PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO DENGAN METODE FAILURE
MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PROYEK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE
JALAN H.M. ARDAN KUTAI TIMUR
Ridwan Nor Diansyah
Institut Teknologi
Nasional Malang, Malang, Indonesia
Email: [email protected]
Kata
kunci: manajemen risiko, �fmea, manajemen Keywords: manajemen risiko, �fmea, manajemen |
|
ABSTRAK |
|
Risiko merupakan sesuatu yang
sangat melekat dalam setiap kegiatan. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti
memiliki potensi risiko yang terjadi, terutama pada kegiatan konstruksi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa risiko kecelakaan kerja yang
paling dominan terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Pada proses
identifikasi risiko untuk Proyek Pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan
Kutai Timur, potensi kegagalan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan proyek
diidentifikasi melalui survei terhadap 8 responden. Proses identifikasi ini
mencakup semua aspek kegiatan proyek, meliputi divisi umum, divisi drainase,
divisi pekerjaan tanah dan geosintetik, divisi struktur, divisi bekisting,
dan divisi dewatering. Analisis FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
menunjukkan terdapat 15 risiko dominan dengan nilai RPN di atas rata-rata, di
mana 4 risiko memiliki nilai RPN tertinggi yaitu 48. Risk is something
that is very inherent in every activity. Any activity we do must have
potential risks that occur, especially in construction activities. This study
aims to analyze the risk of work accidents that are most dominant. The method
used in this study uses the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) method.
In the risk identification process for the H.M. Ardan East Kutai Street
Drainage Canal Construction Project, potential failures that may occur during
the implementation of the project were identified through a survey of 8
respondents. This identification process includes all aspects of project
activities, including the general division, drainage division, earthworks and
geosynthetics division, structural division, formwork division, and dewatering
division. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) analysis shows that there
are 15 dominant risks with RPN values above average, of which 4 risks have
the highest RPN value of 48. |
|
Ini
adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-SA . This
is an open access article under the CC BY-SA license. |
Risiko merupakan
sesuatu yang sangat melekat dalam setiap kegiatan. Kegiatan apapun yang kita
lakukan pasti memiliki potensi risiko yang terjadi, terutama pada kegiatan
konstruksi. Dalam kegiatan konstruksi risiko tidak dapat dipisahkan dan
merupakan bagian dari seluruh kegiatan. Faktor ketidakpastian inilah yang
menyebabkan timbulnya risiko, sehingga dapat dirasakan oleh pelaksana proyek.
Kecelakaan kerja menurut (Ramli,
2009) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi baik bagi korban
maupun pihak yang bersangkutan. Dengan kata lain tujuan dari pengendalian
risiko kecelakaan kerja adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan diharapkan
zero accident (Devi et al.,
2019).
Setiap kegiatan proyek
konstruksi tentu akan memiliki target penyelesaian pekerjaan dengan tepat
waktu, mutu dan biaya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, akan tetapi
banyak aktivitas proyek konstruksi yang dilaksanakan memiliki beberapa kendala
didalamnya yang dapat memberikan kerugian dan menyebabkan keterlambatan waktu
penyelesaian pekerjaan, salah satu penyebab terganggunya adalah kecelakaan
kerja yang memungkinkan dapat terjadi pada proyek konstruksi (Simanjuntak
et al., 2023).
Namun kenyataannya
dalam dunia konstruksi yang dilakukan hanya pada identifikasi atau analisa
risiko saja. Dimana analisa tersebut bersifat kualitatif dengan menggunakan
metode analisa probability impact matrix.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan identifikasi dan
analisa risiko, dimana analisa ini bersifat kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) (Utami et
al., 2020). FMEA adalah suatu prosedur
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan
(Failure Mode) (Wirawati
& Juniarti, 2020). Suatu mode kegagalan adalah apa
saja yang termasuk dalam kecacatan, kondisi diluar spesifikasi yang ditetapkan,
atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk (Carlson,
2012). Metode FMEA ini digunakan untuk
mengidentifikasi sumber � sumber dan penyebab dari suatu masalah yang terjadi
dari tiap proses pekerjaan (Kurnianto
et al., 2022).
Proyek Pembangunan
Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec. Sangatta Selatan (Multy Years) ini merupakan salah satu proyek kontruksi yang memliki
tingkat risiko dan kecelakaan kerja, hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah
tenaga kerja yang terlibat, adanya penggunaan alat-alat atau mesin canggih yang
cukup memerlukan metode dan keahlian khusus serta memerlukan pengawasan dalam
penggunaannya. Hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan berbagai dampak yang
tidak diinginkan antara lain aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
Terabaikannya penerapan K3 pada proyek konstruksi dapat menyebabkan terjadinya
risiko kecelakaan kerja.
