How to cite:
S., Muh. Hamiruddin (2022). Kisah Nabi Yusuf AS. sebagai metode pendidikan. Action Research
Literate, 6(2).
https://doi.org/arl.v6i2.122
E-ISSN:
2721-2769
Published by:
Ridwan Institute
Action Research Literate
Vol. 6 No. 2, Juli 2022
p-ISSN : 2613-9898 e-ISSN : 2808-6988
Sosial Pendidikan
KISAH NABI YUSUF AS. SEBAGAI METODE PENDIDIKAN
Muh. Hamiruddin S.
Magister Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email: hamir31@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
1 Juli 2022
Direvisi
10 Juli 2022
Disetujui
20 Juli 2022
Kisah Nabi Yusuf AS. dipilih sebagai objek artikel ini karena pada kisah ini
tergambar secara jelas dan runtut mengenai kronologi kisahnya, dan banyak
pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Yusuf. Tulisan ini terfokus pada
konspirai kisah Nabi Yusuf as. karena di dalam kisah Nabi Yusuf as. terdapat
banyak konflik dan ada beberapa konspirasi di dalamnya. Hal ini yang membuat
penulis tertarik untuk menganalisis agar mendapat pelajaran dan mengetahui
hikmah apa saja yang terkandung di dalamnya, dengan demikian penulis
berharap masyarakat mendapatkan manfaat dari tulisan artikel ini karena
banyaknya konflik yang harus dihadapi baik konflik intern maupun ekstern.
Artikel ini akan menjawab beberapa permasalahan yang timbul dari tema yang
diangkat, di antaranya ayat mana saja dalam kisah Nabi Yusuf yang di
dalamnya terdapat unsur pendidikan serta pelajaran apa saja yang dapat diambil
dari kisah Nabi Yusuf AS. yang terkait dengan pendidikan.
ABSTRACT
The story of the Prophet Yusuf AS. was chosen as the object of the article
(Paper) because this story is clearly and in sequence the chronology of the
story, and many lessons can be taken from the story of the Prophet Yusuf AS.
This paper focuses on the story of the Prophet Yusuf AS. for in the story of the
Prophet Yusuf AS. there are many conflicts and there are some conspiracies in
them. This is what makes the author interested in analyzing in order to get a
lesson and know what wisdom is contained in it, thus the author hopes that the
public will benefit from this artcle writing because of the many conflicts that
must be faced both internal and external conflicts. This article will answer some
of the problems arising from the themes related to this theme including: first,
which verses in the story of the prophet Yusuf AS. have educational elements
and what lessons can be taken from the story of the Prophet Yusuf AS. related
to education.
Kata Kunci:
Kisah Nabi, Nabi
Yusuf AS, Metode
Pendidikan
Keyword: Story of
Prophets, Prophet
Yusuf AS, Learning
Method
Pendahuluan
Direktorat Kemahasiswaan Pembelajaran
(2014) Pada dasarnya setiap satuan pendidikan
memiliki sistem untuk mengha silkan lulusan
yang berkualitas. Sistem pendidikan tinggi di
Indonesia memiliki empat tahapan pokok, yaitu
(1) Input; (2) Proses; (3) Output; dan (4)
Outcomes. Pendidikan dan pengajaran adalah
suatu usaha sadar yang system matik untuk
mencapai tujuan terhadap perilaku peserta didik
dalam melakukan perubahan- perubahan untuk
menuju kedewasaan. Adapun proses yang
dimaksud tersebut adalah proses pembelajaran,
hal ini dinyatakan dalam undang- undungan No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajran yang konduktif agar peserta
Muh. Hamiruddin S.
