Y1 |
0.018 |
0.143 |
0.886 |
X3 -> Y1 |
-0.147 |
1.661 |
0.097 |
X4 -> Y1 |
0.249 |
2.091 |
0.037 |
X5 -> Y1 |
0.172 |
1.575 |
0.116 |
X6 -> Y1 |
0.09 |
0.655 |
0.513 |
X7 -> Y1 |
0.139 |
1.315 |
0.189 |
X8 -> Y1 |
0.142 |
1.381 |
0.168 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
�������
Hasil temuan
analisis menunjukan hanya Social Influence dan Facilitating Conditions yang
menunjukkan pengaruh signifikan, yang berarti bahwa faktor-faktor tersebut
memiliki dampak nyata pada bagaimana individu memutuskan untuk menggunakan
teknologi atau sistem tertentu. Meskipun Social Influence memiliki pengaruh
signifikan, nilai negatif dari coefficient path menunjukkan bahwa peningkatan
dalam pengaruh sosial justru dapat menurunkan niat perilaku.
Sebaliknya,
variabel lainnya, meskipun tidak berpengaruh signifikan, masih memiliki
hubungan positif dengan Behavioral Intention, tetapi tidak cukup kuat untuk
memenuhi kriteria signifikansi. Sehingga menunjukkan bahwa meskipun ada
pengaruh, faktor-faktor tersebut tidak secara konsisten atau cukup kuat untuk
mempengaruhi niat perilaku secara nyata.
b. Pembahasan Hipotesis ke-2
Dibawah
ini adalah hasil Output Path Coefficient untuk melihat pengaruh dari konstruk Kondisi yang Memfasilitasi (Facilitating
Conditions), Kebiasaan (Habit), Inovasi Personal (Personal
Innovativeness), Perilaku Konsumsi Islam (Islamic Consumption Behavior)� dan Niat Berperilaku (Behavioral intention)
Terhadap Perilaku Penggunaan (Use Behavior) dalam menggunakan layanan
dompet digital.
Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis
|
Path Coefficient |
T-statistics |
p-values |
X4 -> Y2 |
0.067 |
1.534 |
0.126 |
X5 -> Y2 |
0.046 |
1.294 |
0.196 |
X8 -> Y2 |
0.038 |
1.147 |
0.252 |
X9 -> Y2 |
0.044 |
1.211 |
0.226 |
Y1 -> Y2 |
0.270 |
2.163 |
0.031 |
Sumber: Olahan dari data primer, 2024
�������
Hasil
analisis tabel menunjukan bahwa Behavioral Intention merupakan faktor kunci yang memengaruhi perilaku penggunaan (Use Behavior) dalam penelitian ini. Dengan nilai
T-statistic yang signifikan dan coefficient path yang
positif, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi niat perilaku seseorang
untuk menggunakan teknologi, semakin besar dorongan pengguna untuk melakukannya.
Sementara itu, variabel-variabel
lainnya meskipun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan masih memiliki hubungan positif dengan Use Behavior. Artinya menunjukkan bahwa meskipun faktor-faktor tersebut tidak cukup kuat
untuk memengaruhi perilaku penggunaan secara nyata, variabel
mungkin masih memiliki dampak yang bermanfaat dalam situasi tertentu.
Pembahasan
1. �Pengaruh Performance Expentancy,
Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating Conditions, Habit, Hedonic
Motivation, Price Value, Personal Innovativeness, dan Islamic Consumption
Behavior terhadap Behavioral Intention.
a.
Pengaruh Performance Expectancy (X1) terhadap Behavioral
Intention �(Y1).
Berdasar pada konsep
teori UTAUT-3, ada 8 faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu tekonologi.
Faktor yang pertama adalah harapan kinerja (PE). harapan kinerja merupakan
faktor yang menilai tingkat kinerja suatu teknologi yang harapan nya dapat
membantu memudahkan kinerja agar penggunaan teknologi lebih optimal dalam� kehidupan sehari-hari.
Temuan analisis penelitian menunjukan bahwa
"harapan kinerja (Performance Expectation/PE) memiliki pengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap niat berperilaku (Behavioral Intention/BI) dengan
nilai T-statistic sebesar 0,195 dan nilai p-values sebesar 0,845." Nilai T-statistic yang lebih kecil dari
1,64 menunjukkan bahwa pengaruh yang diukur tidak cukup kuat. P-values yang
lebih besar dari 0,10 menunjukkan bahwa hasil tersebut tidak cukup signifikan
untuk menolak hipotesis nol, yang berarti tidak ada cukup bukti untuk mendukung
adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut.
Temuan penelitian ini konsisten
dengan temuan yang diungkapkan dalam penelitian Brahmantya Adi Saputra,
Fatihaeny Nabilah Kurnia Ilahi, dkk. Temuan ini menunjukkan bahwa
meskipun pengguna memiliki harapan positif tentang kinerja aplikasi dompet
digital, harapan tersebut tidak cukup kuat untuk mempengaruhi niat mereka dalam
menggunakan dompet digital DANA selama masa pandemi COVID-19 (Saputra et al., 2022). Temuan lainnya dalam Nailis Kristi, Diqy Fakhrum S.,
dan Dwi Nurhayati. Dalam penelitian yang dilakukan ditemukan meskipun pengguna
mengharapkan kinerja yang baik dari aplikasi Flip, harapan tersebut tidak cukup
kuat untuk memengaruhi niat mereka untuk menggunakan aplikasi tersebut (Kristi et al., 2024). �
b.