Manajemen keselamatan
kerja merupakan salah bagian dari manajemen yang berfungsi mencegah terjadinya
kecelakaan kerja (Purwanto,
2021). Pencegahan terjadinya kecelakaan
kerja dapat dilakukan dengan cara mengontrol terjadinya kecelakaan kerja yang
mempunyai risiko tinggi baik dalam hal akibatnya, kemungkinan terjadinya, dan
kemudahan pendeteksiannya (Apriyan et
al., 2017). Berbagai metode telah
diperkenalkan sebagai metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
potensi kecelakaan kerja, mengukur tingkat risiko kecelakaan kerja dan
mengevaluasi kecelakaan kerja dan metode Failure
Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode yang paling tepat untuk
memenuhi tujuan seperti yang telah diuraikan di atas (Yoga et
al., 2022).
Oleh karena itu,
penelitian ini berfokus pada metode FMEA untuk mengidentifikasi potensi bahaya
kecelakaan kerja dan mengukur tingkat risikonya. Karena metode FMEA memiliki
kelebihan yaitu : meningkatkan kualitas konstruksi dan keamanan proses
pekerjaan, mengurangi waktu pengembangan sistem dan biaya, mengumpulkan
informasi untuk mengurangi kegagalan masa depan, identifikasi awal dan
penghapusan mode kegagalan, meminimalkan perubahan akhir dan biaya yang
terkait, mengurangi kemungkinan jenis yang sama dari kegagalan, mengurangi
dampak pada profit margin dari perusahaan, meningkatkan hasil produksi,
meningkatkan keuntungan.
Faktor ketidakpastian
dan kecelakaan kerja yang terjadi serta ketidakdisiplinan merupakan beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan yang berdampak
pada penurunan produktifitas tenaga kerja, risiko biaya, waktu, dan kerusakan
pada desaian atau teknologi. (Faradilla,
2018). Dalam FMEA, setiap kemungkinan
kegagalan yang terjadi dikuantifikasi untuk dibuat prioritas penanganan (Nastiti
& Masduqi, 2023). Metode FMEA ini digunakan untuk
mengidentifikasi sumber�sumber dan penyebab dari suatu masalah yang terjadi
pada tiap proses pekerjaan (Kusuma,
2024).
Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisasi potensi risiko kecelakaan
kerja (Rahmanto
& Hamdy, 2022). Berdasarkan latar belakang di
atas, penelitian ini bertujuan menerapkan metode FMEA untuk mengidentifikasi
bahaya kecelakaan kerja pada proyek Pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M.
Ardan Kec. Sangatta Selatan (Multy Years)
dan selanjutnya agar tidak menimbulkan risiko-risiko yang berdampak kurang baik
pada saat konstruksi dan setelah konstruksi untuk menekan dampak yang
ditimbulkan oleh risiko yang terjadi. Penerapan program FMEA ini dilakukan pada
proyek Pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec. Sangatta Selatan (Multy Years).
Berdasarkan latar belakang
masalah, maka digunakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Risiko kecelakaan kerja
tertinggi pada kegiatan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec. Sangatta Selatan
(Multy Years) menggunakan metode FMEA?
2. Bagaimana mitigasi terhadap risiko
kecelakaan kerja pada proyek pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec.
Sangatta Selatan (Multy Years)?
Diharapkan dalam penyusunan
skripsi ini didapatkan beberapa tujuan diantaranya:
1. Menganalisis Risiko kecelakaan
kerja tertinggi pada kegiatan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec. Sangatta
Selatan (Multy Years).
2. Menganalisis mitigasi guna mengurangi
dampak pada proyek pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec. Sangatta
Selatan (Multy Years).
Adapun
manfaat dari penelitian ini meliputi:
1. Dimanfaatkan sebagai salah satu referensi
mengenai penyebab kecelakaan kerja pada pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M.
Ardan Kec. Sangatta Selatan (Multy Years).
2. Mengelola risiko dan
mengidentifikasi resiko yang akan terjadi.
3. Dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan untuk menekan angka kecelakaan pada proyek pembangunan sejenisnya/proyek
kontruksi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa risiko kecelakaan kerja
yang paling dominan terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA).
Identifikasi Mode Kegagalan Pada
Setiap Pekerjaan
Dilakukan melalui studi
literatur, survey, wawancara dilapangan penyebaran kuisioner yang akan masuk
dalam form kuisioner.
Analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Adapun Langkah-langkah
yang diperlukan dalam melakukan FMEA (Analisa Potensi Risiko Dominan) adalah:
1. Melakukan pemerikasaan terhadap
masing � masing item pekerjaan yang memiliki resiko konstruksi paling
berpotensi. Pemeriksaan item pekerjaan yang memiliki resiko konstruksi bersama
dengan Safety Health and Environmet.
2. Membuat potensi dampak kegagalan
yang memiliki resiko dari tiap item pekerjaan. Setelah diketahui mode kegagalan
dari tiap - tiap item pekerjaan dilanjutkan menentukan effect (dampak) dari
mode kegagalan pada tiap item pekerjaan. Untuk menentukan effect peneliti
mengambil hasil dari form kuisioner / skala risiko.