6 Action Research Literate, Vol. 6 No. 2, Juli 2022
didik secara aktif dapat menumbuh kembangkan
potensi yang ada pada dirinya untuk dapat
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Dalam proses belajar mengajar tidak lepas
dari tiga komponen utama yaitu : guru, siswa,
dan bahan ajar. Unsur utama adalah siswa,
kebutuhan sebagai sumber, serta situasi belajar
yang memberikan kemungkinan kegiatan
belajar.Meskipun demikian guru- guru
merupakan factor yang cukup menetukan, seperti
melakukan pengembangan bahan ajar serta
perangkat lainnya. model pembelajarn kooperatif
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok- kelompok tertentu
yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. (Hidayah, 2022)
Diperkuat lagi oleh Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara
etimologis (lughowi) akhlak (dalam Bahasa
Arab) adalah bentuk jamak dari kata- khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. (Nia, 2014)
Lain halnya menurut Rahmat dan Abdillah
(2019) pendidikan lebih mengacu pada
kebutuhan manusia, untuk menyiapkan SDM
bagi pembangunan bangsa dan Negara. Oleh
sebab itu, kegiatan mendidik dan menyiapkan
generasi muda bukan tugas dan peran gampang.
Proses ini membutuhkan kesadaran, kesiapan,
kesabaran, keuletan, keberanian dan istiqamah.
Proses ini pula tidak dapat dikerjakan oleh orang
per orang atau satu instansi saja, misalkan
sekolah. Akan tetapi, membutuhkan kerja sama
secara komprehensif dan menyeluruh. Keluarga,
sekolah, masyarakat, pemerintah, dan media
perlu bahu membahu bekerja sama secara
kompak untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Berbicara tentang pendidikan anak, dalam islam
anak adalah titipan Allah yang harus dijaga dan
dididik dengan baik. (Fajarwati, 2014)
Untuk itu dalam membentuk generasi
emas, diperbaiki terlebih dahulu metode
pendidikannya. Dapat dilihat dari kurikulum
serta aspek pengajarannya. Metode islam adalah
metode terbaik untuk memperbaiki karakter anak
didik, ada banyak ibroh dan pembelajaran yang
bisa kita terapkan melalui pengajaran islam,
terdapat banyak kisah didalamnya yang mampu
membentuk kekeliruan menjadi jalan yang lurus.
Dengan demikian, metode pendidikan Islam
harus digali, didayagunakan dan dikembangkan
dengan mengacu pada asas-asas pendidikan
Islam, al-qur’an menjadi tameng dalam
bertindak. Melalui aplikasi nilainilai Islam dalam
proses penyampaian seluruh materi pendidikan
Islam, diharapkan proses tersebut dapat diterima,
dipahami, dihayati dan diyakini sehingga bisa
memotivasi peserta untuk mengamalkannya
dalam bentuk nyata.
Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar
agamis, biologis, psikologis dan sosiologis.
(Ramayulis, 2010). Berikut dasar-dasar
pendidikan:
1) Dasar Agama Islam yaitu pelaksanaan
metode pendidikan Islam, dalam prakteknya
berkaitan dengan kehidupan pendidik dan
kehidupan masyarakat yang luas, yang
memberikan dampak yang besar terhadap
kepribadian peserta didik. Oleh karena itu,
agama Islam merupakan salah satu dasar
metode pendidikan dan pengajaran. Al-
Qur’an dan hadis tidak bisa dilepaskan dari
pelaksanaan metode pendidikan Islam.
Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran
Islam, maka dengan sendirinya, metode
pendidikan Islam harus merujuk pada kedua
sumber tersebut. Jadi metode pendidikan
Islam berdasarkan pada sumber Islam yaitu
al-Qur’an dan hadis, sehingga dalam
pelaksanaannya metode tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan yang muncul secara
88
Kisah Nabi Yusuf AS. sebagai Metode Pendidikan
Action Research Literate, Vol. 6 No. 2, Juli 2022 5
efektif dan efisien yang dilandasi nilai-nilai
al-Qur’an dan hadis.;
2) Dasar biologis. Perkembangan biologis
manusia, mempunyai pengaruh dalam
perkembangan intelektualnya; dan
3) Dasar psikologis. Metode pendidikan Islam
baru dapat diterapkan secara efektif, bila
didasarkan pada perkembangan dan kondisi
psikologis peserta didik.