Pengaruh Effort
Expectancy (X2) terhadap Behavioral Intention (Y1). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
Faktor kedua adalah Effort Expectancy (X2) yang mencerminkan harapan individu terhadap kemudahan penggunaan suatu sistem atau teknologi. Jika seseorang merasa bahwa teknologi
yang digunakan tidak memerlukan banyak
usaha atau belajar, mereka akan lebih terbuka untuk menggunakannya. Selain itu, jika teknologi tersebut terlihat bermanfaat dan memberikan kenyamanan, individu akan lebih termotivasi untuk mengadopsinya.
Faktor ini penting dalam proses adopsi
teknologi, karena kemudahan penggunaan dapat meningkatkan minat dan penerimaan individu terhadap sistem baru, sehingga mempengaruhi keputusan mereka untuk beralih dari teknologi lama ke yang baru.
Temuan analisis menunjukan
bahwa "terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan antara harapan usaha (PE) terhadap niat berperilaku (BI) dengan nilai T-statistic yang diperoleh adalah 0,143 dan nilai P-values sebesar 0,886."
Nilai T-statistic yang rendah (0,143) menunjukkan bahwa efek harapan usaha
terhadap niat berperilaku tidak cukup kuat untuk
dianggap signifikan secara statistik. Selain itu, P-value yang tinggi (0,886) menunjukkan bahwa kemungkinan untuk mendapatkan hasil seperti ini atau
yang lebih ekstrem, jika hipotesis nol benar, cukup
besar, sehingga tidak ada bukti
yang cukup untuk menolak hipotesis nol.
Temuan ini diperkuat oleh riset
yang dilakukan oleh Nuaraini Dzakiyyah. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa the
relationship between effort expectancy and behavioral intention in the
acceptance an usage of the DANA E-Wallet is not supported.(Dzakiyyah,
2023) penelitian selanjutanya dilakukan oleh Andrini
Nursafitri. Penelitian ini menemukan bahwa
kemudahan penggunaan dompet digital DANA tidak selalu berbanding lurus dengan
minat Generasi Z untuk menggunakannya. Bahkan, ketika penggunaan dianggap lebih
mudah, hal ini justru dapat menurunkan ketertarikan mereka dan hanya sedikit
mempengaruhi niat Generasi Z dalam menggunakan dompet digital DANA untuk pembayaran
digital. Temuan ini menunjukkan bahwa kemudahan penggunaan DANA tidak otomatis
meningkatkan minat Generasi Z untuk mengadopsi aplikasi tersebut (Nursafitri
& Chaidir, 2024)
c. Social Influence (X3) terhadap Behavioral Intention (Y1).
Faktor ketiga adalah Social Influence (SI). Pengaruh sosial berperan penting dalam adopsi teknologi. Ketika individu
melihat bahwa orang-orang di sekitarnya, terutama yang dianggap penting,
seperti teman atau kolega, telah menggunakan suatu sistem, mereka akan merasa
terdorong untuk mengikutinya. Semakin luas
penggunaan sistem di kalangan sosial, semakin kuat motivasi untuk mencoba dan
mengadopsi sistem tersebut. Di lingkungan kampus, fenomena ini sangat jelas,
karena individu sering dipengaruhi oleh kebiasaan teman-temannya, sehingga
ketertarikan untuk memanfaatkan teknologi baru meningkat seiring dengan
penggunaan oleh orang lain di sekitar mereka.
Hasil temuan analisis
menunjukan bahwa "terdapat pengaruh negatif tetapi signifikan antara
pengaruh sosial (SI) terhadap niat berperilaku (BI) dengan nilai T-statistic
yang diperoleh adalah 0,661 dan nilai P-values
sebesar 0,097." Nilai T-statistic yang lebih besar dari ambang batas 1,64
mengonfirmasi signifikansi efek ini, sementara P-value yang lebih kecil dari
0,10 mendukung penolakan hipotesis nol dan menerima alternatif (Ha),
menunjukkan bahwa pengaruh sosial benar-benar memiliki dampak yang dapat diukur
terhadap niat berperilaku, meskipun dampaknya negatif.
Temuan hasil ini konsisten dengan
studi yang dilakukan oleh Toto Edrinal Sebayang,dkk. Hasil penelitian nya menunjukkan bahwa Social
influence has an effect on behavioral intention in adapting to the use of the
LinkAja application.(Sebayang et al., 2022) Selanjutnya penelitian
dilakukan Lucky Mahesa Yahya, dkk yang menunjukkah bahwa social influence
proven to have a significant influence in measuring the level of success in
implementing the donation-based crowdfunding system in applications.(Informasi et al., 2023)
Venkatesh, dkk juga menyatakan
bahwa seorang individu bisa dipengaruhi orang lain yang meyakinkan dirinya
bahwa dia harus mencoba menggunakan teknologi yang baru.(Venkatesh et al., 2003) Hal ini terjadi karena seorang
individu dapat menerima informasi dari seseorang yang mereka kenal yang sudah
menggunakan sistem baru. Sehingga hal ini membuat promosi lewat mulut ke mulut
lebih dianggap menarik karena saat ini leboh percaya kepada testimoni dari
orang-orang terdekatnya.(Kriyantono,
2014)
d.