3. Hasil kuesioner dinilai tingkat
keparahan (Severity) dari dampak kegagalan pada tiap item pekerjaan.
Selanjutnya menentukan severity (tingkat keparahan), ditentukan berdasarkan
tabel skala keparahan menurut Carlson (2010) dikutip dari Gita (2015).
4. Menilai tingkat probability
kejadian (Occurance) dari potensi
penyebab suatu kegagalan di tiap item pekerjaan. Pada tingkat probabilty
kejadian (occurance), ditentukan
berdasarkan tabel skala keparahan menurut Carlson (2010) dikutip dari Gita
(2015).
5. Menilai tingkat probability
kejadian (Occurance) dari potensi
penyebab suatu kegagalan di tiap item pekerjaan. Pada tingkat probabilty
kejadian (occurance), ditentukan
berdasarkan tabel skala keparahan menurut Carlson (2010) dikutip dari Gita
(2015). Untuk menentukan skala kejadian (occurance) peneliti mengambil hasil
dari form kuisioner.
6. Menilai tingkat skala deteksi (Detection) berdasarkan daftar kontrol
desain di tiap item pekerjaan. Pada tingkat skala deteksi ditentukan
berdasarkan tabel skala deteksi Carlson (2010) dikutip dari Gita (2015). Untuk
menentukan skala deteksi peneliti mengambil hasil dari form kuisioner
7. Menghitung tingkat prioritas atau
biasa disebut Risk Priority Number (RPN)
perhitungan didapat dari hasil perkalian severity,
detection, dan occurance, dari nilai RPN yang tertinggi didapatkan failure mode tertinggi pada item
pekerjaan yang telah ditentukan. Tidak semua resiko diambil semuanya
berdasarkan penelitian terdahulu (Wibisana,
2016) diambil nilai RPN terbesar untuk
menentukan jenis resiko yang paling dominan per item pekerjaan kemudian
dimasukkan dalam metode domino untuk diketahui sebab dan akibatnya.
Identifikasi Penyebab Risiko
Kecelakaan Kerja
Peneliti menggunakan
metode domino untuk mengidentifikasi penyebab risiko kecelakaan kerja, berikut
langkah pada metode Domino:
1. Mengidentifikasi potensi resiko
yang terjadi dalam proyek pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec.
Sangatta Selatan(MultyYears) berdasarkan hasil dari nilai RPN tertinggi.
2. Setelah mengidentifikasi
permasalahan yang menyebabkan kegagalan diambil dari nilai RPN yang tertinggi.
Apa saja resiko yang mungkin terjadi mendatangkan dampak yang sangat
berpengaruh pada kelancaran proyek. Metode dalam melakukan identifikasi resiko
digunakan dengan menggunakan diagram domino atau teori heinrich (Wibisana,
2016).
3. Setelah diketahui risiko-risiko
yang akan dihadapi, maka membuat kriteria penilaian terhadap resiko � resiko
tersebut, berdasarkan tingkat keparahanya. Selain itu penilaian juga didasarkan
pada tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan atau keadaan bahaya. Penilaian
identifikasi dilakukan dengan wawancara dan identifikasi terkait resiko dari
proyek pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kec. Sangatta Selatan (MultyYears), besaran hanya sebatas
identifikasi saja bukan besaran dalam bentuk nominal.
4. Setelah diketahui seberapa besar
tingkat resiko pekerjaan, maka direncanakan usaha penangananya. Dari risiko
yang sudah dilakukan penanganan/tindakan preventif, nilai tingkat resiko yang
dihadapi harus berkurang. Diharapkan untuk menghasilkan nilai tingkat resiko
yang rendah (low).
5. Dari proses diatas, dibuat bentuk
tabel untuk mengelompokkan penyebab paling dominan dengan metode DOMINO.
Diagram Alur Penelitian
Pada proses
identifikasi risiko untuk Proyek Pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan
Kutai Timur, potensi kegagalan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan proyek
diidentifikasi melalui survei terhadap 8 responden. Proses identifikasi ini
mencakup semua aspek kegiatan proyek, meliputi divisi umum, divisi drainase,
divisi pekerjaan tanah dan geosintetik, divisi struktur, divisi bekisting, dan
divisi dewatering.
Analisis terhadap data
kuesioner survei menghasilkan daftar variabel risiko yang relevan dan
berpotensi terjadi dalam konteks aktivitas lapangan. Didapatkan variabel risiko
kecelakaan kerja yaitu 40 risiko.
Penentuan Risk Priority Number (RPN) dalam tabel
FMEA dilakukan untuk mengidentifikasi proses-proses dengan risiko dominan.
Penilaian ini menggunakan pedoman pemberian nilai yang telah ditetapkan, di
mana nilai indeks severity (S), occurrence (O), dan detection (D) dikalikan untuk mendapatkan nilai RPN setiap proses.