Dasar sosiologis. Dasar penggunaan
sebuah metode pendidikan Islam salah satunya
adalah dasar sosiologis, baik dalam interaksi
yang terjadi antara peserta didik, pendidik
dengan peserta didik, pendidik dengan
masyarakat, dan peserta didik dengan masyarakat
serta pemerintah. Dengan dasar di atas, seorang
pendidik dalam menginternalisasikan nilai yang
sudah ada dalam masyarakat (social value)
diharapkan dapat menggunakan metode
pendidikan Islam agar proses pembelajaran tidak
menyimpang jauh dari tujuan pendidikan Islam
itu sendiri.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
(Library Research) yaitu metode memperoleh
data dari buku-buku yang relevan dengan
penelitian ini yaitu buku dan jurnal-jurnal yang
membahas tentang kisah Nabi Yusuf A.S. dan
yang secara spesifik dijadikan sebagai metode
pendidikan. Adapun yang menjadi sumber data
bagi penulis adalah Al-Qur’an, Hadits, buku
referansi media pendidikan/pembelajaran, dan
hasil penelitian dari peneliti lain. Untuk
keseluruhan dari buku ataupun jurnal dalam
kajian ini adalah 5 jumlahnya.
Sedangkan analisis data yang digunakan
adalah analisis data kualitatif. Analisis data
kualitatif menurut Moleong (2013), adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Penulis
menggunakan analisis data kualitatif dengan
tujuan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi
dalam penggunaan media pendidikan sebagai
salah satu komponen implementasi sistem
pendidikan Islam. Penelitian ini juga
menggunakan analisis komparatif yaitu
membandingkan beberapa tema penelitian
terdahulu untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran.
Hasil dan Pembahasan
Kedudukan al-Qur’an sebagai pedoman
hidup banyak sekali terdapat nilai-nilai
pendidikan yang dapat dijadikan sebagai bahan
dan sumber pembelajaran dalam mendidik
generasi Islam. Salah satu isi al-Qur’an adalah
berisi tentang kisah-kisah masa lalu di dalamnya
juga banyak mengandung nilai-nilai pendidikan
Islam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala dalam surat Yusuf ayat 111, yang artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. al-Qur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang beriman.(Q.S Yusuf : 111).
Dapat diambil pelajaran dari ayat di atas,
jelaslah surah Yusuf ini menjadi ajaran dan
petunjuk bagi orang-orang yang menyadarinya.
Di dalam ayat di atas Allah abadikan teori
berbagai disipln ilmu sekaligus sebagai media
indormasi kepada orang terdahulu maupun pada
generasi saat ini. Tujuannya agar manusia
berpikir dan mengambil pelajaran. Berbicara
masalah kisah memang sangat menarik untuk
dikaji salah satunya adalah kisah nabi Yusuf As.
Dikutip dari penelitian Ulfa (2017) Nabi
Yusuf, Alaihis Salam lahir di sebuah daerah
bernama Faddan yang berada di bawah
kekuasaan Babilonia. Beliau lahir tahun 1745
SM, Beliau adalah salah seorang Nabi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Ia merupakan putra
ketujuh dari dua belas putra Nabi Ya’qub,
Alaihis Salam dan merupakan cucu dari Nabi
Muh. Hamiruddin S.
6 Action Research Literate, Vol. 6 No. 2, Juli 2022
Ibrahim, Alaihis Salam silsilah lengkapnya
adalah Yusuf bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim
bin Azhar bin Nahur bin Suruj bin Rau bin Falij
bin Abir Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Yusuf, Alaihis Salam diangkat menjadi
Nabi pada tahun 1715 SM dan ditugaskan
berdakwah kepada Kan’an dan Hyksos di Mesir.
Namanya disebut sebanyak 27 kali di dalam al-
Qur’an.
Nabi Yusuf, AS. yaitu sosok pribadi yang
memiliki keseimbangan antara ketampanan lahir
dan ketampanan batin. Kehidupan Nabi Yusuf
penuh cobaan dan penderitaan, sehingga kisah
hidupnya diabadikan di dalam al-Qur’an dengan
nama Surat Yusuf. Surat Yusuf ini mempunyai
keistimewaan tersendiri karena Allah
mengabadikannya dalam satu surat yang panjang
yang berjumlah 111 ayat. Di dalamnya, Allah
menjelaskannya kisah Nabi Yusuf AS, dari awal
hingga akhir berikut jumlah perubahan dan
berbagai peristiwa yang menyertainya. Pada
kisah Nabi Yusuf, As banyak sekali pelajaran
(ibrah) yang dapat dipetik, dan dijadikan contoh
terutama tentang kemantapan akidah dan
keluhuran akhlak atau budi pekerti, terutama
generasi muda Islam ke depan.