Facilitating Conditions (X4) terhadap Behavioral Intention (Y1). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
Faktor keempat adalah facilitating conditions atau
kondisi yang memfasilitasi,
merujuk pada elemen-elemen
yang mendukung penggunaan suatu sistem atau teknologi. Seperti mencakup aspek-aspek seperti infrastruktur
fisik, perangkat keras dan perangkat lunak, serta dukungan
organisasi yang dibutuhkan
untuk menjalankan sistem.
Ketika individu merasa bahwa semua fasilitas yang diperlukan sudah ada dan mudah diakses,
mereka akan lebih cenderung
untuk mengadopsi dan memanfaatkan
teknologi baru.
Temuan analisis menunjukan
bahwa "adanya pengaruh positif yang signifikan antara kondisi yang memfasilitasi (FC) terhadap niat berperilaku
(BI) dengan nilai
T-statistic setelah proses bootstrapping adalah 2,091 dan nilai P-values
sebesar 0,037." Nilai T-statistic yang lebih besar dari
1,64, dan nilai P-values sebesar
0,037, yang lebih kecil dari 0,10, menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Saat ini, penggunaan smartphone di Indonesia semakin
meningkat, didukung oleh laporan survei dari lembaga Statista yang menunjukkan bahwa lebih dari setengah
populasi di Indonesia, yaitu
56,2 persen, telah menggunakan smartphone pada tahun
2018. Setahun kemudian, jumlahnya meningkat menjadi 63,3 persen.
Temuan hasil ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Widia Ernandha Dewi, Umu Khouroh, dan Mokh. Natsir. Dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa kondisi yang
mendukung memberikan pengaruh positif terhadap niat berperilaku dalam
menggunakan e-commerce Sociolla di kalangan masyarakat Samarinda. Widia Ernandha Dewi, Umu Khouroh, and Mokh. Natsir, �The
Influence of Technology Acceptance on E-Commerce Behavior of Sociolla Users Is
Mediated by Behavioral Intentions (UTAUT 2 Testing Study),� Journal of
Economics, Finance and Management Studies 7, no. 4 (2024): 1780�1798 penelitian selanjutnya dilakukan oleh I Putu Hendika Permana, dkk. Hasil
penelitian nya menjelaskan bahwa Facilitating Conditions has a positive and significant influence on behavioral intention to accept the Balindo Paradiso Information
Technology system.(Permana
et al., 2024)
e.
Pengaruh Habit (X5) terhadap Behavior Intention (Y1).
Kebiasaan dalam penggunaan sistem informasi sangat krusial karena dapat memengaruhi cara pengguna berinteraksi
dengan teknologi. Kebiasaan ini terbentuk
seiring waktu dan memainkan peran penting dalam interaksi
pengguna dengan teknologi dengan dua dimensi yaitu addictiveness dan
must. Dimensi addictiveness menunjukkan sejauh mana pengguna merasa terikat
atau kecanduan terhadap penggunaan sistem. Ketika pengguna merasa sulit untuk
mengontrol atau mengurangi penggunaan sistem, hal ini mencerminkan tingkat
kecanduan yang tinggi. Sementara dimensi must menggambarkan rasa kewajiban atau
keharusan dari pengguna untuk menggunakan sistem. Ketika pengguna merasa bahwa
penggunaan sistem adalah suatu keharusan, ini menunjukkan bahwa sistem telah
menjadi bagian integral dari rutinitas atau kehidupan sehari-hari mereka.
Temuan analisis menunjukan bahwa "adanya
pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Kebiasaan (HB) dan niat
berperilaku (BI) dengan T-statistic sebesar 1,315 dan nilai P-values sebesar 0,189." Nilai
T-statistic yang lebih kecil dari 1,64 menunjukkan bahwa efeknya tidak cukup
kuat untuk berpengaruh, sedangkan nilai P-value yang lebih besar dari 0,10
mengindikasikan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol.
Temuan hasil ini konsisten dengan
studi yang dilakukan oleh Wira Bharata Premi dan Wahyu Widyaningrum yang membuktikan bahwa variabel habit
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap behavior intention dalam
penggunaan mobile banking nasabah KCU BCA Malang.(Premi & Widyaningrum, 2020) Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Fadhil Bima Anandia
dan Asy Nur Aisyah yang menujukkan bahwa tidak ada pengaruh terhadap hubungan
variabel habit� (H) terhadap behavioral
intention (BI) pada penggunaan mobile banking pada bank syariah di kota
Surabaya.(Anandia & Aisyah, 2023)
f.
Pengaruh Hedonic Motivation (X6) terhadap Behavioral intention (Y1).
Motivasi hedonis berfokus pada
pencarian kepuasan dan kebahagiaan melalui pengalaman konsumsi. Dalam hal ini, kebutuhan
yang belum terpenuhi mendorong individu untuk melakukan pembelian yang tidak
terencana sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka.