Hasil analisis menampilkan nilai RPN yang diurutkan dari terbesar hingga
terkecil, mencerminkan potensi risiko dari setiap langkah proses. Semakin
tinggi nilai RPN suatu faktor risiko, semakin besar pula potensi dampak
negatifnya terhadap pelaksanaan proyek.
Berikut adalah tabel
yang menunjukkan hasil penilaian RPN untuk semua risiko yang telah
diidentifikasi, berdasarkan tiga tingkat skala penilaian:
Tabel 1. Penilaian RPN
Kode |
Keparahan (S) |
Kejadian (O) |
Deteksi (D) |
RPN |
R01 |
3 |
4 |
4 |
48 |
R03 |
4 |
4 |
3 |
48 |
R34 |
3 |
4 |
4 |
48 |
R36 |
3 |
4 |
4 |
48 |
R10 |
5 |
3 |
3 |
45 |
R07 |
3 |
3 |
4 |
36 |
R09 |
4 |
3 |
3 |
36 |
R12 |
3 |
4 |
3 |
36 |
R23 |
3 |
4 |
3 |
36 |
R33 |
3 |
4 |
3 |
36 |
R35 |
4 |
3 |
3 |
36 |
R38 |
3 |
3 |
4 |
36 |
R37 |
4 |
2 |
4 |
32 |
R15 |
3 |
3 |
3 |
27 |
R39 |
3 |
3 |
3 |
27 |
R05 |
3 |
4 |
2 |
24 |
R06 |
4 |
2 |
3 |
24 |
R20 |
4 |
3 |
2 |
24 |
R21 |
4 |
2 |
3 |
24 |
R22 |
3 |
2 |
4 |
24 |
R24 |
2 |
4 |
3 |
24 |
R27 |
2 |
3 |
4 |
24 |
R29 |
3 |
2 |
4 |
24 |
R02 |
3 |
2 |
3 |
18 |
Tabel 2. Penilaian RPN (lanjutan)
Kode |
Keparahan (S) |
Kejadian (O) |
Deteksi (D) |
RPN |
R19 |
3 |
2 |
3 |
18 |
R25 |
3 |
3 |
2 |
18 |
R26 |
2 |
3 |
3 |
18 |
R31 |
2 |
3 |
3 |
18 |
R32 |
2 |
3 |
3 |
18 |
R40 |
3 |
2 |
3 |
18 |
R11 |
4 |
2 |
2 |
16 |
R14 |
4 |
1 |
4 |
16 |
R08 |
3 |
2 |
2 |
12 |
R18 |
3 |
2 |
2 |
12 |
R28 |
2 |
3 |
2 |
12 |
R30 |
2 |
2 |
3 |
12 |
R16 |
3 |
1 |
3 |
9 |
R17 |
2 |
2 |
2 |
8 |
R13 |
2 |
1 |
3 |
6 |
Setelah penghitungan
nilai Risk Priority Number (RPN),
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang dominan. Proses
ini dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata RPN dari seluruh variabel
risiko, yang dalam kasus ini bernilai 25. Risiko dianggap dominan jika nilai
RPN-nya melebihi nilai rata-rata tersebut. Sebaliknya, risiko dengan nilai RPN
sama dengan atau di bawah rata-rata dianggap memiliki tingkat keamanan yang
lebih tinggi. Visualisasi grafis dari risiko-risiko dominan disajikan dalam
gambar di bawah ini:
Gambar 4.1 Grafik Nilai RPN
Grafik tersebut
menampilkan perbandingan antara nilai RPN yang berada di atas dan di bawah
nilai rata-rata. Dari analisis ini, teridentifikasi 15 variabel risiko yang
memiliki nilai RPN di atas rata-rata. Risiko-risiko ini diidentifikasi dengan
kode R01, R03, R07, R09, R10, R12, R15, R23, R33, R34, R35, R36, R37, R38, dan
R39. Rincian lebih lanjut mengenai risiko-risiko dominan ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3. Risiko Dominan
Item Pekerjaan |
Risiko |
Nilai RPN |
Kode |
Divisi
Umum |
Tertimpa
alat berat dan material saat
bongkar muat |
48 |
R01 |
Kelelahan��������������� akibat������������� jadwal mobilisasi
yang terlalu padat |
48 |
R03 |
|
Pekerjaan
Bekisting |
Pekerja
terjatuh saat pemasangan bekisting |
48 |
R34 |
Tangan������ pekerja������ tertusuk������ paku, kayu/terkena
palu |
48 |
R36 |
|
Divisi
Drainase |
Gangguan
pernapasan akibat debu dan
tanah |
45 |
R10 |
Terluka������� oleh������ mesin������ pengaduk mortar |
36 |
R07 |
|
Terluka
pada saat menyusun batu gunung |
36 |
R09 |
|
Divisi�������� Pekerjaan Tanah����������������������� & Geosintetik |
Pekerja�������� terjatuh/terperosok����������� ke lubang galian tanah |
36 |
R12 |
Divisi
Struktur |
Terjepit
alat pemotong besi/baja tulangan |
36 |
R23 |
Pekerjaan
Bekisting |
Kepala pekerja
terbentur bekisting |
36 |
R33 |
Material�������� bekisting�������� jatuh������ dari ketinggian
mengenai pekerja |
36 |
R35 |
|
Pekerjaan
Dewatering |
Cedera
akibat tekanan air yang tinggi
saat pembuangan |
36 |
R38 |
Tersengat
listrik saat menangani peralatan
dalam kondisi basah |
32 |
R37 |
Tabel
4. Risiko Dominan
(lanjutan)
Item Pekerjaan |
Risiko |
Nilai RPN |
Kode |
Divisi�������� Pekerjaan Tanah����������������������� & Geosintetik |
Gangguan������������ kesehatan����������� akibat kondisi secara umum |
27 |
R15 |
Pekerjaan Dewatering |
Cedera
akibat pengoperasian alat bor |
27 |
R39 |
Berdasarkan
15 risiko yang dominan terjadi, terdapat 4 risiko dengan nilai RPN tertinggi
yaitu 48 pada risiko kejadian �Tertimpa alat berat dan material saat bongkar
muat� (R01), �Kelelahan akibat jadwal mobilisasi yang terlalu padat� (R03),
�Pekerja terjatuh saat pemasangan bekisting� (R34), �Tangan pekerja tertusuk
paku, kayu/terkena palu� (R36).