Nabi Yusuf AS lahir tahun 1745 SM,
beliau adalah salah seorang Nabi Allah
merupakan putra ketujuh dari dua belas putra
putri Nabi Ya’qub AS dan merupakan cucu dari
Nabi Ibrahim, Alaihis Salam. Silsilah
lengkapnya adalah Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq
bin Ibrahim bin Azhar bin Nahur bin Suruj bin
Ra’u bin Falij bin Abir bin Syalih bin Arfahsad
bin Syam bin Nuh. 48 Ia dan adiknya yang
bernama Bunyamin adalah beribukan Ruhil,
saudara sepupu Nabi Ya’qub AS. Yusuf
dikaruniakan Allah rupa yang bagus, paras
tampan dan tubuh yang tegap yang
menjadikannya idaman setiap wanita dan
kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak
yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang
dan dicintai dibandingkan dengan saudara-
saudara yang lain, terutama setelah ditinggalkan
yaitu wafatnya ibu kandungnya Rahil samasa ia
masih berusia dua belas tahun.49 Nabi Yusuf
diangkat menjadi Nabi pada tahun 1715 SM dan
ditugaskan berdakwah kepada Kan’an dan
Hyksos di Mesir. Namanya disebutkan sebanyak
27 kali di dalam al-Qur’an. Nabi Yusuf, As
dengan adiknya yang bernama Bunyamin adalah
anak dari istri Nabi Yaqub, As Ia dikaruniakan
oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala rupa yang
bagus, paras tampan dan tubuh yang tegap yang
menjadi idaman bagi setiap wanita dan kenangan
gadis-gadis remaja. Nabi Yusuf As meninggal di
Mesir pada usia 120 tahun dan dimakamkan di
tepi sunggai Nil, namun dipindahkan oleh Nabi
Musa, Alaihis Salam ke Negri Syam untuk
dikebumikan di sisi ayah dan kakek-kakek
beliau, ketika Nabi Musa, Alaihis Salam
meninggalkan Mesir di Negeri Syam.
Ayat dalam Kisah Nabi Yusuf yang Terdapat
Unsur Pendidikan Serta Pelajaran yang
Dapat Diambil dari Kisah Nabi Yusuf AS.
yang Terkait dengan Pendidikan
Bermain ke Dalam Hutan
sejak kecilnya sejak kecilnya sudah
Nampak krarismatik dan akhlak mulianya. Serta
memiliki jiwa penyayang yang tinggi, terbukti
ketika ke dua belas saudaranya mengajaknya
rima bermain ke dalam hutan tanpa kedua orang
tuanya, tak ada terketuk dalam hati nabi Yusuf
kecurigaan sedikitpun. Nabi Yusuf menerima
ajakan saudara-saudaranya itu dengan oenuh
sopan-santun dan dengan penuh kegirangan-
kegembiraannya.
Pelajaran yang bisa dipetik dan bagus
dijadikan metode pelajaran bagi peserta didik
adalah:
1) Setiap anak didik, seharusnya sadar akan
pentingnya menghargai orang yang lebih
tua dari kita. Menempatkan posisi
mereka teratas, meski resikonya belum
terdeteksi sedikitpun; dan
2) Membentuk jiwa anak didik dengan
kejujuran.
Nabi Yusuf Dimasukkan ke dalam Sumur
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah
Yusuf ayat 9-10 yang artinya: Bunuhlah Yusuf
90
Kisah Nabi Yusuf AS. sebagai Metode Pendidikan
Action Research Literate, Vol. 6 No. 2, Juli 2022 5
atau buanglah dia kesuatu daerah (yang tak
dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah
kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu
menjadi orang-orang yang baik. Seorang di
antara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh
Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur
supaya dia dipungut oleh beberapa orang
musafir, jika kamu hendak berbuat."(QS. Yusuf:
9-10).