Emosi yang dirasakan saat
berbelanja, baik positif maupun negatif, memainkan peran penting dalam
keputusan pembelian. Misalnya, perasaan senang saat membeli sesuatu dapat
mendorong seseorang untuk melakukan pembelian impulsif. Sebaliknya, emosi
negatif seperti kemarahan atau kesedihan juga bisa memicu perilaku belanja
sebagai mekanisme coping. Secara garis besar, proses motivasi hedonis
menunjukkan bagaimana pengalaman emosional dan kebutuhan individu saling
berkaitan dalam mempengaruhi perilaku konsumen.
Temuan analisis penelitian menunjukan bahwa
"terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Motivasi Hedonis
(HM) dan niat berperilaku (BI) dengan nilai T-statistic yang diperoleh adalah
1,575 dan nilai P-values sebesar 0,116."
Nilai T-statistic yang lebih kecil dari 1,64 menunjukkan bahwa efeknya tidak
cukup kuat untuk berpengaruh, sedangkan nilai P-value yang lebih besar dari
0,10 mengindikasikan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol.
Temuan hasil ini konsisten dengan
studi yang dilakukan oleh Lutfi Alviandi dan Rojuaniah. Penelitian ini menujukkan bahwa hedonic motivation tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap behavioral
intention.
Hal ini menunjukkan bahwaterdapat nasabah
yang belum memiliki minat
untuk menggunakan dan menikmati
layanan Livin� by Mandiri, walaupun layanan ini dapat memberikan kemudahan, kepraktisan, dan kenyamanan dalam bertransaksi.(Alviandi & Rojuaniah, 2024) Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Devi Rahmawati dan Shita
Permata Sari. Dalam penelitiannya menujukkan bahwa Hedonic Motivation
has no affects on Behavioral Intention. This
research shows that the interest of electronic wallet users in Great
SoloRegion is not affects by hedonic motivation.(Rahmawati & Sari, 2023)
g.
Pengaruh Price Value (X7) terhadap Behavioral intention (Y1).
Nilai
harga atau Price Value (PV) menggambarkan bagaimana pengguna menilai harga sebuah
aplikasi atau layanan berdasarkan keuntungan yang di dapatkan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Dimensi reasonable menunjukkan bahwa pengguna menganggap harga yang ditetapkan adil dan sepadan dengan fitur yang ditawarkan oleh sistem. Sementara itu, dimensi worth-it
menunjukkan bahwa pengguna merasa bahwa manfaat
yang di peroleh dari aplikasi sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan.
Temuan analisis menunjukan
bahwa "terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Nilai Harga (PV) dan niat berperilaku (BI) dengan nilai T-statistic yang diperoleh adalah 0,655 dan nilai P-values
sebesar 0,513."Nilai T-statistic yang lebih kecil dari
1,64 menunjukkan bahwa efeknya tidak cukup
kuat untuk berpengaruh, sementara nilai P-value yang lebih besar dari 0,10 mengindikasikan bahwa tidak ada cukup
bukti untuk menolak hipotesis nol. �
Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Deasy Safitri, dkk.Temuan menghasilkan bahwa faktor harga, baik itu murah atau mahal, tidak mempengaruhi
keputusan individu dalam menggunakan aplikasi JakOne Mobile (Safitri et al., 2024). Selanjutnya penelitian juga dilakukan oleh Yulia Wahyu Saragih dan Brady
Rikumahu yang menunjukkan bahwa price value tidak berpengaruh signifikan
terhadap behavior intention dalam penggunaan e-wallet masyarakat
Jawa Barat.(Wahyu & Rikumahu, 2022)
h.
Personal Innovativeness (X8) terhadap Behavioral Intention (Y1).
Inovasi Personal (PI) menggambarkan seberapa besar minat seseorang dalam mencoba hal-hal yang baru, khususnya dalam teknologi. Konsumen yang inovatif cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan bersemangat dalam mengeksplorasi cara-cara baru untuk melakukan sesuatu, seperti menggunakan teknologi baru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat ini sangat penting
dalam adopsi teknologi, karena inovasi personal dapat memotivasi seseorang untuk menjadi pionir dalam mencoba teknologi atau layanan baru yang belum banyak
digunakan oleh orang lain. Indikator yang digunakan,
seperti keinginan untuk belajar
dan bereksperimen dengan teknologi,
membantu mengukur tingkat inovatif dari individu
tersebut.
Temuan analisis penelitian menunjukan bahwa
"adanya pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Inovasi Personal
(PI) terhadap niat berperilaku (BI) dengan nilai T-statistic yang diperoleh
adalah 1,381 dan nilai P-values sebesar 0,168."
Nilai T-statistic yang lebih kecil dari batas 1,64 menunjukkan bahwa pengaruh
inovasi personal tidak cukup kuat untuk dianggap signifikan secara statistik.
Nilai P-value yang lebih besar dari 0,10 juga mendukung hal ini, karena
menunjukkan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menolak hipotesis nol.
Temuan hasil ini konsisten dengan
studi yang dilakukan oleh Hafiyyan Fikri Al Kautsar dan Romi Ilham telah
mengindikasikan jika personal innovativeness tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap behavioral intention dalam penggunaan software
akuntansi.
2. Pengaruh Facilitating Condition, Habit, Personal Innovativeness,� Islamic Consumption Behavior dan Behavioral
Intention terhadap Use Behavior.
a.
Pengaruh Facilitating Condition (X1) terhadap Use Behavior (Y2).