Teori
Domino, awalnya dikembangkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931 dan kemudian
diperbarui oleh Frank E. Bird (dikutip dari Handika (2015), merupakan model konseptual yang
menjelaskan rangkaian peristiwa yang mengarah pada kecelakaan kerja. Teori ini
menganalogikan terjadinya kecelakaan dengan efek domino yang berjatuhan, yaitu
suatu peristiwa memicu peristiwa berikutnya dalam suatu rangkaian yang saling
terkait.
Berdasarkan
teori ini, peneliti menganalisis 4 risiko dominan yang telah diidentifikasi
dalam proyek Pembangunan Saluran Drainase Jalan H.M. Ardan Kutai Timur, dengan
nilai RPN tertinggi yaitu 48. Analisis ini akan membantu mengidentifikasi
titik-titik kritis di mana intervensi dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
Tabel
5. Analisis
Domino
No. |
Risiko Dominan |
Analisis Metode
Domino |
||||
Lack Of Control |
Basic Cause |
Immediate Cause |
Incident |
Loss |
||
1. |
Tertimpa |
Kurangnya |
Pelatihan |
Penempatan |
Pekerja |
Cedera |
|
alat��������� berat |
prosedur |
yang tidak |
material |
tertimpa |
serius; |
|
dan
material |
keselamatan |
memadai; |
yang������ tidak |
alat
berat |
Kematia |
|
saat
bongkar |
yang
ketat |
Tekanan |
aman; |
atau |
n; |
|
muat
(R01) |
|
waktu |
Kurangnya |
material |
Kerusak |
|
|
|
|
komunikasi |
|
an alat |
2. |
Kelelahan |
Sistem |
Kurangnya |
Jadwal |
Kelelahan |
Kecelak |
|
akibat |
manajemen |
pelatihan |
mobilisasi |
fisik������ dan |
aan |
|
jadwal |
keselamatan |
tentang |
yang
terlalu |
mental |
kerja |
|
mobilisasi |
& |
manajeme |
padat; |
pada |
atau lalu |
|
yang
terlalu |
pengawasan |
n |
Waktu |
pekerja; |
lintas; |
|
padat
(R03) |
yang
lemah |
kelelahan; |
istirahat |
Penuruna |
Penurun |
|
|
|
Tekanan |
yang������ tidak |
n
tingkat |
an |
|
|
|
untuk |
memadai |
kewaspad |
produkti |
|
|
|
menyelesai |
antara |
aan������ dan |
vitas |
|
|
|
kan proyek |
perjalanan |
konsentra |
dan |
|
|
|
lebih cepat |
|
si |
kualitas |
|
|
|
|
|
|
kerja |
3. |
Pekerja |
Kurangnya |
Desain |
Tidak |
Pekerja |
Cedera |
|
terjatuh
saat |
sistem |
tempat |
menggunak |
jatuh
dari |
serius; |
|
pemasangan |
perlindungan |
kerja yang |
an�������������� alat |
area
yang |
Kehilan |
|
bekisting |
jatuh |
buruk |
pengaman; |
lebih |
gan |
|
(R34) |
|
|
Permukaan |
tinggi |
waktu |
|
|
|
|
kerja������ yang |
|
kerja |
|
|
|
|
licin |
|
|
4. |
Tangan |
Kurangnya |
Peralatan |
Posisi |
Tangan |
Luka; |
|
pekerja |
standar
kerja |
yang tidak |
tangan
yang |
pekerja |
Infeksi; |
|
tertusuk |
yang
aman |
ergonomis; |
tidak
aman; |
terluka |
Kehilan |
|
paku, |
|
Tekanan |
Tidak |
|
gan |
|
kayu/terkena |
|
untuk |
menggunak |
|
waktu |
|
palu
(R36) |
|
bekerja |
an������� sarung |
|
kerja |
|
|
|
cepat |
tangan |
|
|
Berdasarkan teori
domino ini, peneliti dapat melihat bahwa pencegahan kecelakaan dapat dilakukan
dengan memutus rantai peristiwa di setiap tahap, terutama pada tahap awal
seperti meningkatkan kontrol dan mengatasi penyebab dasarnya. Berikut ini
analisis lanjutan pada masing-masing tahap dalam teori domino:
1.