Di malam pada saat Nabi Yusuf bermimpi,
para saudaranya mengadakan pertemuan rahasia
yang mana untuk merencanakan tipu muslihat
dan rencana jahat terhadap Nabi Yusuf AS dalam
rencana itu, Bunyamin tidak diikut sertakan
karena ia adalah adik kandung Nabi Yusuf,
Alaihis Salam dan juga termasuk salah satu anak
kesayangan ayahnya Nabi Ya’qub AS. Hal ini
abadikan dalam ayat diatas. Saudara-saudara
Yusuf datang ke pada ayahnya (Nabi Ya’qub)
meminta izin untuk membawa Nabi Yusuf,
Alaihis Salam pergi bermain dan
bersenangsenang bersama mereka ke luar kota.
Akan tetapi Nabi Ya’qub menolaknya. Mereka
pun membujuk Nabi Ya’qub agar mau
melepaskan Nabi Yusuf untuk diajak pergi
bersama dengan saudara-saudaranya. Akhirnya
Nabi Ya’qub tidak ada alasan untuk menolak
permintaan anak-anaknya itu. Berangkatlah
putra-putra Nabi Ya’qub AS kecuali Bunyamin,
menuju ke tempat yang telah mereka rencanakan,
dan rencana itu akhirnya telah mereka
laksanakan juga. Lalu, mereka semua pulang ke
rumah dengan membawa baju gamis yang
berlumuran darah palsu, sambil bersandiwara
dan berpura-pura menangis.
Hal ini diabadikan dalam Qur’an surah
Yusuf: 16-18), yang artinya: Kemudian mereka
datang kepada ayah mereka di sore hari sambil
menangis. Mereka berkata: "Wahai ayah kami,
sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan
kami tinggalkan Yusuf di dekat barangbarang
kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu
sekali-kali tidak akan percaya kepada kami,
sekalipun kami adalah orang-orang yang
benar." Mereka datang membawa baju gamisnya
(yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub
berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang
memandang baik perbuatan (yang buruk) itu;
Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku,
dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-
Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (QS.
Yusuf: 16- 18).
Metode pembelajaran yang dapat diambil
adalah:
1) Yang menjadi tolak ukur pada seorang
hamba adalah kesempurnaan akhirnya.
Bukan pada kekurangan awalnya.
Karena anak-anak nabi Ya’qub
melakukan berbagai macam dosa pada
awalnya, akan tetapi mereka berakhir
dengan tobat. Sifat pemaaf, kemudian
apabila seorang hamba merelakan suatu
hak untuk memaafkannya, Dialah
pemberi ampunan dan rahmat yang
paling baik;
2) Kisah ini merupakan kisah yang paling
baik dan paling gambling, di dalamnya
disebutkan macam-macam perubahan
dari sudut keadaan kepada keadaan yang
lain, dari ujian ke pada ujian yang lain.
Dari cobaan kepada anugerah dan
karunia, dari kerendahan kepada
kemuliaan, dari keamaan kepada
ketakutan begitu pula sebaliknya. Dari
berkuasa menjadi budak serta
sebaliknya. Dari perpecahan menjadi
persatuan. Demikian pula sebaliknya,
dari kegembiraan menjadi kesedihan
serta sebaliknya. Dari kemakmuran
menjadi paceklik, serta sebaliknya. Dari
kesempitan menjadi kelapangan dan
sebaliknya. Yang pada akhirnya sampai
kepada keadaan yang baik. Maha suci
dzat yang menceritakannya dan
menjadikannya pelajaran bagi orang
yang memiliki akal; dan
3) Di dalam kisah ini pula terkadang
landasan-landasan dalam tabir mimpi
yang memiliki kesesuaian. Demikian
pula terkandung keterangan bahwa ilmu
tabir mimpi ini merupakan ilmu penting
yang allah karuniai. Juga terkandung di
91
Muh. Hamiruddin S.
6 Action Research Literate, Vol. 6 No. 2, Juli 2022
dalamnya hal ini adalah kesesuain,
permisalan, serta persamaan dalam sifat.
Tipu Daya Wanita
Nabi Yusuf selalu menjaga kesucian
dirinya, terbukti dalam kisahnya dijelaskan QS.