Kondisi yang mendukung penggunaan teknologi adalah elemen kunci yang memengaruhi seberapa sering dan seberapa baik teknologi tersebut digunakan. Perilaku
Penggunaan (UB) mencakup
dua aspek utama: pertama, Depth
of use, yang menunjukkan frekuensi penggunaan, dan kedua, Breadth
of use, yang menilai dampak
teknologi dalam hal peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengguna.
Hasil temuan analisis menunjukan bahwa "terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan antara Kondisi yang Memfasilitasi (FC) dan Perilaku Penggunaan (UB) dengan nilai T-statistik sebesar 1,534 dan nilai P-values
sebesar 0,126." Nilai T-statistik
yang lebih rendah dari ambang batas (1,64) menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak cukup kuat
untuk dianggap signifikan, sedangkan nilai P yang lebih besar dari 0,10 menegaskan bahwa hipotesis nol (H0) diterima dan Ha ditolak.
Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Oca Amarta�
Awdes, Firman Surya, dan Zahara. Hasil penelitiannya menujukkan jika tidak ditemukan dampak antara kondisi pendukung terhadap perilaku penggunaan fitur paylaterpada
aplikasi� Shopee� (SPaylater).(Awdes & Surya, 2022) Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Anggita Setyorini dan Wahyu Meiranto
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dianggap sebagai kondisi pendukung tidak
memberikan dampak yang signifikan pada perilaku pengguna dalam menggunakan
sistem SIMDA.(Setyorini & Meiranto, 2021)
Temuan penelitian tidak
didukung oleh model UTAUT yang dilakukan dari Venkatesh, dkk. Penelitian
menyebutkan jika individu percaya bahwa dengan adanya teknologi baru dapat membangun
pola penggunaan sebuah sistem teknologi. Akan tetapi, dalam temuan memiliki
hasil berbeda karena berpengaruh tidak signifikan. Perbedaan dapat disebabkan
oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara generasi sebelumnya dan generasi
milenial. Dimana generasi sebelumnya, teknologi yang ada dibatasi bahkan tidak
tersedia pilihan teknologi lainnya, maka pada generasi ini bisa berfokus pada
suatu teknologi yang ada. Berbeda dengan generasi milenial yang kini dihadapkan
dengan berbagai macam jenis teknologi. Generasi ini memiliki keunggulan dalam menguasai teknologi bervariasi dan cepat
menyesuaikan dengan cara�
kerja pada zamannya. Walaupun sudah terbiasa dihadapkan dengan berbagai
teknologi yang ada, akan tetapi tidak dapat mempengaruhinya secara langsung
untuk mengadopsi penggunaan teknologi dikarenakan banyak nya variasi teknologi
yang harus mereka pelajari.
b.
Pengaruh Habit (X2) terhadap Use Behavior (Y2).
Dalam variabel
ini tolak ukur dari Kebiasaan (habit) berdasarkan seberapa sering seseorang menggunakan teknologi secara rutin,
yang kemudian dapat menciptakan ketergantungan atau keinginan untuk terus menggunakannya.
Dalam teknologi dompet digital, kebiasaan ini dapat berperan dalam memengaruhi
keputusan atau pola penggunaan teknologi tersebut. Artinya semakin sering
seseorang menggunakan dompet digital, semakin besar kemungkinan kebiasaan
tersebut akan memengaruhi perilaku penggunaan mereka di masa depan.
Hasil analisis temuan menunjukan bahwa
"kebiasaan (habit) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku
penggunaan (UB) dengan nilai T-statistik sebesar 1,294 dan nilai P-values sebesar 0,196."
Nilai T-statistik yang lebih rendah dari ambang batas menunjukkan bahwa
pengaruhnya tidak cukup kuat untuk dianggap signifikan, sementara nilai P yang
lebih besar dari 0,10 menunjukkan bahwa hasilnya mendukung penerimaan hipotesis
nol (H0), yang berarti hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Temuan penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadila Andini dan Ifani Hariyanti. Berdasarkan
penelitian, kebiasaan (Habit) pengguna tidak memiliki dampak yang
signifikan dalam mendorong perilaku penggunaan sistem OASIS di STT Bandung
ketika menggunakan model UTAUT 2 (Andini & Hariyanti, 2021).
c.
Personal Innovativeness (X3) terhadap Use Behavior (Y2).
Inovasi Personal (PI) mencerminkan
seberapa besar seorang individu bersedia mengambil risiko terkait dengan adopsi
ide atau teknologi baru. Teori Difusi Inovasi
(IDT) menjelaskan bagaimana informasi dan ide baru menyebar di masyarakat.
Difusi berfungsi sebagai sarana komunikasi yang menghubungkan orang-orang
dengan gagasan-gagasan baru, sementara inovasi dianggap sebagai pendorong
perubahan sosial. Kini seiring dengan kemajuan teknologi, pemahaman tentang
bagaimana inovasi menyebar dan diadopsi oleh individu menjadi semakin relevan.
Hasil temuan anlisis menjelaskan bahwa
"tidak ada hubungan signifikan antara inovasi pribadi (PI) dan perilaku
penggunaan (UB) dengan nilai T-statistik sebesar 1,147 dan nilai P-values sebesar 0,252."