Lack of Control (Kurangnya Pengendalian):
Semua
risiko menunjukkan adanya kekurangan dalam sistem manajemen keselamatan,
seperti prosedur yang tidak memadai, kurangnya pengawasan, atau sistem
perlindungan yang tidak efektif.
2.
Basic Causes (Penyebab Dasar):
a) Faktor personal: Kurangnya
pelatihan, kelelahan, dan kurangnya kesadaran akan bahaya.
b) Faktor pekerjaan: Desain tempat
kerja yang buruk, peralatan tidak ergonomis, dan tekanan waktu.
3.
Immediate Causes (Penyebab Langsung):
a) Kondisi tidak aman: Penempatan
material yang tidak aman, permukaan kerja yang licin.
b) Tindakan tidak aman: Tidak
menggunakan APD, penanganan material yang ceroboh.
4.
Incident (Kejadian):
Semua
risiko berpotensi menyebabkan kecelakaan serius seperti tertimpa benda berat,
terjatuh, atau terluka oleh benda tajam.
5.
Loss (Kerugian):
Kerugian potensial meliputi cedera
serius, kematian, kehilangan waktu kerja, dan kerusakan peralatan.
Setelah melakukan analisis domino
di atas, peneliti menyusun beberapa mitigasi resiko yang dapat dilakukan,
sebagai berikut:
Tabel 6. Respon Risiko Metode Domino
No. |
Risiko Dominan |
Respon Risiko |
|||
Lack Of Control |
Basic Cause |
Immediate Cause |
|||
1. |
Tertimpa |
Implementasikan |
Memberikan |
Memasang
rambu- |
|
|
alat��������� berat |
sistem |
pelatihan |
rambu����� peringatan |
|
|
dan material |
manajemen |
komprehensif |
di����� area����� bongkar |
|
|
saat bongkar |
keselamatan |
tentang
prosedur |
muat |
|
|
muat (R01) |
khusus����������� untuk |
bongkar���������� muat |
|
|
|
|
operasi bongkar |
yang
aman |
|
|
|
|
muat |
|
|
|
|
|
Menunjuk |
Memperbaiki |
Mewajibkan |
|
|
|
supervisor |
desain��������������� area |
penggunaan
APD |
|
|
|
keselamatan |
bongkar���������� muat |
lengkap����������� selama |
|
|
|
khusus����������� untuk |
untuk |
proses����������� bongkar |
|
|
|
mengawasi |
memastikan |
muat |
|
|
|
proses������� bongkar |
ruang
kerja yang |
|
|
|
|
muat |
memadai |
|
|
2. |
Kelelahan |
Implementasi |
Mengadakan |
Optimalisasi |
|
|
akibat |
sistem |
pelatihan��������� rutin |
jadwal������ mobilisasi |
|
|
jadwal |
manajemen |
tentang |
dengan |
|
|
mobilisasi |
keselamatan |
manajemen |
mempertimbangka |
|
|
yang terlalu |
yang |
kelelahan
untuk |
n
jarak dan waktu |
|
|
padat (R03) |
komprehensif |
semua
karyawan |
istirahat |
|
|
|
Penerapan sistem |
Menyusun |
Menetapkan |
|
|
|
pengawasan |
jadwal�������� proyek |
standar������ minimum |
|
|
|
jadwal kerja dan |
yang���������� realistis |
waktu����������� istirahat |
|
|
|
istirahat����������� yang |
dengan |
antara
perjalanan |
|
|
|
ketat |
mempertimbang |
|
|
|
|
|
kan
keselamatan |
|
|
|
|
|
pekerja |
|
|
3. |
Pekerja |
Mengembangkan |
Memberikan |
Memasang
sistem |
|
|
terjatuh saat |
sistem |
pelatihan |
perlindungan
jatuh |
|
|
pemasangan |
manajemen |
intensif������� tentang |
yang����������� memadai |
|
|
bekisting |
risiko jatuh yang |
bekerja������������������ di |
(pagar
pengaman, |
|
|
(R34) |
komprehensif |
ketinggian |
jaring
pengaman) |
|
|
|
Menerapkan |
Memperbaiki |
Mewajibkan |
|
|
|
sistem izin kerja |
desain
area kerja |
penggunaan |
tali |
|
|
untuk pekerjaan |
di���������� ketinggian |
pengaman |
saat |
|
|
di ketinggian |
untuk |
bekerja |
di |
|
|
|
meningkatkan |
ketinggian |
|
|
|
|
keamanan |
|
|
Tabel 7. Respon Risiko Metode Domino (lanjutan)
No. |
Risiko Dominan |
Respon Risiko |
||
Lack Of Control |
Basic Cause |
Immediate Cause |
||
4. |
Tangan |
Mengembangkan |
Memberikan |
Mewajibkan |
|
pekerja |
prosedur���������� kerja |
pelatihan |
penggunaan |
|
tertusuk |
aman������������� untuk |
tentang��������� teknik |
sarung�������������� tangan |
|
paku, |
penggunaan alat |
penggunaan
alat |
yang
sesuai� untuk |
|
kayu/terken |
tangan |
tangan������������� yang |