Yusuf ayat 53, yang artinya: Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS.
Yusuf: 53).
Nilai pendidikan yang bisa kita dapat
dalam kutipan di atas adalah:
1) Nabi Yusuf telah memberi contoh dan
teladan bagi kemurnian jiwanya dan
keteguhan hatinya tatkala menghadapi
godaan Zulaikha, isteri majikannya. Ia
diajak berbuat maksiat oleh Zulaikha
seorang isteri yang masih muda belia,
cantik dan berpengaruh, sedang ia
sendiri berada dalam puncak
kemudaannya, di mana biasanya nafsu
berahi seseorang masih berada di tingkat
puncaknya; dan
2) Nabi Yusuf memberi contoh tentang
sifat seorang kesatria yang enggan
dikeluarkan dari penjara sebelum
persoalannya dengan Zulaikha
dijernihkan. Ia tidak mahu dikeluarkan
dari penjara karena memperoleh
pengampunan dari Raja, tetapi ia ingin
dikeluarkan sebagai orang yang bersih,
suci dan tidak berdosa. Keadilan
senantiasa diinginkan pada seluruh
perkara. Baik yang kecil maupun yang
besar. Baik yang interaksi kepada
pemimpin pada rakyatnya, maupun
orang tua pada anaknya. Dengan
menegakkan keadilan seluruh urusan
menjadi selaras yang kecil maupun yang
besar. Demikian pula tercapainya
sesuatu diinginkannya seorang hamba.
Kesimpulan
Nilai-nilai metode pendidikan dalam kisah
Nabi Yusuf yaitu Terpatrinya iman yang sangat
kuat dalam pribadi Nabi Yusuf, as dalam kondisi
apapun dan dimanapun beliau berada. Nilai-nilai,
pendidikan akhlak dalam kisah Nabi Yusuf, yang
memberikan tauladan yang pantas di tiru untuk
kaum sebelummya dan kaum saat ini.
Penenrapan nilai-nilai pendidikan akidah
akhlak dalam kisah Nabi Yusuf, Alaihis Salam
pada pendidikan Islam dapat diterapkan melalui
88 metode keteladanan dan metode kisah
Qur’ani/Nabawi, pastinya tentu kisah Nabi Yusuf
dalam al-Qur’an, sehingga nilai-nilai pendidikan
akidah akhlak yang terkandung di dalamnya bisa
diterapkan dalam pendidikan Islam.
BIBLIOGRAFI
Direktorat, K. p. (2014). Buku Kurikulum
Pendidikan Tinggi. Kementrian pendidikan
dan kebudayaan.
Fajarwati, I. (2014). Konsep Montessori Tentang
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidika Agama Islam, Vol. 11, No. 1 ,
38.
Hidayah, E. (2022). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Stand
(Student Team Achivement Division)
Guna Meningkatkan Pemahaman dan
Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Wadah
Budidaya Perikanan di Kelas II TBP
Sekolah Usaha Perikanan Menengah
(SUPM) Negeri Sorong. Jurnal
Pendidikan , Vol 10 (1) 49-53.
Hidayat, R., & Abdillah. (2019). Ilmu pendidikan
konsep, teori, dan aplikasinya. Medan:
Lembaga peduli pengembangan
pendidikan indonesia (LPPPI).
Mahmud, d. (2013). Pendidikan Agama Islam
dalam Keluarga. Jakarta: Akademia
Permata.
N. F. (2014). Nilai pendidikan akhlak pada kisah
nabi yusuf dalam al-qur'an. Surakarta
Universitar Muhammadiyah: Skripsi
Fakultas agama islam.
92
Kisah Nabi Yusuf AS. sebagai Metode Pendidikan
Action Research Literate, Vol. 6 No. 2, Juli 2022 5
Ramayulis. (2010). Metodologi Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ulfa, M. (2017). Nilai-nilai pendidikan akidah
akhlak dalam kisah nabi Yusuf As. Banda
Aceh: SKRIPSI Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry.
Copyright holder :
Muh. Hamiruddin S. (2022)
First publication right :
Action Research Literate
This article is licensed under:
93