Nilai T-statistik yang lebih rendah dari ambang batas menunjukkan bahwa
pengaruh tersebut tidak cukup kuat untuk dianggap signifikan. Selain itu, nilai
P yang lebih tinggi dari 0,10 mendukung penerimaan hipotesis nol (H0), yang
berarti hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Temuan penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nalis Kristi, Diqy Fakhrun S., dan Dwi
Nurhayati yang menujukkan jika inovasi pribadi tidak mempengaruhi perilaku
penggunaan dalam penggunaan aplikasi Flip.(Kristi et al., 2024)
d.
Pengaruh Islamic Consumption Behavior (X4) terhadap Use Behavior (Y2).
Hasil analisis tabel mengindikasikan bahwa �tidak
ada hubungan yang signifikan antara Perilaku Konsumsi Islam (ICB) terhadap Perilaku Penggunaan (UB) dengan nilai T-statistic sebesar 1,211 dan nilai P-values sebesar 0,226.�
Nilai T-statistik yang lebih rendah dari ambang batas menunjukkan bahwa
pengaruh tersebut tidak cukup kuat untuk dianggap signifikan, sementara nilai P
yang lebih tinggi dari 0,10 mendukung penerimaan hipotesis nol (H0), yang
berarti hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Temuan penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anton Priyo Nugroho, Dhiyaul Aulia Zulni,
dan Yuli Andriansyah. Temuan dari penelitian yang dilaksanakan menyimpulkan bahwa Islamic Consumption Behavior
millennial generation in Yogyakarta do not influence the use behavior of
digital wallets.(Nugroho et al., 2023)
Hasil ini dapat terjadi akibat
minimnya pemahaman mengenai perilaku konsumsi dalam Islam yang dimiliki oleh
mahasiswa yang belum dapat menerapkan sepenuhnya perilaku konsumsi mereka. Pada
akhirnya mereka seperti biasa melakukan transaksi menggunakan dompet digital
tanpa memperhatikan aturan perilaku konsumsi Islam yang ada.��
Teori konsumsi Islam sangat
penting untuk ditanamkan dalam diri setiap orang, ditengah arus globalisasi
yang dimana teknologi selalu mengalami perkembangan dan semakin menjauhi
batasan etika konsumsi Islam sendiri. Semakin banyak nya penggunaan teknologi sehingga
tindakan pengguna akan bertransformasi menjadi berorientasi pada materi dan
pragmatis, akibatnya mengabaikan konsep moralitas.(Echdar & Maryadi, 2019)
e.
Pengaruh Behavioral Intention (X5) terhadap
Use Behavior (Y2).
Konsep Niat Berperilaku (BI) merujuk pada
sejauh mana seseorang memperkirakan kemungkinan pengguna akan melakukan suatu
perilaku tertentu, seperti menggunakan sistem atau teknologi. Terdapat dua
aspek utama dari BI: pertama, intention, yang menunjukkan seberapa besar
keinginan pengguna untuk terus menggunakan sistem yang ada; kedua, continuation,
yang menunjukkan rencana pengguna untuk melanjutkan penggunaan sistem tersebut
di masa depan. Kedua dimensi ini penting untuk memahami motivasi dan komitmen
pengguna terhadap teknologi atau sistem yang mereka gunakan.
Hasil analisis menunjukan bahwa ada �hubungan positif
yang signifikan antara Behavioral Intention (BI) dan Use Behavior (UB) dengan
nilai T-statistik sebesar 2,163 dan nilai P-values
sebesar 0,031.� Nilai T-statistik
yang lebih besar dari ambang batas 1,64 menunjukkan bahwa pengaruh tersebut cukup kuat untuk
dianggap signifikan, dan nilai P yang lebih kecil dari 0,10 mendukung penolakan hipotesis nol (H0), yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Temuan penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dwi Oktavia dan Dedi I. Inan bahwa behavior
intention bagi pengguna memiliki dampak pada use behavior dalam
minat menggunakan E-Dompet LinkAja di Papua Barat (Oktavia & Inan, 2024). Hal ini menyatakan semakin tingginya behavioral intention
seseorang maka dapat mendorong peningkatan
perilaku penggunaan seseorang dalam mempergunakan teknologi dan sistem
informasi untuk aktivitasnya.
Karena ketika pengguna dihadapkan
pada teknologi baru yang belum pernah di gunakan, mereka melewati proses
penilaian. Proses ini menentukan apakah akan menerima atau menolak teknologi
tersebut. Jika pengguna tertarik pada teknologi yang baru, mereka
akan mencari dan mengumpulkan informasi dan ulasan mengenai suatu teknologi
yang baru untuk mengenal lebih lanjut.(Canon et al., 2008) Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa mampu menggunakan dompet digital untuk
cara transaksi dalam kehidupan dikarenakan kemudahan traksaksi yang sudah
mereka rasakan.