pekerjaan������ dengan |
|
a palu (R36) |
|
aman |
risiko
tertusuk |
|
|
Melakukan |
Menyediakan |
Mengimplementas |
|
|
inspeksi������������ rutin |
alat-alat
dengan |
ikan������ penggunaan |
|
|
terhadap kondisi |
desain |
alat
bantu seperti |
|
|
alat-alat tangan |
ergonomis
untuk |
pemegang����������� paku |
|
|
|
mengurangi |
magnetik |
|
|
|
risiko
cedera |
|
Analisis tambahan
menggunakan teori domino terhadap hasil penelitian ini menyoroti beberapa aspek
penting dalam manajemen keselamatan kerja. Teori ini menekankan interaksi antar
elemen, di mana setiap tahap dalam rantai kejadian saling terkait erat.
Berdasarkan data yang disajikan, terlihat jelas bahwa kekurangan pada tahap
awal, seperti kurangnya kontrol manajemen, memiliki efek berantai yang berujung
pada terjadinya kecelakaan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi paling efektif
dapat dilakukan pada tahap-tahap awal, terutama dalam hal pengendalian
manajemen dan penanganan penyebab dasar.
Analisis ini juga
mengungkapkan adanya pola umum di semua risiko dominan, yaitu kurangnya kontrol
manajemen, pelatihan yang tidak memadai, dan ketidakpatuhan terhadap prosedur
keselamatan. Pola ini menggambarkan area fokus utama yang perlu diperbaiki dalam
sistem keselamatan secara keseluruhan. Teori domino juga menjelaskan bagaimana
efek kumulatif dari berbagai faktor dapat menyebabkan kecelakaan. Pada konteks
penelitian ini, kombinasi faktor seperti kurangnya pengawasan, kelelahan
pekerja, dan tidak digunakannya alat pelindung diri secara bersama-sama
meningkatkan risiko kecelakaan secara signifikan.
Respon risiko yang
diusulkan dalam penelitian mencerminkan pendekatan pencegahan berlapis, sesuai
dengan prinsip teori domino. Misalnya, untuk risiko terjatuh, tindakan
pencegahan meliputi pelatihan, sistem perlindungan fisik, dan penggunaan alat
pelindung diri, yang masing-masing bertindak sebagai penghalang terhadap
terjadinya kecelakaan. Analisis domino juga membantu mengidentifikasi akar
masalah yang mendasari, yang dalam kasus ini banyak berakar pada kurangnya
sistem manajemen keselamatan yang efektif. Mengatasi masalah ini dapat memiliki
dampak positif yang luas pada keseluruhan keselamatan proyek.
Terakhir, teori ini
menekankan pentingnya faktor manusia dalam keselamatan kerja. Respon risiko
yang diusulkan, seperti pelatihan dan peningkatan kesadaran, menunjukkan
pengakuan akan peran penting faktor manusia dalam mencegah kecelakaan. Analisis
tambahan ini memperkuat pentingnya pendekatan sistematis dan menyeluruh dalam
manajemen keselamatan kerja, sesuai dengan prinsip-prinsip teori domino.
Memahami dan mengatasi setiap elemen dalam rantai kejadian, risiko kecelakaan
dapat dikurangi secara signifikan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman
dan produktif.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada Proyek Pembangunan Saluran
Drainase Jalan H.M. Ardan Kutai Timur telah diidentifikasi 40 variabel risiko
yang relevan. Analisis FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) menunjukkan
terdapat 15 risiko dominan dengan nilai RPN di atas rata-rata, di mana 4 risiko
memiliki nilai RPN tertinggi yaitu 48. Risiko-risiko tersebut meliputi potensi
tertimpa alat berat dan material saat bongkar muat pada Divisi Umum, kelelahan
akibat jadwal mobilisasi yang padat pada Divisi Umum, pekerja terjatuh saat
pemasangan bekisting pada pekerjaan bekisting, serta risiko tangan pekerja
tertusuk paku, kayu, atau terkena palu pada pekerjaan bekisting. Selain itu,
analisis menggunakan Teori Domino mengindikasikan bahwa kecelakaan kerja di
proyek ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang saling terkait, mulai dari
kurangnya pengendalian manajemen hingga tindakan tidak aman di lapangan.