KESIMPULAN
Temuan analisis data dan hasil
dalam penelitian menyimpulkan jika kedua variabel, yaitu Social Influence
dan Facilitating Conditions, berpengaruh secara signifikan terhadap Behavioral
Intention, atau niat seseorang untuk melakukan sesuatu. Namun, meskipun Pengaruh Sosial memiliki pengaruh yang signifikan,
koefisien jalurnya menunjukkan nilai negatif. Sedangkan variabel Performance
Expectancy, Effort Expectancy, Habit, Hedonis Motivation, Price Value, dan Personal Innovativeness tidak memliki pengaruh yang signifikan terhadap Behavioral Intention. Walaupun memiliki pengaruh yang tidak signifikan, akan tetapi nilai coefficient
path menunjukkan hubungan yang positif. Behavioral Intention memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Use Behavioral. Sedangkan variabel Facilitating Conditions, Habit, Personal
Innovativeness, dan Islamic Consumption Behavior tidak memliki pengaruh terhadap Use Behavior. Walaupun memiliki pengaruh yang tidak signifikan, akan tetapi nilai coefficient
path menunjukkan hubungan yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Alviandi, L., & Rojuaniah. (2024).
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Perilaku Penggunaan Layanan
Mobile Banking. Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal, 6(6),
3606�3619. https://doi.org/10.47476/reslaj.v6i6.3171
Anandia, F. B., & Aisyah, E. N. (2023). Analysis
Of The Application Of The Utaut2 Model On The Use Of Mobile Banking In Sharia
Banks Analisis Penerapan Model Utaut2 Terhadap Penggunaan Mobile Banking Pada
Bank Syariah. Management Studies and Enterpreneurship Journal, 4(1), 264�275.
Andini,
F., & Hariyanti, I. (2021). PENERAPAN MODEL UTAUT 2 UNTUK MEMAHAMI PERILAKU
PENGGUNAAN OASIS DI SEKOLAH TINGGI. NARATIF, 03(02), 1�10.
Awdes,
O. A., & Surya, F. (2022). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku
Penggunaan Fitur PayLater pada Aplikasi Shopee ( SPaylater ) Dengan Model UTAUT
2. Accounting Information System, Taxes, and Auditing, 1(2), 104�111.
Canon,
J. P., Perreault, W. D., & McCarthy, E. J. (2008). Pemasaran dasar buku
1 : Pendekatan manajerial global, terj. Salemba empat.
Dewi,
W. E., Khouroh, U., & Natsir, M. (2024). The Influence of Technology
Acceptance on E-Commerce Behavior of Sociolla Users is Mediated by Behavioral
Intentions (UTAUT 2 Testing Study). Journal of Economics, Finance and
Management Studies, 7(4), 1780�1798.
Diva,
N., Rembulan, R., & Firmansyah, E. A. (2020). Perilaku Konsumen Muslim Generasi-Z
Dalam Pengadopsian Dompet Digital. Valid Jurnal Ilmiah, 17(2), 111.
Dzakiyyah,
N. (2023). UTAUT Model Analysis on E-Wallet Usage of Vocational School Students
UTAUT Model Analysis on E-Wallet Usage of Vocational School Students LITERATURE
REVIEW AND HYPOTHESES DEVELOPMENT. 11(2), 86�98.
Echdar,
S., & Maryadi. (2019). Business Ethics and Entrepreneurship: Etika Bisnis
dan Kewirausahaan. Deepublish.
Emis.
(2024). Rekapitulasi Data Pendidikan. Kementerian Agama.
Fikri,
H., Kautsar, A., & Ilham, R. (2022). Analisis Niat Perilaku Dalam
Menggunakan Software Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Hayam Wuruk
Perbanas Di Surabaya. AKUNESA, 10(03), 84�100.
Haidar,
P. D. (2004). Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia.
Kencana.
Indonesia,
A. P. J. I. (2022). Profil Internet Indonesia 2022. In Apji.or.Od (Issue June).
Informasi,
J., Yahya, L. M., Purwati, S., Pertiwi, T. P., & Suradi, A. (2023).
Application of EUCS and UTAUT Method to Analyze The Implementation of
Donation-Based Crowdfunding System for Fundraising Mobile Applications. 5(4),
165�170. https://doi.org/10.60083/jidt.v5i4.433
Joe,
H., Hollingsworth, C. L., Randolph, A. B., & Chong, A. Y. L. (2017). An
updated expanded assessment of PLS-SEM in information systems research.
Industrial Management & Data Systems, 117(3), 442�458.
Kristi,
N., Shiddieq, D. F., & Nurhayati, D. (2024). Analisis Penerimaan Aplikasi
Flip Menggunakan Model Unified of Acceptance and Use of Technology 3. MALCOM, 4(2), 685�694.
Kriyantono, R. (2014). Teori-Teori Public Relations
Perspektif Barat & Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik. Kencana.
Maulana, A., & Cahyadi, R. (2022). Evaluasi Penggunaan
Produk Uang Elektronik E-Money OVO Menggunakan Model Utaut 2 (Studi Kasus:
Mahasiswa Kota Medan). Journal Information System Development (ISD), 7(1), 82�90.
Nugroho,
A. P., Indonesia, U. I., Zulni, D. A., Islam, U., Sunan, N., Yogyakarta, K.,
Andriansyah, Y., & Indonesia, U. I. (2023). Exploring the Adoption of
Digital Wallets among Islamic Millennials in Yogyakarta , Indonesia Using an
Extended UTAUT Model : The Role of Islamic EXPLORING THE ADOPTION OF
DIGITAL WALLETS AMONG ISLAMIC MILLENNIALS IN YOGYAKARTA , INDONESIA USING AN
EXTEND. Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 101(14),
5528�5540.
Nursafitri,
A., & Chaidir, T. (2024). Determinants of E-wallet DANA Usage in Generation
Z : Proving the UTAUT-2 Model. 12(04), 6255�6267. https://doi.org/10.18535/ijsrm/v12i04.em01
Oktafani, D., & Sisilia, K. (2020). Analisis
Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology2 (UTAUT2)
Pada Adopsi Penggunaan Dompet Digital Ovo Dayeuh Kolot Bandung (Studi Kasus
Pada Generasi Z Sebagai Pengguna OVO). Jurnal Menara Ekonomi, VI(1), 24�36.
Oktavia, A. D., & Inan, D. I. (2024). Analysis
of Factors Determining E-Wallet Adoption in West Papua : Extended UTAUT 2
and Perceived Risk Analisis Faktor-faktor Penentu Adopsi E-Wallet di Papua
Barat : Extended UTAUT 2 dan Perceived Risk. MALCOM, 4(2), 587�600.
Permana,
I. P. H., Aristana, I. D. G., Wira, I. K., & Prayana, D. (2024). Analyzing
User Acceptance of Balindo Paradiso University Information System Using UTAUT 2
Model. 1(2), 96�109.
Premi,
W. B., & Widyaningrum, W. (2020). Analisis Penerimaan Teknologi Mobile
Banking Terhadap Use Behavior Melalui Pendekatan Model Utaut 2 (Studi Pada
Nasabah KCU BCA Malang). JUrnal Ekonomi Dan Manajemen, 3(2), 140�159.
Pulungan,
Z., Dalimunthe, S. S., Islam, A., Padangsidimpuan, N., & Info, A. (2023).
Sejarah Berdirinya Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. 6(1), 57�67.
https://doi.org/10.24014/au.v6i1.
Rahiem,
H., & Mochtar, E. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia. Logos
Wacana Ilmu.
Rahmawati,
D., & Sari, S. P. (2023). Application of the UTAUT 2 Model in the Use of
Electronic Wallets. International Journal of Latest Research in Humanities and
Social Science (IJLRHSS), 06(03), 7�15.
Romadona Putra, D., Supelti, D., & Yusuf, A. (2022).
Analisis Penerapan Aplikasi Ovo Menggunakan Model Utaut 3 Pada Pengguna. Journal
Of Techonolgy Mathematics And Social Science) e-ISSN, 1(2), 2829�3363.
Rusbianti,
M. A., & Canggih, C. (2023). E-Wallet
dan Perilaku Konsumsi Islam ( Studi Pada Masyarakat Kota Surabaya ). Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 516�524.
Safitri,
D., Sofyan, J. F., Negoro, D. A., & Kusmayadi, A. (2024). Analisis
Behavioral Intention Mobile Banking dengan Model UTAUT2. INNOVATIVE: Journal Of
Social Science Research, 4(3), 571�587.
Saputra,
B. A., Nabilah, F., Illahi, K., Hilman, M., & Suryanto, L. M. (2022).
Pengukuran Penerimaan Teknologi Dompet Digital Dana Pada Masa Pandemi COVID-19
Menggunakan Model UTAUT. vol8(no1), 31�36.
Sebayang,
T. E., Sofyan, M. I., Kuninggar, G. A., & Tri, K. (2022). The Application
of Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 Model to Analyze
Factors Influencing Continuance Intention of Linkaja E-Wallet Adoption in
Indonesia. 6(3), 277�289.
Setyorini,
A., & Meiranto, W. (2021). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH ( SIMDA ) DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL UTAUT 2 ( Studi Empiris pada Pengguna Sistem informasi
Manajemen Daerah ( SIMDA ) di Kota Salatiga ). Diponegoro Journal of
Accounting, 10(1), 1�15.
Teguh,
M. (2014). Metode Kuantitatif untuk Analisis Ekonomi dan Bisnis,. PT. Raja
Grafindo Persada.
Venkatesh,
V., Morris, M. G., Davis, G. B., & Davis, F. D. (2003). User Acceptance of
Information Technology : Toward a Unified View User Acceptance of
Information Technology : Toward a Unified View Published by :
Management Information Systems Research Center , University of Minnesota Stable
URL : https://www.jstor.org/. MIS Quarterly, 27(3), 425�478.
https://doi.org/10.2307/30036540
Wahyu,
Y., & Rikumahu, B. (2022). Analisis Faktor Adopsi E-Wallet Gopay , OVO ,
dan DANA dengan Model UTAUT2 pada Masyarakat Jawa Barat. Jurnal Nominal, 11(1),
70�87.
Watmah,
S., Fauziah, S., & Herlinawati, N. (2020). Identifikasi Faktor Pengaruh
Penggunaan Dompet Digital Menggunakan Metode TAM Dan UTAUT2. Indonesian Journal
on Software Engineering (IJSE), 6(2), 261�269.
https://doi.org/10.31294/ijse.v6i2.8833
Wicaksono, B. A., & Krisnadi, I. (2017). Analisis
Pengembangan Strategi Bisnis Perusahaan Fintech Di Indonesia (Studi Kasus pada
PT. Amartha Mikro Fintek). Nn, 1�9.
Wulandari, C. S. (2023). Dompet Digital Naik Daun,
Membetot Minat Kala Pandemi. BI Institute.