Rekomendasi pencegahan yang dihasilkan dari analisis ini mencakup penguatan
sistem manajemen keselamatan melalui prosedur khusus dan peningkatan
pengawasan, peningkatan kompetensi serta kesadaran pekerja melalui program
pelatihan intensif, penyediaan lingkungan kerja yang aman melalui alat
pelindung diri dan sistem perlindungan yang tepat, penerapan pendekatan
holistik dalam manajemen risiko untuk memutus rantai potensi kecelakaan, serta
pembangunan budaya keselamatan berkelanjutan di seluruh level organisasi
proyek.
Apriyan,
J., Setiawan, H., & Ervianto, W. I. (2017). Analisis Risiko Kecelakaan
Kerja Pada Proyek Bangunan Gedung Dengan Metode Fmea. Jurnal Muara Sains,
Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 1(1), 115�123.
Carlson, C. S. (2012). Effective
Fmeas: Achieving Safe, Reliable, And Economical Products And Processes Using
Failure Mode And Effects Analysis (Vol. 1). John Wiley & Sons.
Devi, M. R., Ismail, A., &
Walujodjati, E. (2019). Identifikasi Faktor Risiko Kecelakaan Kerja Menuju Zero
Accident Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu Phase Ii. Jurnal
Konstruksi, 16(2), 1�8.
Faradilla, F. (2018). Optimasi
Waktu Dan Biaya Proyek Dengan Menggunakan Critical Path Method Pada Proyek
Pembangunan Gedung Kampus Aknela Kabupaten Lamongan. Universitas 17 Agustus
1945.
Kurnianto, M. F., Kusnadi, K.,
& Azizah, F. N. (2022). Usulan Perbaikan Risiko Kecelakaan Kerja Dengan
Metode Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Dan Fishbone Diagram.
Selaparang: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6(1), 18�23.
Kusuma, P. L. (2024). Analisis
Pengendalian Risiko Kegagalan Proses Pada Pekerjaan Rig Dengan Metode Failure
Modes And Effects Analysis (Fmea) Dan Fault Tree Analysis (Fta) Pt. Xyz.
Universitas Islam Indonesia.
Nastiti, A., & Masduqi, A.
(2023). Pengurangan Risiko Kegagalan Kualitas Produksi Air Minum Pdam Tirta
Dhaha Kota Kediri Menggunakan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea). Jurnal
Teknik Its, 12(1), B36�B41.
Purwanto, A. (2021). Peningkatan
Keselamatan Kerja Melalui Pelatihan Iso 45001: 2018 Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Industri Manufaktur Di Tangerang
(Improving Work Safety Through Iso Training 45001: 2018 Safety And Health
Management System Work In The . Journal Of Community Service And Engagement,
1(02).
Rahmanto, I., & Hamdy, M. I.
(2022). Analisa Resiko Kecelakaan Kerja Karyawan Menggunakan Metode Hazard And
Operability (Hazop) Di Pt Pjb Services Pltu Tembilahan. Jurnal Teknologi Dan
Manajemen Industri Terapan, 1(2), 53�60.
Ramli, S. (2009). Manajemen Risiko
Dalam Perspektif K3. Jakarta: Dian Rakyat.
Simanjuntak, M. R. A., Manurung, I.
D. E. H., St, M. T., Mm, M. H., Ir Oloan Sitohang, M. T., Naibaho, I. P. R.,
Arman Faslih, S. T., Ir Sarjono Puro, M. T., Ir Sitti Wardiningsih, Ms., &
Ir Suripto, Ms. (2023). Manajemen Proyek Konstruksi. Cendikia Mulia Mandiri.
Utami, A. S., Fahmy, R., &
Putri, Z. M. (2020). Peran Metode Failure Mode And Effect Analysis (Fmea)
Terhadap Mutu Pelayanan Rumah Sakit: Systematik Review. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(3), 932�936.
Wibisana, D. A. (2016). Analisa
Risiko Kecelakaan Kerja Proyek Bendungan Tugu Kabupaten Trenggalek Menggunakan
Metode Fmea (Failure Mode And Effect Analysis) Dan Metode Domino. Tugas Akhir.
Wirawati, S. M., & Juniarti, A.
D. (2020). Pengendalian Kualitas Produk Benang Carded Untuk Mengurangi Cacat
Dengan Menggunakan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea). Jurnal Intent:
Jurnal Industri Dan Teknologi Terpadu, 3(2), 90�98.
Yoga, I. K., Santiana, I., &
Yuni, N. K. S. E. (2022). Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek
Pembangunan Mall Living World Denpasar Dengan Metode Failure Mode Effect
Analysis (Fmea). Repositori Politeknik Negeri Bali.